Cemburu

“Arrgh.”

Gilbert terbangun dari tidurnya saat mendengar rintihan Resha. Ia mengelus kepala Resha yang berada di atas lengan Gilbert.

Resha membuka matanya, dan langsung bertatapan dengan Gilbert.

“Sakit?” tanya Gilbert. Resha mengangguk sebagai jawaban.

Ia menarik tangannya, berjalan ke kamar mandi. Mengambil handuk kecil serta air hangat dan salep untuk mengobati luka Resha.

Resha menatap tubuh Gilbert yang hanya mengenakan celana pendek yang menutupi bagian inti.

Gilbert duduk di samping Resha. “Bangunlah.”

Resha bangkit untuk duduk, ia menggunakan selimut untuk menutupi tubuh bagian depannya.

Gilbert baru menyadari luka cambuk Resha yang tampak membiru. Tangan Gilbert mencelupkan handuk tersebut dan memerasnya. Ia membersihkan punggung Resha dengan sangat hati-hati. Setelah bersih, Gilbert mengeringkan punggung Resha dengan handuk kering lalu mengolesinya dengan salep.

Gilbert membantu Resha memakai dress tidurnya. Setelah semuanya selesai, Gilbert mengembalikan handuk serta air hangat ke kamar mandi dan kembali bergabung ke atas tempat tidur.

Gilbert duduk dengan posisi punggung yang menyandar ke dipan, ia membawa tubuh Resha agar bersandar pada dadanya. Tangan Gilbert melingkar di perut Resha.

Resha ikut menumpukan tangannya di atas tangan Gilbert, sementara tangan yang satunya lagi memainkan cincin pemberian Gilbert yang ada di jari masih Resha.

“Kau suka?” tanya Gilbert menatap cincin di jari masih Resha.

Resha menunjukkan tangannya ke depan wajah Gilbert. “Suka, aku yakin ini berlian mahal.”

Gilbert menggigit kuping Resha pelan. “Ternyata kekasihku mata duitan.”

Resha hanya tersenyum menanggapi ucapan Gilbert, Resha merasa nyaman dengan posisi seperti ini. Seperti ada kehangatan yang menyelimutinya, bahkan Resha merasakan ketenangan di dalam hatinya.

“Rambutmu bagus,” puji Gilbert. Tangannya memainkan rambut panjang Resha.

“Persis seperti rambut ibuku,” ungkap Resha tanpa sadar.

“Benarkah?” rambut Resha sangat lembut dan memiliki ukuran yang sangat tipis. Terasa menggelikan di telapak tangan Gilbert jika bersentuhan.

“Hmmmm, iya.”

Gilbert tidak melanjutkan membahas orang tua Resha. Bagaimana pun Gilbert harus menjaga perasaan Resha, kehilangan kedua orang tua dalam waktu bersamaan karena sebuah kecelakaan mobil pasti amat menyakitkan bagi Resha. Apalagi yang Gilbert tahu, Resha hidup dengan susah payah setelah di tinggal mati oleh kedua orang tuanya.

“Kau suka es krim?” Tanya Gilbert.

Kepala Resha menggeleng. “Kenapa?”

“Aku tidak terlalu suka sensasi dingin di mulut,” jawab Resha. Ia bangkit dan menatap Gilbert.

“Kalau kau suka es krim?” ucap Resha balik bertanya.

“Tidak,” jawab Gilbert singkat.

“Kenapa?”

“Karena kekasihku juga tidak suka es krim.” Gilbert menarik tangan Resha dan mengecupnya.

“Bercandamu tidak lucu Gilbert,” ejek Resha.

“Ah sepertinya aku memang di takdirkan untuk menjadi pria dingin saja.”

Entah mengapa Resha cukup terhibur mendengar penuturan Gilbert, ia memeluk erat tubuh Gilbert. “Aku suka kau dalam mode apa pun.”

“Jangan membual, Resha. Aku tidak akan mudah jatuh cinta padamu.”

Resha menarik dirinya dan menatap Gilbert dengan mata menyipit. “Kita lihat saja nanti tuan Gilbert, jangan terlalu percaya diri.”

“Dengan senang hati aku akan menunggunya.” Gilbert bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi. Seulas senyum muncul begitu saja di bibir Gilbert.

***

Resha tengah duduk di meja kerjanya, ia membaca berkas penting untuk misinya. Tiba-tiba pintunya di buka begitu saja.

Kepala Resha terangkat dan menatap Thomas yang berjalan di ikuti beberapa anak buahnya. “Kau tidak takut sama sekali dengan ancamanku?”

“Ini belum waktunya, masih ada beberapa hari lagi,” jawab Resha dengan wajah datarnya. Namun di balik wajah datar tersebut ada sebuah kemarahan yang tersimpan.

Thomas berjalan ke belakang Resha ia memerintahkan agar anak buahnya mengunci ruangan.

“Jangan macam-macam Thomas!” ucap Resha memperingatkan.

Thomas menodongkan pistol ke kepala Resha. “Kau cukup diam saja.”

“Ah sial seharusnya aku membunuhnya lebih cepat!” batin Resha kesal.

Resha menatap lima anak buah Thomas yang ada di hadapannya, tangannya bergerak sedikit hendak menyingkirkan Thomas. Namun para pengawal Thomas mengeluarkan senapan laras panjang dan membidiknya ke arah Resha. Bergerak sedikit saja melawan Thomas, dapat Resha pastikan ia akan mati di tempat.

Thomas tersenyum melihat luka sayatan Resha yang sudah sembuh, aroma rambut Resha menggelitik ga’irahnya. Ia menyesap leher Resha memberikan sedikit tanda.

Resha menahan amarah yang luar biasa, ia selalu saja kalah jika berhadapan dengan Thomas. Namun tekad Resha untuk membunuh Thomas semakin kuat. Tak ada gelenyar menggelitik dari perlakuan Thomas, sangat berbeda jika Gilbert yang melakukannya. Resha sangat jijik pada tua Bangka Thomas, berusaha menghindar namun todongan senjata di kepalanya membuat Resha tidak bisa berkutik.

Gilbert mendengar laporan dari Nilson jika Ayahnya datang ke markas, dan pergi ke gedung tempat pembunuh bayaran. Tempat Resha bekerja, ia tidak tinggal diam dan segera bergegas. Tidak ingin sesuatu terjadi menimpa Resha seperti beberapa hari yang lalu.

Brak!

Pintu yang di dobrak dari luar jatuh ke lantai. Semua pandangan mata tertuju pada Gilbert yang berdiri tegak di samping anak buahnya.

Gilbert tidak suka melihat Thomas menyentuh kekasihnya.

Beberapa anak buah Gilbert maju dan menodongkan senjatanya pada kepala para pengawal Thomas.

Thomas menghentikan aksinya, dan menatap Gilbert. Thomas melihat kemarahan yang di tunjukan wajah datar putranya. “Aku hanya bermain-main, Gilbert. Jangan terlalu serius.”

Thomas menarik tangannya yang menodongkan pistol ke kepala Resha.

“Keluar!” Perintah Gilbert dengan nada dinginnya.

“Ayolah Thomas berikan Resha untukku, kau bisa mencari wanita lain,” bujuk Thomas. Ia ingin merasakan tubuh Resha.

Gilbert berjalan mendekati Thomas dan Resha. “Pergi! Resha milikku, kau bisa mencari wanita lain.”

Thomas tersenyum masam. “Kau terlalu serakah Nak. Tapi baiklah, Ayah akan mencari wanita lain saja.”

Tubuh Thomas melenggang keluar dari ruangan Resha, di ikuti para pengawalnya. Gilbert memberikan perintah lewat tatapan matanya agar semua anak buahnya keluar.

Kini Gilbert berada di ruangan Resha hanya berdua saja, mereka berpandangan tanpa berbicara sepatah kata pun.

Gilbert mengeluarkan sapu tangan dari sakunya, ia menggosok leher Resha yang memerah karena ulah sang ayah. Gilbert menggosoknya dengan gerakan yang sangat kencang. Ia tidak suka melihat tanda di leher Resha, seolah ada sesuatu yang mendidih di dalam dadanya.

Resha menahan gerakan tangan Gilbert. “Kau menyakitiku,” ungkap Resha.

Gilbert menyatukan kening mereka. “Kau hanya milikku Queresha, tidak ada yang boleh menyentuhmu selain aku.”

Resha tersenyum mendengar ucapan Gilbert. “Sepetinya kau sangat cemburu, apa kau sudah jatuh cinta padaku?”

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

cemburu kau Gilbert

2023-02-04

0

Radya Arynda

Radya Arynda

semangaaat

2023-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!