Hukuman Pertama

“Apa katamu, sepuluh ribu dolar? Aku merasa sangat terhina!” Gilbert menatap kesal ke arah Resha.

“Kau marah?” tanya Resha dengan hati-hati.

“Jelas aku marah. Jika kau suka uang aku akan memberikanmu satu juta dolar, dengan syarat kau harus membuatku jatuh cinta padamu dalam waktu satu bulan,” tantang Gilbert.

Sebetulnya Resha tidak tertarik dengan uang yang di tawarkan Gilbert, namun jika ia berhasil membuat Gilbert jatuh cinta. Ia akan lebih mudah menjalankan rencananya. “Oke, lihat saja aku akan membuatmu bertekuk lutut di depanku.”

Gilbert suka dengan kegigihan Resha. Ia ingin tahu cara apa yang di gunakan kekasihnya agar Gilbert jatuh cinta.

***

Sudah dua hari Resha terbaring di kamar Gilbert dengan selang infus yang membebat tangannya. Tidak banyak yang Resha lakukan selain tidur dan membaca buku. Resha sebenarnya sudah merasa bahwa ia baik-baik saja, namun Gilbert tidak mengizinkan Resha untuk pergi bekerja.

Resha menatap teleponnya yang berdering, panggilan dari Diaz. Resha segera menerima panggilan tersebut. “Ada apa Diaz?”

[Bisa kirimkan bantuan, aku dan Anny serta yang lainnya kewalahan menghadapi para pengawal John.]

Resha dapat mendengar suara kericuhan serta tembakan yang saling bersahutan. “Perlu berapa orang?”

[Lima puluh cukup]

“Baiklah.” Sambungan telepon terputus Resha turun dari tempat tidurnya. Ia keluar dari rumah menuju markas red bold.

Sesampainya di sana, Resha memberitahu untuk segera mengirimkan bantuan untuk Anny dan Diaz. Resha pergi ke ruangan senjata mengambil pistol dan pelurunya, tidak lupa senjata andalannya Jagdkommando. Resha pergi ke ruangan Diaz untuk melihat berkas tentang Keluarga John, ia membacanya sejenak sebelum meluncur.

Selesai berpakaian lengkap, Resha pergi ke basemen tempat motornya terparkir. Ia melajukan motornya menuju kediaman John. Hanya butuh lima menit untuk Resha sampai di sana.

Dari tempatnya menyimpan motor Resha dapat mendengar kacauan di sana. Ia segera menyusup setelah memastikan bala bantuan yang ia bawa sudah mulai masuk.

Resha menyelinap ke dalam, ia menaiki tangga darurat. Resha mendengar suara helikopter mendekat, keluarga John hendak melarikan diri. Resha bersembunyi dia mengeluarkan senjata Laras panjang dan mulai menembaki helikopter agar menjauh.

Dor!

Dor!

Dor!!!

Keberadaan Resha mulai tidak aman saat beberapa penjaga mulai membalas menembak ke arah Resha. Resha bersembunyi sejenak. Lalu keluar dan menembak para pengawal.

Dor! Dor!

Dua orang pengawal mati di tangan Resha. Kini tersisa dua orang lagi serta wanita yang sepertinya istrinya John dan satu orang anak kecil.

Resha mengendap-endap dengan berjongkok mencari posisi aman. Ia kembal membidik pilot helikopter.

Dor!

Tembakan Resha mengenai lehernya, hingga helikopter mulai oleng. Istrinya John yang hendak naik pun memilih membawa anaknya untuk bersembunyi.

Ledakan dari helikopter tersebut terdengar amat nyaring di tengah keheningan. Sebuah vila di tengah hutan ini tidak mengundang banyak perhatian. Beberapa pohon yang terhantam awak helikopter mulai menyala karena percikan dari ledakan tersebut.

Resha segera menembak dua orang pengawal. Dor! Dor!

Resha menghampiri istri dan anaknya John. Dari kejauhan ia masih melihat mereka bersembunyi. Resha segera mengeluarkan Jagdkommando miliknya dan melemparkannya hingga menancap di kepala istrinya John. Ia mengeluarkan senjatanya dan menembaki tubuh lunglai istrinya John.

Resha menghampiri tubuh istrinya John yang bersimbah darah. Tatapannya tertuju pada anak kecil yang sepertinya berusia sepuluh tahun. Rambutnya sangat ikal, matanya coklat terang. Pandangannya terlihat sangat datar menatap Resha.

Hati Resha sedikit tersentuh, ia seperti melihat dirinya saat kecil. Resha mengusap lembut puncak kepala anak tersebut. “Kau ingin tidur? Aku bisa membuatmu tenang. Kemarilah,” pinta Resha.

Resha merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan anak kecil tersebut.

Anak tersebut diam mematung, lalu memilih masuk ke dalam pelukan Resha. “Tenanglah kau aman bersamaku,” ujar Resha.

Ia mengeluarkan jarum suntik, dan mengisinya dengan obat mematikan. Resha mengusap punggung anak tersebut sebelum menancapkan jarum suntik pada leher sang anak.

“Aaah sakit,” rengek anak tersebut.

“Ini lebih baik sayang,” ujar Resha dengan senyum mengerikannya. Tubuh anak tersebut mulai lemas, Resha merebahkan tubuh anak tersebut di lantai.

Anak tersebut menatap mata Resha, sebelum akhirnya kelopak matanya tertutup sempurna. Resha mengeluarkan Senjata Laras panjangnya dan menarik pelatuknya. Dor! Sebuah peluru keluar dari ujung senjata dan menancap tepat jantung anak tersebut.

Tubuh Resha di dorong oleh Anny, hingga terjatuh ke lantai. “Sialan!” hardik Anny melihat kedua targetnya mati di tangan Resha.

“Apa maksudmu Anny?” tanya Resha. Ia bangkit dan menatap Anny.

“Harusnya aku yang membunuhnya bukan kau!” Anny menunjuk wajah Resha.

“Apa masalahnya? Yang terpenting misi ini selesai,” pungkas Resha.

Anny memberikan serangan pada tubuh Resha. Resha memilih menghindar dari pukulan Anny. Bagaimana pun mereka rekan, dan Resha tidak boleh gegabah.

Resha terus berjalan mundur menghindar beberapa pukulan Anny. “Lawan aku Resha, jangan menghindar!” bentak Anny.

Resha memberikan satu pukulan di perut Anny. Anny meringis memegangi perutnya. “Sialan kau!” Anny mengeluarkan senjata Laras panjangnya. Anny sungguh muak melihat wajah tenang Resha.

Resha menengadah kan senjata Anny ke udara, hingga beberapa peluru melesat tak beraturan. Resha menendang pinggang Anny dan merebut senjata Anny. Ia mengeluarkan Jagdkommando miliknya dan menekan sedikit pada bagian leher Anny. “Jangan bergerak atau aku akan membunuhmu!”

Tiga orang pria menyaksikan pergerakan Resha yang hendak menghabisi Anny. Tubuh Resha membelakangi mereka, hingga mereka dengan mudahnya memukul Resha dari belakang dengan cukup keras.

“Aaaargh,” pekik Resha. Pandangannya mulai mengabur dan ia kehilangan kesadarannya.

Anny menatap tubuh Resha yang tidak sadarkan diri. “Bawa dia!”

Ketiga orang tersebut membawa tubuh Resha ke mobil untuk di bawa ke markas.

***

Diaz bersujud di kaki Gilbert. “Saya mohon Tuan jangan hukum mati Resha. Ini semua kesalahan saya. Saya yang meminta Resha untuk membantu kami.”

“Tapi Resha berniat mencelakai kakakmu!” bentak Gilbert. Bagaimana pun Anny adalah tim Red Bold, dan ia harus mempertahankan Anny selama wanita itu tidak berkhianat.

“Tidak tuan, saya yakin. Resha tidak mungkin mencelakai Anny.” Diaz memang tidak ada di sana, tapi ia mengenal betul sifat kakaknya. Apalagi dari desas-desus yang ia dengar Resha yang membunuh target, hal itu yang pasti mengundang kemarahan Anny.

Gilbert menatap Diaz dalam-dalam, mencari sesuatu yang di sebut rasa cinta. Namun tampang anak itu begitu polos. Gilbert tidak bisa begitu saja membiarkan Resha lolos dari hukuman, hanya karena Resha kekasihnya. Itu sesuatu yang sangat tidak adil. Beruntung Diaz datang memohon, sehingga Gilbert bisa membantu meringankan hukuman Resha.

“Jika Resha menolak hukuman seratus kali cambukkan, dia akan di hukum mati!” tegas Gilbert. Ia menekan tombol untuk menyalakan layar lebar di hadapannya serta Diaz, menayangkan kamera pengawas yang memperlihatkan keadaan di ruang hukuman.

Resha terbangun, ia menatap langit-langit ruangan tersebut. Ia bangkit dan terkejut melihat tangannya di borgol pada ranjang tempat ia berbaring. “Lepaskan aku, apa yang kalian lakukan?”

Anny tersenyum melihat Resha yang tampak marah. Ia segera menghubungi Nilson.

Pintu terbuka menampilkan wajah datar Nilson dengan kacamata yang bertengger manis. “Kau harus mendapatkan hukuman, karena telah mengancam rekan kerjamu dan menyusup ke dalam misi tanpa surat perintah.”

Resha kini mengerti akan posisinya. “Awas kau Anny, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja atas perbuatan tercelamu,” batin Resha kesal. Namun wajahnya tetap tenang dan datar.

Anny menyeringai, ia membawa alat cambuk untuk menghukum Resha.

Para pria yang berjaga membuka borgol yang terpasang pada ranjang dan memborgol kedua tangan Resha. Mereka mendorong tubuh Resha agar bersujud.

“Seratus cambukkan! Lakukan sekarang Anny,” ucap Nilson. Nilson duduk di kursi santai, untuk mengawasi Anny yang akan menghukum Resha.

Dengan senang hati Anny segera melaksanakan perintah Nilson.

Terpopuler

Comments

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

waoww

2023-04-10

0

Alea

Alea

Gilbert sakit jiwa

2023-03-24

0

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

Gilbertnya bodoh

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!