Menuntut

Resha pulang di antar oleh Nilson sampai gerbang depan karena Nilson harus kembali menemani Gilbert. Sepatu boots Resha melangkah untuk masuk ke dalam rumah.

“Halo Queresha Mavelin,” sapa pria paruh baya.

“Maaf Anda siapa?” Tanya Resha berpura-pura tidak tahu. Padahal jelas-jelas Resha tahu pria di depannya adalah Thomas, dalang dari pembunuhan orang tua Resha sekaligus Ayah dari Gilbert.

“Saya Thomas, ayah Gilbert.” Thomas menatap penampilan Resha. “Seharusnya kau sadar diri ya, pembunuh bayaran sepertimu hanya seorang wanita rendahan yang tidak pantas bersanding bersama anak saya.”

Resha mengikuti arah pandang Thomas menuju cincin berlian pemberian Gilbert.

Thomas memerintahkan anak buahnya untuk maju. “Ambil cincin itu,” tunjuk Thomas.

Resha berjalan mundur, lalu berlari ke luar dari rumah. Namun dua orang penjaga menghadangnya. Perkara mudah untuk melumpuhkan dua orang saja.

Saat satu pria hendak menangkapnya, Resha menarik tangan pria itu dan membantingkan tubuhnya ke tanah.

Resha maju dan menendang bagian kelamin pria itu, di saat genting seperti ini yang perlu Resha lakukan adalah melarikan diri.

Resha hendak memanjat pagar yang menjulang tinggi.

Thomas mengeluarkan pistol dan menembak paha Resha.

Dor!

“Sialan!” umpat Resha di dalam benaknya.

Mau sekeras apa pun ia menghindar Thomas tidak akan melepaskan Resha dengan mudah. Akhirnya Resha memilih menjatuhkan tubuhnya ke tanah dengan wajah yang meringis kesakitan. Agar Thomas iba, dan tidak melukai tubuh Resha bagian lainnya.

Thomas berjongkok di depan Resha, tangannya menarik dagu Resha. “Kasihan sekali, kau kesakitan? Hubungi Gilbert sekarang juga! Agar aku dapat memenggal kepalamu detik ini juga.”

Tidak ada yang bisa di lakukan Resha selain menurut, bagaimana pun juga ia tidak ingin mati di tangan orang yang paling ia benci.

“Aku akan memberimu waktu sepuluh hari, jika kau masih berani berada di samping Gilbert. Aku yang akan menghabisi nyawamu!”

Resha diam membisu, malas meladeni ocehan tidak jelas yang keluar dari mulut Thomas.

Thomas kesal dengan tingkah angkuh Resha, ia mendorong wajah Resha dengan cukup keras hingga membentur pagar besi. “Kau terlalu banyak tingkah!”

Resha melirik Thomas dengan wajah sinisnya.

Thomas yang semakin naik pitam mengeluarkan pisaunya dan mengiris leher Resha sedikit hingga mengeluarkan darah. “Jangan ada yang membantu dia, atau kalian semua akan aku bunuh!”

Thomas berjalan menuju mobilnya dengan langkah angkuhnya. Saat mobil yang Thomas naiki melewati tubuh Resha, ia melempar botol minum dan mendarat sempurna di wajah Resha.

Tangan Resha mengepal sangat erat. “Lihat saja, kau yang akan mati di tanganku, Thomas sialan!” batin Resha.

Resha bangkit dari duduknya, ia menahan rasa sakit akibat peluru yang bersarang di pahanya. “Awas saja kau Thomas,” sungut Resha dengan suara pelan seperti sebuah bisikan.

Resha bersusah payah berjalan menyeret kakinya. Semua pelayanan hanya menundukkan kepalanya tanpa berniat membantu Resha karena takut akan ancaman Thomas.

Resha masuk ke dalam lift untuk sampai di lantai tempat ia dan Gilbert beristirahat. Resha menyeret kakinya dengan pelan, bibirnya sesekali meringis kesakitan.

Sesampainya di kamar Resha duduk di atas tempat tidur meluruskan kedua kakinya. Tidak ada yang Resha lakukan selain diam menunggu Gilbert pulang.

Sudah lima belas menit Resha menahan sakit dan perih di bagian kaki serta lehernya. Namun Gilbert tidak kunjung pulang, ia memilih untuk segera menghubungi Gilbert. Tidak ingin sesuatu yang fatal terjadi pada kakinya.

Belum sempat Resha menekan tombol untuk menghubungi Gilbert namun pintu kamarnya terbuka menampilkan wajah datar Gilbert.

Gilbert berjalan dengan sangat tenang menghampiri Resha. Tangannya mengesampingkan dagu Resha agar ia bisa melihat luka di leher Resha yang mengeluarkan darah.

Pandangan Gilbert turun ke paha Resha, kasur dengan seprai putih ternoda oleh darah Resha. “Maaf aku mengotori tempat tidurmu,” ucap Resha dengan sedikit rasa bersalah. Meskipun itu hanya tipuan semata, ia sudah di siksa oleh Thomas dan tidak ingin membuat Gilbert marah.

Beberapa orang dengan baju perawat masuk ke dalam kamar sambil mendorong brankar.

Gilbert mundur untuk memberi mereka ruang yang lebih luas untuk memindahkan tubuh Resha. Tubuh Resha telah berhasil di pindahkan, mereka mendorong brankar menuju lift. Gilbert mengikuti dari belakang.

Pintu lift terbuka lebar, Resha dapat mencium bau obat-obatan seperti tengah berada di rumah sakit.

Resha di bawa ke ruang untuk operasi mengeluarkan peluru yang bersarang di pahanya, Gilbert menunggu di dalam ruangan. Ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak menampakkan wajah cemasnya.

Operasi kecil Resha sudah selesai, kini ia di pindahkan ke ruang rawat. Gilbert menunggu dengan tenang, sampai Resha tersadar.

Resha memandangi keadaan sekitar, ruangan tempat ia di rawat seperti kamar VVIP di rumah sakit. Padahal ruangan tersebut masih di rumah Gilbert. Sungguh luar biasa rumah Gilbert, sepertinya Resha harus mengeksplor seisinya.

“Bagai mana keadaanmu?”

Seperti biasanya, Resha hanya melihat wajah datar Gilbert. “Sedikit sakit,” jujur Resha.

“Soal Thomas kau tidak perlu khawatir,” ungkap Gilbert.

“Tidak perlu khawatir bagaimana Gilbert?” Resha berani menyebut nama Gilbert tanpa embel-embel tuan karena sekarang tidak sedang bekerja. “Dia mengancam akan membunuhku.”

Gilbert membawa tangan Resha ke dalam genggamannya, jari Gilbert menyentuh cincin di jari manis Resha. “Kau tidak percaya padaku Queresha?”

Sorot mata Gilbert sangat serius, bagaimana pun juga Resha harus bersikap patuh agar posisinya aman. “Maaf aku hanya sedikit ketakutan,” ungkap Resha dengan ucapan dustanya. Ia tidak takut sama sekali pada Thomas. Resha harus segera menyusun rencana untuk menghabisi Thomas sebelum dirinya lebih dulu di habisi Thomas.

Tangan Gilbert membelai pipi Resha dengan gerakan perlahan. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun melukaimu lagi, termasuk ayahku sendiri.”

“Terima kasih,” bibir Resha tersenyum tipis.

“Kau belum makan malam, biar aku suapi,” usul Gilbert.

“Aku bisa makan sendiri,” tolak Resha.

Gilbert membantu Resha untuk duduk, lalu memosisikan overbed table agar Resha dapat makan dengan mudah. Sementara Gilbert mendapat notifikasi dari Nilson, untuk segera mengeceknya.

“Gilbert,” panggil Resha.

“Hmmm.”

Resha memperhatikan Gilbert yang fokus pada ponselnya. “Kau sudah makan malam?”

“Belum,” jawab Gilbert singkat masih fokus pada layar ponselnya.

Resha menyendok makanannya dan mendekatkannya pada bibir Gilbert.

Wajah Gilbert menengok ke arah Resha dan menatap kekasihnya. “Buka mulutmu,” titah Resha.

Gilbert membuka mulutnya dan menerima suapan Resha. Lalu kembali menatap layar ponselnya.

Resha kembali menyendok nasi dan menyuapi Gilbert. Namun kali ini Gilbert menolaknya. “Jangan ganggu aku Resha!” perintah Gilbert dengan nada rendahnya.

Resha sedikit kesal dengan sikap Gilbert, ia sedang berusaha merayu pria itu. Namun lihat Gilbert malah menolaknya mentah-mentah. “Kau bilang aku ini kekasihmu, tapi kau tidak punya waktu untukku. Bahkan di saat aku sedang sakit pun kau masih mengurusi pekerjaanmu dan tidak memedulikan aku. Apakah seperti ini yang di sebut kekasih?”

“Queresha!” Gilbert memberikan tatapan marahnya pada Resha.

Terpopuler

Comments

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

idih datar kali kau bang

2023-04-10

0

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

jgn lemah Resha

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!