Jari Manis

Resha keluar dari lift, ia menghampiri rekannya yang tengah bersandar menikmati sebatang rokok sembari memperhatikan targetnya yang masih pingsan.

“Sudah selesai?” tanya Danilo begitu Resha berada di sampingnya.

“Sudah, ayo kita pergi.” Resha dan Danilo kembali ke markas untuk melapor pada Alfanzo.

Alfanzo menyambut kedatangan anak buahnya. “Kalian istirahat dulu. Danilo aku sudah mengirimkan upahmu.”

Danilo mengangguk dan pergi meninggalkan Alfanzo dan Resha.

“Ikut ke ruangku!”

Resha mengikuti perintah Alfanzo. Begitu sampai di ruangan, Resha duduk di sofa dan menyandarkan punggungnya.

Alfanzo melemparkan sebuah tas ke atas meja tepat di hadapan Resha. Kedua alis Resha menukik tajam, melihat tas hitam serta kemarahan di wajah Alfanzo.

“Apa yang kau lakukan Resha, jangan main-main!” bentak Alfanzo.

Resha duduk dengan tegap, tangannya terulur untuk mengambil tas tersebut. Jarinya menarik kepala resleting, hingga tas tersebut terbuka lebar menampakkan tumpukan uang. “Ada apa masalah apa Alfanzo ini hanya uang?”

Alfanzo mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Sebuah kotak perhiasan. “Apa yang telah kau lakukan pada Gilbert?”

“Tidak ada,” jawab Resha dengan nada santai yang membuat Alfanzo naik pitam.

“Aku sudah memperingatimu untuk tidak mengusik Red Bold. Tapi apa yang kau lakukan sekarang?” Alfanzo membanting kotak perhiasan tersebut hingga jatuh ke lantai dengan kondisi bagian kotak yang terpisah dari tutupnya menampilkan sebuah cincin berlian.

Resha berjongkok untuk memungut cincin berlian tersebut dan memakainya.

“Resha apa kau gila! Kau ingin terbunuh seperti orang tuamu?”

Resha berdiri dan menatap Alfanzo tajam. “Aku ini seorang pembunuh, dan aku tidak akan membiarkan diriku di habisi oleh siapa pun!”

Alfanzo mengacak rambutnya dengan kasar, wanita keras kepala di hadapannya sangat bertekad. “Terserah kau saja, jangan libatkan aku dalam hal ini!”

Resha memandangi cincin berlian tersebut yang melingkar di jari manis tangan kanannya. Ukurannya sangat pas di tangan Resha. “Selamat datang baby, malaikat Maut akan segera menjemputmu,” batin Resha. Bibirnya tersenyum mengerikan, ia sudah menanti sangat lama untuk hal ini. Ia pikir Gilbert pria yang susah tertarik pada wanita, karena rumor yang beredar semenjak menjabat sebagai mafia pria itu tidak pernah terlibat asmara dengan wanita mana pun.

Malam itu Resha tidak pulang ke apartemen, apalagi waktu menunjukkan dini hari. Resha memilih mandi dan membersihkan tubuhnya. Ia menatap berkas yang harus ia pelajari untuk pembunuhan pekan depan. Namun pikiran Resha tidak fokus, pandangannya malah tertuju pada cincin pemberian Gilbert yang melingkar indah di jarinya. Kini Resha sudah melangkah maju untuk membalaskan dendamnya, ia tidak akan mundur.

Mentari pagi mulai menyapa, semalaman Resha tidak tidur. Ia membolak-balikkan berkas perkembangan dari hasil lapangan yang mengamati target.

Resha memutuskan untuk pulang ke rumah dengan mobil pribadinya.

Dalam waktu tiga puluh menit Resha sampai di depan rumahnya, ia memarkirkan mobilnya. Lalu masuk ke dalam rumah.

Pintu kamarnya sedikit terbuka, padahal ia ingat betul jika sudah menutup pintu tersebut rapat-rapat bahkan menguncinya. Resha seorang pembunuh ada kemungkinan seseorang mengincarnya, ia mengambil payung yang terletak dekat dengan pintu utama. Ia berjalan mengendap dan mendorong pintu tersebut sangat kencang hingga terbuka lebar.

Resha membuang payung yang ia pegang ke lantai dengan perasaan kesal. Ia pikir orang jahat yang berani masuk ke rumahnya, ternyata Gilbert. Pria itu duduk di tempat tidurnya.

Derap langkah Resha mulai menjauh, tapi Gilbert tidak tertarik untuk ikut bergerak.

Resha membuka lemari pendingin, ia mengambil satu kaleng minuman soda. Lalu kembali berjalan ke kamar. Tubuhnya Resha sandarkan pada kusen pintu, sementara tangannya melipat rapi di dada sembari memegang kaleng minuman.

“Ada apa? Kenapa tidak mengabariku jika ingin datang.”

Gilbert menghampiri Resha, dan berdiri tepat di depannya. Mata Gilbert meneliti wajah Resha yang polos tanpa riasan wajah. Bahkan pakaian yang di gunakan Resha terlalu santai. Ternyata Resha pandai menutupi identitasnya sebagai pembunuh bayaran, bahkan raut wajah Resha terlihat sedikit hangat di mata Gilbert. Mimik wajah dan penampilannya sangat berbeda seratus delapan puluh derajat.

“Kau terganggu depan penampilanku?” sudah dua pertanyaan Resha layangkan, tapi pria di depannya seperti tidak punya mulut untuk menjawab.

Gilbert menarik tangan Resha, ia meneliti cincin pemberiannya yang melingkar di jari manis Resha. Sangat pas dan terlihat amat cantik.

Resha sedikit terkejut, saat Gilbert tiba-tiba mengecup tangannya. Ia sedikit risi, selama ini Resha tidak pernah menjalin hubungan asmara.

Tangan kiri Gilbert menarik pinggang Resha hingga tubuh mereka menempel. Ia suka manik gelap milik Resha yang menatapnya.

Resha sangat berpengalaman dalam hal membunuh, namun jika urusan meluluhkan hati pria ia sangat bodoh dan tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Apalagi wajah Gilbert semakin mendekat, dan Resha dapat merasakan embusan nafas Gilbert yang menerpa wajahnya. Resha di Landa kepanikan hingga tanpa sadar menjatuhkan minuman kalengnya. Ya

Jemari Gilbert membelai pipi Resha. “Apa kau gugup?”

“Ya. Bisakah kau menjauh dariku,” titah Resha.

Gilbert tidak mau mendengarkan ucapan Resha, ia kembali meneruskan aksinya untuk mencicipi tubuh Resha.

Resha gugup setengah mati saat jarak antara wajahnya dengan wajah Gilbert hanya lima centimeter saja. Resha mengantukkan jidatnya pada bagian wajah Gilbert. Sadar telah melakukan kesalahan Resha hendak melarikan diri saat cekalan di pinggangnya melonggar. Namun tangannya di tarik oleh Gilbert, sehingga Resha tidak bisa pergi begitu saja.

Resha meringis saat melihat hidung Gilbert mengeluarkan darah. “Sepertinya aku terlalu keras membenturkan jidatku,” batin Resha. Ia teringat sapu tangan yang selalu ia bawa di dalam saku celananya. Resha membersihkan hidung Gilbert yang mengeluarkan darah. “Maaf aku tidak sengaja,” ucap Resha tanpa terdengar rasa bersalah sedikit pun.

“Kau harus membayarnya,” ucap Gilbert dengan nada dinginnya. Wanita di depannya ini sangat sulit di tebak.

Itu kalimat pertama yang Resha dengar dari mulut Gilbert pagi ini. “Iya aku akan segera transfer ke rekeningmu.” Lagi pula uang yang di berikan Gilbert kemarin bisa ia gunakan untuk menebus kesalahannya.

“Aku tidak butuh uang.”

Gerakan tangan Resha yang membersihkan hidung Gilbert terhenti di udara. “Lalu dengan cara apa aku harus membayarnya?”

“Kau cukup diam, dan jangan melawan!” Gilbert membawa tubuh Resha ke atas tempat tidur, dan menindihnya.

Kepala Resha berisi beberapa teknik untuk lepas dari jeratan lawan, dan dapat Resha pastikan ia bisa melumpuhkannya dalam sekejap.

Sekali lagi peringatan Gilbert berikan, sebelum wajahnya babak belur akibat Resha. “Diam, jangan melawan.”

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

haisss Gilbert main paksa" aja

2023-02-04

1

Radya Arynda

Radya Arynda

semangaaat💪💪💪💪💪

2023-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!