Gavin sampai di rumah dengan rasa lelah dan rasa sesak di dadanya. Ingin sekali rasanya ia melemparkan semua benda yang berada di dalam kamar tidurnya, terutama foto-fotonya bersama istrinya, Elisa.
Memaafkan ... itulah salah satu kata yang tidak terbersit di dalam hati Gavin. Bukan karena ia seorang yang pendendam, tapi lebih karena kekecewaan yang begitu dalam. Rasa cinta yang ia berikan selama ini ternyata hanya dibalas dengan sebuah pengkhianatan.
Selain mengkhianatinya, Elisa juga membohonginya mengenai Elle, putri yang sangat ia sayangi.
Ia masuk ke dalam ruang kerjanya, merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang berwarna coklat tua, kemudian menutup matanya dengan sebelah lengannya. Berbagai kelebat kisah hidupnya terus berputar di dalam pikirannya, kisah yang makin membuat hatinya semakin terasa diremas-remas karena kebodohannya.
"Kurasa ini sudah mencapai batas, aku tidak mungkin bisa memaafkan dan kembali padanya. Semua bukti-bukti sudah menunjukkan bagaimana sifat aslinya. Hanya saja, bagaimana nasib Elle nanti jika ia harus diasuh oleh ibu semacam itu,” gumam Gavin. Bagaimana-pun juga, Gavin sangat menyayangi Elle, meskipun putrinya itu ternyata bukanlah putri kandungnya.
Gavin masih tidak rela jika Elle diasuh oleh Elisa. Ia sudah terlanjur menyayangi anak itu seperti anaknya sendiri. Ia mulai mengacak-acak rambutnya, kepalanya terasa amat pusing dan pikirannya kacau akibat semua masalah ini.
Ia berdiam diri di dalam ruang kerjanya hingga pagi menjelang. Ia tak ingin kembali ke kamar tidur, yang mengingatkannya pada Elisa, wanita yang sudah mengkhianatinya.
**
Bughhh ... bughhh ... bughhh ....
Dughhh .... bughhh ....
Terdengar suara hantaman dan pukulan di dalam salah satu ruang gymnastic. Seorang gadis yang hanya menggunakan tanktop dan celana panjang berwarna hitam yang melekat tepat sehingga membentuk tubuh rampingnya, sedang menendang dan memukul samsak yang ada di hadapannya.
Hari ini adalah jadwalnya mengajar anak-anak latihan karate dan itu sudah berakhir beberapa jam yang lalu. Ia selalu memanfaatkan waktu yang ada untuk melatih kembali pukulan dan tendangannya.
Ia terduduk di atas lantai matras sambil menahan tubuhnya dengan kedua tangannya ke belakang, menengadahkan wajahnya ke arah langit-langit yang penuh dengan mural, kemudian menghela nafasnya.
"An, kamu nggak pulang?" tanya Steve, salah satu instruktur taekwondo di tempat itu.
"Nanti kak, aku masih mau latihan,” jawab Anna.
"Pulanglah, ini sudah malam. Bukankah Daddymu sendirian dirumah?"
"Iya kak, tadi aku sudah minta izin pada Daddy. Sebentar lagi aku akan pulang."
"Baiklah, aku pulang duluan ya, An. Jangan lupa kunci dengan benar dan berhati-hatilah."
"Baik kak, thank you."
Steve pun pergi meninggalkan Anna yang masih terduduk di atas matras.
Setelah menghabiskan minumannya, Anna bangkit dari duduknya. Ia membereskan barang barangnya, memakai jaketnya, kemudian meraih tas hitamnya.
Dengan menggenggam kunci di tangannya, ia berjalan menuju pintu, mematikan beberapa lampu dan hanya menyisakan satu buah lampu yang tetap menyala, kemudian menguncinya.
Setelah memasukkan kunci ke dalam tas-nya, ia melihat jam di pergelangan tangannya.
"Ya ampun! pantas saja Kak Steve menyuruhku pulang, ternyata aku sudah kemalaman."
Anna langsung memegang erat tas hitamnya, dan berlari menuju rumahnya. Saat ia berlari, tiba-tiba saja ada yang menjegal kakinya sehingga ia pun jatuh.
Salah satu siku tangannya terluka, dikarenakan ia menahan jatuh tubuhnya dengan tangan tersebut. Ia langsung menoleh untuk melihat siapa orang yang telah menjegal kakinya.
"Kamuuuu !!!"
"Anna ... Anna .... sudah beberapa hari tidak melihatmu, membuat aku semakin kangen aja."
"Tutup mulutmu!"
"Heiii, jangan kasar seperti itu manis. Tapi aku sangat suka dengan kegalakanmu ini. Kamu semakin cantik kalau marah.”
"Sudah kukatakan jangan pernah mendekatiku lagi atau ...."
"atau apa manis? kamu mau mematahkan tulang leherku ... huh... ingat, Daddymu itu masih memiliki banyak hutang padaku, jadi jangan pernah kamu menghindar dariku."
"Aku dan Daddy tidak akan pernah melarikan diri. Aku akan membayarnya, tapi jangan pernah kamu mendekatiku,” kata Anna dengan ketus.
Boris berjalan mendekati Anna, diikuti oleh beberapa anak buahnya, sementara Anna sedang membersihkan tangan dan lengannya.
Boris memegang dagu Anna dan mengarahkan wajah Anna untuk menatap dirinya. Anna yang tidak sigap berusaha mengelak sementara Boris terus mengeratkan cengkramannya.
"Sudah kubilang, lepaskan aku," kata Anna.
"Apa tidak sebaiknya kita bersenang-senang sebentar manis?" tanya Boris sambil mengelus wajah Anna.
Anna mulai mengepalkan tangannya, ia merasa geram. Baru saja ia mau melayangkan tinjunya pada wajah Boris, ia mendengar suara.
"Boris ... Boris, di sini kamu rupanya."
Boris yang mendengar suara itu langsung pucat, tak berani menolehkan wajahnya ke asal suara itu. Anna yang menyadari perubahan pada wajah Boris, mengetahui bahwa Boris sedang tidak baik-baik saja.
Inilah kesempatannya untuk lari, pikir Anna. Tapi .... ia tak mungkin meninggalkan Boris di sana. Jika memang orang tersebut adalah orang jahat, maka Boris pasti akan celaka.
"Apa kamu bisa berkelahi?" tanya Anna pada Boris perlahan.
"Sedikit," jawabnya.
"Apa mereka bisa berkelahi?" tanya Anna lagi.
"Mereka biasa menggunakan senjata."
Anna yang mendengarnya menjadi sedikit terkejut, tapi ia harus segera keluar dari situasi ini.
Mungkin berkelahi dengan mereka bukanlah jalan keluar, Anna mengambil botol gas air mata yang selalu ia simpan di dalam tas-nya.
Laki laki tersebut bersama dua orang anak buahnya mendekati Anna, Boris, dan anak buah Boris.
"Kuhitung sampai tiga, kalian berlarilah," kata Anna.
"Maksudmu ?" tanya Boris.
" 1 .... 2 .... 3 .... " teriak Anna, kemudian ia langsung menyemprotkan gas air mata tersebut ke wajah Laki-laki itu yang sudah mendekati mereka.
"Hei gadis kecil!!" teriak laki-laki itu, sementara Boris dan anak buahnya sudah berlari.
Anna yang mau melarikan diri ternyata gagal karena kakinya ditahan oleh cengkeraman laki-laki itu, sambil sebelah tangannya mengusap matanya yang terkena gas.
"Lepaskannn!!!" teriak Anna sambil menendang berkali-kali.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments