Rangga sebelumnya telah mengabari Queen bahwa dirinya tidak akan pulang. Namun, entah mengapa arah mobil yang sedang dikendarai oleh Rangga justru menuju jalan pulang ke penthousenya.
Blam!
Rangga membanting pintu mobil saat mobil tersebut sudah diparkirnya tepat di depan halaman, tidak membawanya ke garasi.
"Apa yang kulakukan di sini? Bukankah seharusnya aku tidak kembali?" gumam Rangga yang berjalan ke arah pintu utama. Ia melirik jam di tangannya, melihat sudah tengah malam, lalu menelepon Queen dan membangunkan wanita itu.
Ceklek!
"Tuan muda, Anda kembali? Apa Anda mau makan atau langsung beristirahat?" tanya Queen saat pintu dibuka olehnya.
"Aku langsung beristirahat. Kamu juga segera kembali ke kamarmu!" titah Rangga, lalu berjalan menuju anak tangga.
Rangga berdiri di depan kamarnya. Seluruh tempat itu terasa begitu hening dan sepi.
"Mungkin Tania sudah tidur," gumamnya, lalu memutar handle pintu tersebut. Benar saja, Tania sudah terlelap dan lama menjelajahi mimpinya sebelum Rangga kembali ke rumah itu.
Pria itu berdiri tepat di samping ranjang, memandang wajah polos sang istri yang tak pernah sekalipun ia sentuh. Rangga tidak pernah menganggap Tania sebagai istrinya. Baginya, Tania hanyalah bagian dari transaksi bisnis antara keluarganya dan keluarga Tania.
Rangga percaya pada instingnya bahwa keluarga Tania menikahkan putri mereka dengannya hanya untuk mengembalikan keadaan perusahaan yang hampir bangkrut. Bahkan ia juga menyadari jika Tania terpaksa menikah dengannya atas dasar perjodohan kedua keluarga.
Rangga berniat mengurus surat cerainya dengan Tania. Namun di satu sisi ada Shanti, yang selalu mencintai dan menyayangi menantunya itu, sehingga membuat Rangga sulit melepaskan diri dari pernikahan yang tak pernah ia harapkan.
Di meja makan, terlihat Tania sedang menikmati sarapan paginya. Lebih tepatnya, ia belum menyentuh makanan di atas piring, hanya memandanginya saja.
"Nyonya, apa makanannya tidak sesuai dengan selera Anda?" suara Queen mengagetkan Tania.
"Tidak," jawab Tania, menoleh pada Queen yang membawa beberapa botol yogurt dan meletakkannya di atas meja, tepat di kursi kepala keluarga.
"Apa Tuan semalam pulang?" tanya Tania.
"Iya. Apa Nyonya tidak bertemu dengan Tuan?"
Queen melihat Tania yang menggelengkan kepala. Tak lama, terdengar suara langkah kaki pria yang menuruni tangga. Tania menoleh, melihat suaminya yang sudah rapi dengan pakaian formal.
Queen menarik kursi untuk Rangga. Pria itu segera duduk dan menatap tajam ke arah Tania, membuatnya langsung menunduk dan kembali menatap piringnya.
"Aku ingin keluar hari ini," tukas Tania. Rangga menaikkan satu alisnya.
"Sebelumnya kau sering pergi tanpa meminta izin. Kenapa hari ini begitu sopan meminta izin kepadaku?"
Tania terdiam mendengar jawaban itu, lalu menatap suaminya dengan datar. Ia lelah jika harus terus-menerus berdebat dengannya.
"Aku ingin pergi ke mal, ada yang ingin kubeli," lanjut Tania dengan tangan menggenggam sendok, berusaha menahan rasa takutnya.
"Pergilah, aku tidak akan melarangmu. Sebelumnya kamu juga tidak pernah meminta izin kepadaku, jadi aku tidak akan peduli ke mana kamu pergi. Asalkan kamu tidak membuat keributan di luar rumah yang bisa menyeret keluarga Wiguna dalam masalahmu. Kamu harus ingat, kehormatan keluargaku jauh lebih berharga dari harga dirimu," tegas Rangga sembari mengambil yogurt di depannya.
Mendengar cibiran dari mulut suaminya, Tania ingin sekali merobek mulut itu yang tak pernah menyaring perkataannya.
"Jika tidak ada lagi yang ingin kamu katakan, aku akan pergi ke kantor!" Rangga bangkit. Tania hanya diam, menghela napas kasar, lalu ikut bangkit dan bergegas mengejarnya menuju pintu utama.
Sabar, Tan. Kamu hanya perlu menjinakkan singa tua itu agar kebahagiaanmu kembali padamu, batin Tania sambil berlari mengejar Rangga.
"Tunggu!" teriak Tania ngos-ngosan. Rangga menoleh, mengambil tas kerjanya dari tangan Queen.
"Aku ingin keluar dan membeli sesuatu di mal."
"Jadi, apa masalahmu? Kenapa kau menghentikan kepergianku?" Rangga menatap datar, sementara Tania menahan emosi agar tidak berdebat lagi.
"Kar… kartu ATM-ku bermasalah, dan kartu kreditku tidak bisa digunakan!" akhirnya Tania menahan malu untuk mengatakannya. Tidak mungkin ia meminta pertolongan pada Dairuz soal ini, karena hanya akan menimbulkan kecurigaan tentang keharmonisan rumah tangganya.
"Yang bermasalah kartu ATM-mu, bukan ATM-ku. Kenapa kau harus mengatakan itu padaku?"
Tania menaikkan alisnya. Hilang sudah kesabarannya menghadapi pria seperti Rangga.
"Heeeh… sudah kuduga!" Tania tersenyum miring, lalu berbalik dan kembali ke kamarnya, meninggalkan Rangga di pintu utama.
Rangga tersenyum, lalu berbalik hendak pergi ke kantor.
"Queen, jangan pernah biarkan Nyonya menggunakan fasilitas rumah ini sebelum mendapat persetujuan dariku!" tegasnya.
"Baik, Tuan muda."
Rangga pun bergegas menuju mobil yang sudah disiapkan Queen.
Baru saja ia duduk di kursi kemudi, sebuah pesan masuk dari Adelia, kekasih pujaan hatinya.
[Bisakah kita sarapan bersama, sayang?]
Rangga menghela napas. Entah mengapa ia tidak sebahagia dulu saat menerima pesan dari Adelia. Sejak menikahi Tania, Rangga berusaha menjaga jarak, namun ia belum bisa memutuskan untuk menceritakan pernikahannya. Mengingat Adelia yang sering sakit, Rangga tak ingin membuatnya stres dan terbebani.
[Tunggu aku di lobi hotel, kita akan sarapan bersama.]
Akhirnya Rangga memutuskan untuk menemui wanita itu. Dari jendela, Tania menatap kesal mobil Rangga yang berputar keluar halaman.
Dengan kesalnya, Tania mengumpat dalam hati. Sejak menikah dengan Rangga, kebebasannya jadi terbatas, bahkan ia tidak bisa lagi menggunakan fasilitas yang diberikan Dairuz. Tania tahu, ATM dan kartu kreditnya pasti ulah Rangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
ratika
ayo semangat jinakakan hatinya
2023-02-21
1