Paket lagi

Apa aku harus membalas pesan orang ini? Sebenarnya apa sih yang ada di pikirannya. Konyol sekali membawaku masuk ke kehidupan mereka. Dasar pria aneh. Menatap layar dengan ragu, suara panggilan Wewen mengalihkan perhatianku.

"Za ... ini Anton. Dia detektif di kepolisian pusat. "

Wewen memperkenalkan orang ini, aku yakin ada susuatu yang di inginkannya. Baiklah, mari kita lihat apa itu.

"Sepertinya kamu cukup pintar membaca situasi. Ya, Aku memang membutuhkan bantuanmu. itulah kenapa aku repot-repot datang kesini."

Lihat, dia ingin meminta bantuan tapi masih saja bersikap sombong. Aku bukan orang yang bermurah hati pada orang seperti ini. kecuali dia punya penawaran yang bagus.

"Aku sedang menyelidiki kasus perdagangan manusia. Seseorang yang merupakan kaki tangan, pernah tinggal di panti yang sama denganmu."

Kemudian dia mengeluarkan selembar foto dari saku jaket kulitnya. Ia memberikan foto itu padaku.

"Kamu mengenalnya?"

Tentu saja mengenalnya, siapapun yang tinggal di panti mengenal baik wanita ini. Dia lebih tua 2 tahun dariku. Punya ambisi yang besar untuk kaya. Sayangnya dia tidak punya cukup bakat untuk menghasilkan uang. Apa yang dilakukannya, membuat masalah lain dalam segunung masalah yang di buatnya?

"Anda ingin saya mendekatinya dan mengorek informasi darinya, begitu? maaf saja, saya tidak terlalu dekat dengan siapapun di panti sehingga bisa berbicara santai dengan mereka."

Aku melirik Wewen sekilas yang mulai tampak gusar. Dia seperti menyuruhku mendengarkan penjelasan Anton ini sebelum menyela. Dia tahu aku tidak akan mendengarkannya, bukan?

"Tangkap saja dia, bukankah kalian sudah punya bukti. Kurung dan introgasi. Kenapa melibatkan warga sipil."

Aku hampir tertawa melihat ekspresi Wewen yang berdiri di belakang Anton. Bagaimana kalau aku melakukannya lebih dari ini, apa dia akan meledak padaku. Aku penasaran sekali.

"Tidak semudah itu Nona, Kami harus memiliki cukup bukti untuk menangkap Bos sesungguhnya. Tidak bisakah__"

"Tidak! maaf saja, siapa yang menjamin keselamatanku. Aku wanita dan aku tidak percaya kepada kalian."

Aku memotongnya, kali ini dengan bahasa yang tidak formal lagi. Kali ini di luar dugaanku. Wewen maju dan langsung melayangkan tangannya ke telingaku.

"Dasar rubah kecil! kamu menguasai martial art! sabuk hitam taekwondo! dan pernah belajar tinju! bagaimana bisa kamu menipuku selama ini dan sekarang kamu bilang kamu warga sipil yang lemah! Sampai kapan mau menipuku!"

Aku meringis menahan sakit di telingaku karena jewerannya. Apa dia sudah tidak waras. Aku menendang tulang keringnya sampai ia terhuyung dan melepaskan cekalannya di telingaku.

"Dasar rubah penipu! " semburnya.

Aku tergelak, Wewen lucu sekali. Aku tidak perlu repot-repot bertanya dari mana dia tahu tentang itu. Pria yang sedari tadi menonton kami dengan wajah angkuhnya ini sudah menjelaskannya. Detektif resmi memang berbeda ternyata.

"Aku memilihmu bukan asal comot, tentu saja aku menyelidikimu. Aku bisa memberikanmu imbalan yang kamu inginkan. tidakkah kamu tertarik membantu negaramu sendiri?"

Bolehkan aku tertawa mendengar pertanyaan sok negarawan darinya?

"8 tahun yang lalu orang sepertimu juga mengabaikanku. Hanya karena aku tidak membayar kalian dengan uang kalian tidak sudi menyelidiki kasus yang aku laporkan. sekarang kalian ingin aku mengabdi pada negara? menganggapku sampah dan menyuruhku pergi. Lihat siapa yang berbicara di hadapanku saat ini?"

 

Mendengar perkataanku, dua orang di hadapanku ini seketika bungkam. Wewen tampak terpaku di tempatnya. Aku tahu ini pertama kalinya aku menceritakan tentang masa laluku di depannya.

 

"Pak Wen! ada paket baru saja sampai."

Rekan Wewen yang lebih muda menyela kami, memberikan sebuah paket kecil. Aku menatap paket itu penasaran. Apa itu dari orang yang sama seperti tempo lalu?

"Apa kamu membeli barang online baru-baru ini?" tanyaku.

"Tidak ada."

"Kalau begitu buka didepanku."

Wewen melirik Anton sesaat sebelum berjalan kemeja kerjanya. Kami mengikutinya dan memperhatikan saat paket itu di buka.

Sebuah bungkusan hitam. Tidak terlalu besar, hanya seukuran telapak tagan. Wewen membuka bungkusan dan mengeluarkan isinya.

"Itu ... kenapa ... kenapa ini di paketkan ke padamu?"

Bagaimana aku tidak tercengang. Paket itu berisi kain bedungku dahulu. Kain persegi empat yang sangat halus dan kuat. Setahuku kain ini disimpan oleh ibu panti karena aku yang memintanya. Aku ingin itu sebagai bukti jika nanti orang yang membuangku datang mencariku.

"Za ...."

Panggilan Wewen menyadarkan keterkejutanku. Saat itulah aku sadar air mataku menetes sudah sangat deras. Tidak, siapapun yang sedang mempermainkan aku. Aku akan menemukan orang itu secepatnya!

"Za!"

Aku mengabaikan panggilan Wewen, Aku harus tahu siapa yang mengambil ini dari panti.

Sesampainya di tepi jalan raya, Aku menyetop taksi dan segera menuju panti asuhan. Pikiranku campur aduk. Kenapa kepada Wewen? Apa ia tahu aku membayarnya untuk mencari orang tuaku? Jika dia memang berniat membantu, aku yakin dia tidak akan repot-repot melakukan ini. Dia seperti sedang mengajakku bermain teka-teki dan ini sangat memguras emosiku berkali-kali.

Siapa orang ini sebenarnya? Apa dia orang yang sama dengan penguntit itu?

Juga sangat aneh, seharian ini aku tidak di ikuti lagi. Sebenarnya siapa mereka?

Terpopuler

Comments

Elvi

Elvi

udh baca 5bab, cerita nya bagus, semangat berkarya thor💪🏻👍🏻

2022-09-18

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 71 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!