Kebohongan kecil

Kenzo masih duduk di depan meja, menatap satu persatu kepala bagian perusahaannya. Wajah dinginnya membuat ruangan itu seoalah kekurangan oksigen. Ia melirik jam di tangannya dan menyunggingkan seringaian tipis. Sangat tipis nyaris tak terlihat.

Jimi sang asisten pribadinya menunduk dalam, memberikan hormat menangkap gelagat tuannya yang akan segera beranjak dari sana.

"Jim ... selesaikan ini. Laporkan padaku nanti."

Jimi menjawab dengan bungkukan badan dan berjalan mendahului Kenzo untuk membukakan pintu.

Dan disinilah ia sekarang, di depan apartemennya dengan beberapa bungkusan makanan dan juga jajanan. Menekan kode dan segera masuk. Begitu mencapai ruang tamu, ia disambut dengan tatapan tajam Zahira dan rengekan kedua keponakannya yang kelaparan.

"Pembohong besar. "

Zahira mengucapkannya dengan suara tertahan penuh kejengkelan. Ia lapar, sikembar mulai rewel dan orang yang dia janjikan akan datang tidak ada sama sekali.

Kenzo meletakkan bungkusan makanan yang langsung diserbu dua keponakannya. Ia mendekati Zahira dan memasang wajah menyesal.

"Aku lupa meminta nomor ponselmu, untuk mengabari bahwa pengasuh anak-anak ini sedang pulang kampung. Kakakku juga pergi ke Bali setelah bertengkar. Jadi bisa berikan nomor ponselmu?"

Zahira tidak langsung menjawab, ia melemparkan tatapan dingin.

"Aku bukan pengganti pengasuh ... dan aku harus pergi sekarang. Aku juga punya banyak urusan tuan besar. "

Usai mengatakan hal itu Zahira melangkahkan kakinya meninggalkan apartemen. Tidak menghiraukan panggilan Via yang memanggil manggilnya. Sepertinya Via sudah menyukainya. Kenzo menyeringai tipis. Membiarkan Zahira pergi dan menyusul kedua keponakannya untuk makan dan menyuapi mereka.

Kenzo meraih ponselnya dan menghubungi kakak iparnya yang nyatanya sama sekali tidak ke Bali. Mereka hanya sedang istirahat disalah satu unit apartemen di gedung ini.

" Seperti dugaanku ... dia pergi. Cepatlah kemari ... anak-anakmu mulai rewel, Kak."

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di sini?

Tidak berapa lama Karin datang dan langsung memeluk anak-anaknya diikuti suaminya di belakang.

"Jika bukan karena permainanmu anak-anakku tidak akan terlantar begini. ck! "

Kenzo tidak menghiraukan perkataan kakak iparnya. ia sedang memutar-mutar ponsel di tangannya dengan pandangan kosong.

"Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?"

Itu adalah pertanyaan dari kakaknya, Lutfi.

"Menyeretnya masuk kekehidupan kita tidak semudah itu, dia bukan orang yang mudah didekati. Dia sudah bekerja denganku lebih dari dua tahun tapi aku tidak tahu apa-apa tentangnya. Dia sangat tertutup bahkan pada karyawan lain yang dekat dengannya. "

"Terimakasih bantuanya, selanjutnya ini akan jadi urusanku. Kalian tidak perlu menghawatirkan apapun."

Kedua kakaknya Saling pandang melihat tanggapan Kenzo. Total tidak mengerti jalan pikiran adik mereka ini.

"Sebenarnya apa tujuanmu? Yang aku tahu dia hanya anak yatim piatu, dia berasal dari panti asuhan. Tidak ada yang istimewa tentangnya. Apa kamu jatuh cinta padanya? "

Kenzo tergelak mendengar pertanyaan Karin. ekspresinya menyatakan sangkalan. Membuat Karin lagi-lagi bertanya dalam diam kepada suaminya. Benar-benar tidak mengerti.

"Ayo pulang, anak-anak harus istirahat. Aku juga lelah. "

Lutfi bangkit dan menggendong Vio. Sementara sang istri menggendong Via. Meninggalkan Kenzo bersama makanan yang berserakan dan ruangan yang berantakan. tentu saja ia tidak akan mau repot-repot membersihkannya.

Dia menekan nekan layar ponselnya sampai menemukan kontak Zahira. Kemudian mengirim pesan melalui aplikasi Whatshapp. hanya satu kalimat, kemudian tersenyum kecil. Senyum tulus dalam artian sesungguhnya, bukan lagi seringaian seperti tadi.

Sementara ditempat lain, dimana Zahira sedang berada di kantor Wewen. Sedang menunggu detektif itu menyelesaikan urusannya dengan sang polisi atau detektif lain, Zahira tidak perduli.

Ketika notif pemberitahuan di ponselnya berbunyi, Zahira mengernyit bingung. Siapa yang mengirimnya pesan. Dia tidak pernah berkirim pesan dengan siapapun selain Wewen. Kontak di ponselnya juga hanya ada nomor Wewen, ibu panti, bos nya dan Rara. sementara tiga yang lainnya tidak pernah berkirim pesan dengannya. Hanya dengan Wewen dia berkirim pesan.

Zahira memandang dua detektif yang sedang berbincang itu. tidak ada satupun yang memegang ponsel. Akhirnya dengan bingung dia meraih ponsel yang berada di dalam tas dan membukanya.

Seketika dia mengernyit heran. Menyadari sesuatu, dia mengeraskan rahangnya penuh kejengkelan.

"Terimakasih untuk kebaikanmu, Aku akan membalasmu nanti."

Itu adalah bunyi pesannya dan dia dengan sadar dan penuh keyakinan tahu siapa pengirimnya.

Episodes
Episodes

Updated 71 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!