istri baru Romo

"Boleh aku melihat ke kamar Mbak Ningsih kang mas, siapa tau aku bisa menemukan sesuatu?" tanya Naina yang merasa janggal.

"Mau apa, semua barang Ningsih sudah di bawa ke gudang," jawab Romo Jalal.

"Hanya ingin melihat dengan dekat saja, wanita yang sangat berbakti pada suaminya," jawab Naina.

"Apa kamu ingin mencontohnya?"

"Sepertinya itu akan butuh waktu lama," jawab Naina.

"Agus, Joyo antar nyonya ke kamar nyonya tua, ingat jangan sampai lengah," perintah Romo Jalal.

"Baik Romo," jawab keduanya.

Tentu saja dua pelayan itu otomatis akan pergi mengikuti kemana pun Naina pergi.

Mereka menuju ke area rumah sebelah kiri, Naina sempat menoleh ke arah suaminya yang ternyata sudah tak ada di tempat duduknya.

Naina bukan mencari simpati, tapi mencari celah agar bisa lari dari tempat itu.

Bukan dia cari mati, tapi dia tak ingin seumur hidupnya harus di habiskan di rumah penuh aturan seperti ini.

Sesampainya di rumah yang di tinggali oleh Ningsih, baru juga masuk kedalam aroma dupa masih sangat tercium.

"Uh... aroma ini," kata Naina yang kaget.

"Ini adalah dupa aroma kesukaan nyonya Ningsih," jawab Mbok Siti.

Naina pun mencoba membiasakan diri, dan melihat reaksi dari Naina, Joyo dan Agus pun membuka jendela rumah itu.

Dan perlahan aroma dupa itu perlahan sedikit berkurang, dan Naina berjalan ke arah kamar utama rumah itu.

Karena dia memang ingin mencari sesuatu di sana, dia masuk ke kamar bergaya klasik dengan ukiran kayu di seluruh ruangan.

Bahkan ranjang di kamar itu terbuat dari kayu jati berukiran sangat mewah.

"Ternyata kang mas sangat mencintai Mbak Ningsih ya," kata Naina.

Tak sengaja Naina menemukan sebuah foto besar, dan di dalam foto itu Ningsih duduk di lantai dengan Romo Jalal duduk di kursi.

Dia merasa aneh, kenapa Ningsih duduk di lantai, padahal tadi Romo mengatakan jika Naina tidak boleh di lantai karena tempatnya itu di sisinya.

"Apa ini..."

Dia pun merasa aneh dengan buku yang di pegang oleh Ningsih di dalam foto.

Dia segera mencari buku itu, dan saat membuka lemari Ningsih dan mencarinya di tumpukan baju, Naina menemukan tiga buku yang serupa.

Dia pun membawa buku itu, dan menyembunyikan di balik bajunya.

"Nyonya sudah lihat-lihat?" tanya mbok Siti kaget melihat Naina keluar dengan menyembunyikan sesuatu.

"Iya mbok, sekarang kita pulang karena sudah hampir malam," kata Naina yang berjalan cukup cepat.

Tapi tiba-tiba sesosok pria berdiri di depan Naina, "AA...!" teriaknya cukup keras hingga terjatuh.

"Maaf nyonya," kata pria itu.

"Aduh pak Harto, kamu menakuti nyonya seperti ini," kata Mak Ijah yang membantu Naina bangkit.

Tiba-tiba buku yang di sembunyikan Naina jatuh, "ini buku milik nyonya Ningsih,"

"Aku ingin belajar agar bisa membantu Suamiku, apa tidak boleh," kata Naina merebutnya dari mbok Siti.

"Nyonya itu ide bagus, tapi jika nyonya memikirkan hal lain, takutnya Romo marah dan menghukum nyonya, ingat nyonya kemarahan Romo adalah hal yang sangat mengerikan," pesan pak Harto.

"Iya aku tau, tapi kenapa bilang seperti itu sekarang," kata Naina yang merasa aneh.

"Tidak ada, saya hanya mau bilang jika Romo sedang ada urusan di luar,maka beliau akan pulang nanti sore," jawab pak Harso yang kemudian pergi begitu saja.

"Sungguh tidak jelas," gumam Naina yang berjalan menuju ke rumah utama.

Sedang di desa, Romo Jalal sedang menerima aduan dari beberapa petani yang merasa tak terima saat tanah mereka di serobot oleh orang.

"Mulai bercerita," kata Romo dengan tegas.

"Romo ... tolong beri keadilan pada ku Romo, Sugeng ini telah mengambil lahan sawah milikku, karena dia terus menipiskan galengan di antara sawah kami, padahal dulu galengan itu bisa di lalui sepeda, kini buat jalan kaki saja susah Romo, dan saat saya ingatkan dia malah menantang saya adu bacok," kata pak Karman.

"Itu bohong Romo, saya menantang dia Adi bacok karena dia dengan genit menggoda istri saya," kata pak Sugeng tak terima.

"Panggil istrimu, dan saksi jika ada," kata Romo Jalal datar sambil memperhatikan tingkah kedua orang itu.

Seorang wanita berusia empat puluh lima tahun datang, pakaian wanita itu cukup ketat dan terlihat juga ber-make up cukup tebal.

"Apa benar Karman menggoda mu," tanya Romo Jalal.

"Iya Romo, saat itu saya sedang membantu sulam tandur di sawah bersama suami saya, dan saat saya di tinggalkan sendiri oleh suami saya, Karman mulai menggoda saya,"jawab wanita itu.

Tiba-tiba Jul dan Sarno yang menemani Romo Jalal memainkan golok yang mereka bawa.

Melihat itu sosok wanita itu dan Karman gemetar, "kalian yakin bukan pasangan selingkuh?" tanya Romo Jalal.

"Ti- tidak Romo," jawab wanita itu gemetar.

"Tapi kenapa saksi ini memberatkan anda," kata Romo yang mengandeng tangan seorang bocah.

"Andi..." kata pak Sugeng

Karman dan istri pak Sugeng kaget, bagaimana bisa bocah itu datang padahal tadi wanita itu memastikan jika Andi minum obat tidur.

Jika Andi mengatakan semuanya hidup mereka di pertaruhkan, karena hukuman di desa itu sangat kejam untuk perselingkuhan.

"Jadi Andi... katakan apa yang terjadi sebenarnya, apa benar ayah mu menantang pak Karman untuk carok karena dia menggoda ibu mu," tanya Romo Jalal.

Bocah itu melihat kearah ibunya,dia tak mau ibunya itu akan terluka karena ucapannya.

"Andi jika kamu berbohong, itu akan membuat ibumu tersiksa, jadi katakan yang sesungguhnya," kata Romo Jalal.

"Ibu dan pak Karman sedang saling menindih tubuh, ibu dan pak Karman melakukannya tanpa baju di saung di tengah sawah saat sepi, kebetulan aku pulang sekolah berjalan kaki melewati tempat itu, awalnya aku ingin pergi tapi dia menahan ku dan mengancam ku akan di bunuh jika cerita ke bapak," jawab bocah berusia sembilan tahun itu.

Mendengar itu, Jul berdiri di belakang keduanya, "melempar fitnah, berselingkuh dan berkhianat, hukuman cambuk rotan seratus kali, dan arak keliling kampung, dan untuk pak Karman untuk memberikan sebagian tanahnya sebagai tanda kompensasi untuk pak Sugeng," kata Romo Jalal yang di setujui oleh semua orang

"Tidak bisa!!! aku tidak bisa di hukum cambuk karena aku sedang hamil!!" teriak istri pak Sugeng.

"******!!!" teriak pak Sugeng mengorok leher istrinya itu dengan parang yang dia bawa hingga kepala wanita itu putus.

"Ibu!!" teriak anak pak Sugeng.

Pak Karman mundur karena ketakutan,dia tak menyangka jika pak Sugeng benar-benar bisa melakukan hal kejam itu.

Jul merebut parang itu, dan pak Sugeng masih memegang kepala istrinya itu.

"Ampun Sugeng, aku tergoda istrimu karena dia yang selalu berpakaian minim dan selalu menanggapi para pria yang menggodanya," kata pak Karman gemetar hingga mengompol.

"Sugeng tenang kita selesaikan dengan baik," kata Romo Jalal yang menenangkan putra pria itu

"Hukuman ini yang pantas Romo..." kata pak Sugeng.

"Kami setuju, karena mereka pembuat malu dan dosa besar," kata warga desa.

Terpopuler

Comments

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

serem amat thor..
itu kepala d gorok ampe putus dr tubuh nya..

2023-02-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!