Naina kini sedang berada di kamar bersama kedua anaknya, dia membiarkan telur otak Arik dan pasta di kamarnya yang memang sangat luas.
Terlebih dia memiliki peralatan listrik di dalam kamarnya, jadi dia tak perlu pusing karena tidak bisa makan.
Dia melihat kedua anaknya makan dengan sangat lahap, dia pun seperti terseret kembali ke masa lalu.
Bagaimana dia yang baru saja lulus SMA di paksa menikah dengan pria yang usianya calon suaminya itu sama dengan ayahnya.
〰️〰️〰️〰️
Naina masih menangis bahkan saat perias pengantin datang untuk mempercantik dirinya.
Perias itu pun tak bisa melakukan apapun, karena dia tak pertama kali melihat hal seperti ini, "aku tak mau menikah Bu... tolong bujuk ayah...."
"Itu tak mungkin Nina, ibu dan ayah sudah menerima uang dari Romo Jalal, jadi nurut atau kami tak akan menganggap mu anak lagi, dan kamu akan melihat kami mati saat membatalkan pernikahan ini," ancam ibu Naina.
Naina pun tak bisa bicara lagi, jadi dia memutuskan untuk menurut dan mau di make up.
Bahkan Naina mematahkan kartu SIM miliknya agar kekasihnya Reino tak menghubunginya lagi.
Naina di rias cukup lama, karena calon suaminya ingin menunjukkan bahwa hanya wanita sempurna yang bisa menjadi istrinya.
Akhirnya akad nikah terdengar oleh Naina, dan kini dia pun telah sah menjadi istri dan sekarang dia di tuntun untuk menghampiri suaminya.
Saat berjalan menuju ke arah suaminya itu, Naina terus menunduk takut dan tak ingin melihat sosok pria itu.
Dan saat di depan pria itu, Romo Jalal mengangkat wajah istrinya itu dan membuat Naina sedikit kaget.
Karena pria di depannya itu tak terlihat seusia ayahnya, itu tak mungkin karena dia dengar dari omongan warga jika pria itu seusia ayahnya.
Naina mencium tangan pria itu dan resepsi pernikahan di lanjutkan hingga malam hari dengan sangat meriah.
Setelah pesta, sosok Romo Jalal memberikan uang satu tas besar pada orang tua istrinya itu.
Kini Naina sadar jika dia sudah di jual oleh orang tuanya sendiri pada pria yang lebih pantas jadi ayahnya.
"Sekarang ayo kita pulang sayang," kata Romo Jalal merangkul bahu istrinya itu.
"Inggeh..."
Mereka pun pergi dengan mengunakan mobil menuju ke rumah mewah kediaman Rahmat yang sangat terkenal di desa itu.
Saat memasuki halaman rumah itu sangat luas, hingga ada tiga bangunan berdiri di pekarangan itu.
"Kenapa ada tiga bangunan Romo?" tanya Naina takut
"Panggil aku kang mas, itu adalah bangunan utama milik ku, di sisi kanan milik nyonya sepuh istri pertama ku, dan sisi kiri milik istri kedua ku nyonya tua, dan bangunan utama menjadi milik mu yang harus melayaniku tanpa penolakan, jika tidak seluruh keluarga mu yang mati," kata Romo Jalal yang turun dari mobil.
Naina pun ikut turun saat salah satu pengawal suaminya membukakan pintu.
Beberapa pelayan berlari mengambil tas milik Naina yang memang barangnya memang tak banyak.
Romo Jalal merangkul bahu dari istrinya itu, dan berjalan menuju ke arah rumah utama.
Saat mereka sampai terlihat ada dua wanita yang menyambut mereka berdua dengan senyum ramah.
"Selamat datang kang mas, dan adik baru kami," katanya dengan ramah.
"Hem... perkenalkan Naina, dia adalah istri pertama ku yang bernama Sulastri kamu bisa memanggilnya mbak Lastri dan yang di sebelah kanannya adalah istri kedua ku, namanya Ningsih, dan aku harap kalian tidak melakukan apapun yang akan melukai Naina, mengerti..."
"Inggeh kang mas," jawab keduanya sambil tersenyum.
Romo Jalal mengajak Naina masuk kedalam rumah utama, karena selama tiga bulan kedepan dia harus bersama Romo Jalal.
Naina kaget melihat kamar uang begitu luas, bahkan ada ruang tamu yang lengkap dengan kulkas dan mini dapur dan juga TV yang begitu besar
"Ini kamar atau rumah di dalam kamar," kata Naina yang merasa takjub.
"Sudah mandilah dulu dan kenakan baju yang ada di atas ranjang, ingat jangan menolak atau membantah," kata Romo Jalal yang menuju ke dapur untuk membuat sesuatu.
"Baik kang mas,"
Naina mandi ke arah kamar tidur, dan dia mengambil baju yang terlipat di ranjang.
Setelah mandi dia bingung karena baju yang di siapkan begitu tak berguna menurutnya.
Pasalnya baju itu terbuat dari jaring-jaring berwarna merah,bahkan baju itu tak bisa menutupi seluruh tubuhnya.
Dia keluar dari kamar mandi dan melihat sosok suaminya sedang berdiri di depan kamar mandi dengan tatapan lain.
"Maaf mas, silahkan kalau mau mandi," kata Naina yang langsung menuju ke arah tas miliknya karena dia ingin mengambil baju lain.
Tapi tanpa di duga, Naina di tarik dengan kasar dan Romo Jalal langsung menindihnya.
"Tolong lepaskan... kamu menyakiti ku..." lirih Naina yang mulai menangis.
"Ingat jangan menolak atau..." ancam Romo Jalal yang kini melanjutkan menikmati tubuh indah dan seksi milik istrinya.
Bahkan dia tak mengampuni Naina yang sudah menangis karena rasa sakit di bagian intimnya.
Bagaimana tidak, pria itu terus meminta Naina melayaninya dengan tanpa henti.
Sedang di rumah bagian kiri, seorang pelayan mencampur sesuatu di jamu milik Ningsih.
Ya itu adalah jamu tradisional yang perlahan akan menggerogoti tubuh Ningsih dan membuatnya mati perlahan.
Ya karena Ningsih menjaga dirinya dengan minum jamu setiap hari, jadi melukainya dengan hal yang dia sukai itu terlalu mudah.
Itu adalah ulah dari Bu Lastri yang tak ingin kasih sayang suaminya di bagi terlalu banyak, jadi dia menyingkirkan Ningsih yang bahkan tak bisa memberikan anak meski sudah menikah tiga tahun.
Bu Ningsih pun minum jamu seperti biasa tanpa curiga apapun, "silahkan istirahat nyonya," kata pelayan yang selalu mengikuti wanita itu.
"Iya mbok," jawab Bu Ningsih yang merebahkan tubuhnya di ranjang.
Dan wanita itu pun memejamkan mata dengan tenang, "selamat jalan Ningsih, setelah ini aku akan segera mengirim Naina bersama mu, jadi yang sabar ya Ning," kata Bu Lastri di kamarnya
Sedang di kamar pengantin baru itu, Romo Jalal masih menikmati waktu olahraga panasnya.
Bahkan setelah tau istrinya masih perawan, staminanya seperti tak bisa terbendung lagi.
Bahkan Naina sudah pingsan karena tak bisa menahan rasa sakitnya karena paksaan dan kelelahan
Entah berapa kali pria itu menumpahkan semua benihnya di dalam rahim istri barunya itu.
"Aku bersumpah akan sangat menjaga mu, dan tak sembarang orang melayani mu karena kamu satu-satunya harapan ku untuk mendapatkan keturunan," lirih Romo Jalal.
Setelah itu, keesokan harinya, saat masih menikmati waktunya bersama Naina yang sedang di atas tubuhnya.
Tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk cukup keras, dan itu membuatnya terpaksa mengakhiri permainan paginya.
Dan dia memakai baju miliknya dan membuka pintu kamar, "mau apa kamu mengganggu pagi seperti ini, kamu lupa aturan rumah ini!" bentaknya.
"Maafkan kebodohan dan kelancangan saya Romo, tapi ada berita ketiwasan nyonya tua di temukan meninggal dunia dalam tidurnya," kata Alip yang langsung membuat Romo Jalal pergi ke rumah bagian kiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments