Sesuai dengan janjinya, Mikha meminta untuk beli es krim. Tuan Leon menghentikan mobilnya di sebuah minimarket yang tidak jauh dari bandara. Arkha langsung turun dengan tetap menggendong Mikha, sementara Vina mengikutinya dari belakang.
''Ambil semua yang Mikha mau, Om Arkha yang traktir.'' ujar Arkha.
''Beneran Om?'' balas Mikha dengan wajah sumringahnya.
Arkha jongkok untuk mensejajarkan dengan keponakannya.
''Iya doong.'' jawab Arkha.
''Horeeeee.''
Mikha langsung berlarian menuju rak-rak di samping kanan kirinya.
Melihat hal itu, Vina yang tadinya berada di belakang Arkha pun langsung sedikit berlari untuk mengejar Mikhael. Apalagi saat melihat Arkha hanya diam saja melihat Mikha berlarian.
"Permisi, maaf." ucap Vina saat melewati Arkha.
Arkha mendesis kesal karena menganggap baby sitter itu tidak sopan. Padahal yang dilakukan Vina sudah cukup sopan, mulai dari mengucapkan kata permisi dan juga membungkukkan badannya.
''Mikha, ambil yang sekiranya Mikha mau makan ya, sayang.'' sergap Vina saat melihat Mikha asal mengambil.
''Iya Mbak Ina.'' jawab Mikha nurut.
''Jangan terlalu banyak dilarang, nanti jadi orang penakut.'' timpal Arkha yang sudah berada di belakang Vina.
Vina merasa Arkha akan memanjakan Mikha, sedangkan ia yang setiap saat bersama Mikha akan jauh lebih memiliki tanggungjawab yang besar. Karena jika terjadi sesuatu hal, tentu saja orang pertama yang akan dicari adalah Vina.
''Maaf Tuan Arkha, disini saya bekerja, jadi saya hanya berusaha bertanggungjawab atas pekerjaan saya. Saya juga menyayangi Mikha seperti anak saya sendiri, jadi sebisa mungkin tidak sembarangan saya berikan.'' balas Vina tanpa berani menatap Arkha.
Cih!
Arkha mendesis lagi mendengar apa yang dikatakan oleh Vina.
"Sok perhatian!" gumam Arkha dengan tatapan mata yang merendahkan Vina.
Vina memilih menganggap itu angin lalu, ia harus fokus pada kebaikan Mikha.
Saat pertama kali Vina bekerja, Arkha sudah berada di luar negeri. Sehingga pertemuan mereka memang sangatlah jarang, Arkha sosok yang dingin kepada para pekerja dirumahnya, namun, ia bisa menjadi sosok yang manja kepada ibunya. Dan hal berbeda, ia sangat lembut kepada keponakannya, Mikhael.
''Mau ambil lagi?'' tanya Vina.
''Sudah Mbak Ina, itu ajah.'' jawab Mikha.
Keranjang yang dipegang oleh Vina sudah hampir penuh terisi berbagai macam cemilan dan juga minuman yang dipilih sendiri oleh Mikha.
Arkha mengambil alih keranjang tersebut dan membawanya ke meja kasir. Setelah membayar, ia langsung membawa kantong plastik itu sendiri.
''Biar saya yang bawa, Tuan.'' pinta Vina.
''Biar saya saja, kamu gandeng Mikha.'' balas Arkha.
Tanpa Arkha suruh, saat inipun tangan mungil Mikha sudah berada di genggaman tangan Vina.
''Baik, Tuan.'' jawab Vina.
Ketiganya keluar dari minimarket dengan hasil belanjaan milik Mikhael.
''Mikha, sayang, jangan lari-lari.'' ujar Vina.
Vina sedikit terseret-seret karena Mikha berusaha berlarian kecil agar berdampingan dengan Arkha yang sudah melangkah di depannya.
''Om Arkha jangan cepet-cepet jalannya!'' protes Mikha.
''Ahh sayang, maafkan Om Arkha ya.'' ucap Arkha.
Arkha mengusap rambut Mikha gemas.
''Eh Mikha, jangan begitu.'' sergap Vina karena tiba-tiba Mikha melakukan sesuatu hal yang mengejutkannya.
Tangan kiri Mikha sudah digandeng oleh Vina, tiba-tiba saja ia mengulurkan tangan kanannya untuk menggandeng tangan kiri Arkha sehingga membuat Vina dan Arkha saling menatap karena terkejut.
''Mikha seperti bergandengan sama mama dan papa.'' ungkap Mikha polos. Menatap Arkha dan Vina secara bergantian.
Deg!
Baik Vina maupun Arkha sama-sama terkejut dengan apa yang diungkapkan oleh Mikha, keduanya langsung kehabisan kata-kata. Namun, keduanya tentu saja tidak menganggap hal itu serius. Ada kesedihan di hati keduanya mendengar ungkapan polos Mikha, namun, bagaimana pun juga mereka orang yang berbeda.
''Kita semua sayaaaaang banget sama Mikha.'' Vina mengecup kening Mikha.
Mikha tersenyum manis memperlihatkan giginya yang sudah mulai ompong.
''Maaf Tuan, biar saya yang membawa plastik itu. Lebih baik anda menggendong Mikha.'' ujar Vina.
Arkha sedikit mendelik, bisa-bisanya baby sitter ini memberi perintah padanya. Namun, melihat sikap Mikha yang membuatnya terkejut, Arkha pun langsung menyerahkan kantong hasil belanjaan itu ke Vina tanpa berbicara.
''Mikha nggak mau digendong, Oomm.'' rajuk Mikha.
''Itu sudah di tunggu sama opa dan oma.'' bantah Arkha beralibi dan tetap mengangkat tubuh Mikha.
Dengan sedikit berlari, Arkha menggendong Mikha agar cepat masuk ke dalam mobil. Tidak menuruti kekecewaan yang dirasakan oleh Mikha.
Vina dan Arkha berharap pasangan senior ini tidak melihat apa yang terjadi. Keduanya beradu tatap sekilas saat didalam mobil. Sorot mata yang diberikan Arkha membuat Vina langsung menunduk.
''Sudah?'' tanya tuan Leon.
''Sudah, Pa.'' jawab Arkha.
Helaan nafas lega dilakukan oleh Vina dan Arkha saat tidak ada pembahasan tentang sikap Mikha.
Posisi tuan Leon memarkirkan mobilnya memang paling ujung, untuk menatap ke depan minimarket memang sulit karena tertutup oleh kendaraan lainnya.
Arkha langsung menutupi rasa leganya dengan memberikan es krim ke Mikha yang tadi dipilih sendiri.
Mikha pun sepertinya juga sudah melupakan kejadian tadi, ia tampak senang menikmati es krim dengan mulut yang belepotan.
''Yaaahh, ice cream nya jatuh di baju Om Arkha.'' ujar Arkha.
Mikha pun langsung memastikan sendiri apa yang dikatakan oleh omnya.
''Maafin Mikha ya, Om ... Mikha nggak sengaja.'' ucap Mikha polos.
''Iya, Om Arkha maafin kok.'' jawab Arkha.
Dengan tingkah polosnya, Mikha mengambilkan tisu dan memberikannya untuk Arkha agar membersihkan sendiri karena ia masih fokus dengan ice cream.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments