***
Mentari pagi menyapa indahnya hari. Suasana sejuk tercipta karena AC di ruangan itu terus menyala sepanjang malam.
Jenna terusik dalam tidurnya. Perlahan ia membuka matanya. Gelap.
Tangan Jenna pun meraba raba sekitarnya. Ia memang cukup takut dengan kegelapan.
Jenna menyibak kain yang menutupi wajahnya. Pantas saja gelap, ternyata ada yang menutupi wajahnya. Saat akan bangun, ia terhalang oleh sebuah lengan yang melingkar di perutnya. Jenna yang tadinya belum sadar kini sudah sadar sepenuhnya saat merasakan ada tangan yang melingkar di perutnya. Bahkan ternyata dirinya tidur pada dada seorang pria.
Sialan. Kenapa bisa ia sebodoh ini?
Semua ini gara gara Mario dan wanita itu. Jenna sangat membenci mereka.
Jenna perlahan menyingkirkan tangan pria yang melingkar di perutnya. Beruntung pria itu tidak bangun. Setelah bisa bisa keluar dari dalam dekapan pria itu, Jenna pun berjalan dengan perlahan memunguti pakaiannya. Selangk*ngannya terasa sangat perih sekali.
Jenna tahu apa yang sudah terjadi dengannya semalam. Kehormatan yang ia jaga selama dua puluh dua tahun lenyap dalam hitungan kurang dari dua puluh empat jam.
Bodoh.
Sejak tadi Jenna terus merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa ia tidur dengan pria yang bahkan tidak ia kenal? Bahkan lebih parahnya lagi dia tidur dengan pria yang ia temui di club ini.
Jenna dengan cepat memakai pakaiannya. Ia bahkan tidak mencuci wajahnya. Beruntung semalam ia tidak meninggalkan tasnya jadi ia bisa mengambil masker disana. Jenna memang selalu membawa masker kemana mana.
Perlahan Jenna membuka pintu kamar dan pergi dari sana. Tujuannya bukan rumah, tapi apartement miliknya. Jika ia pulang dalam keadaan seperti ini, bisa bisa kepalanya dipenggal oleh papinya.
Sementara itu, di dalam kamar, sebenarnya Zayn sudah bangun lebih dulu dari pada wanita tadi. Ia memang sengaja bertingkah seolah belum bangun. Ia hanya ingin melihat reaksi wanita itu.
Semalam adalah pengalaman yang tidak akan pernah ia lupakan. Wanita itu dengan agresifnya bergerak diatas tubuh Zayn. Miliknya sangat sempit. Bahkan Zayn sangat kesusahan untuk menerobos lub*ng kenikmatan itu. Namun setelah usaha dan percobaan beberapa kali, akhirnya ia berhasil.
Zayn juga tahu, semalam adalah hal pertama untuk wanita itu. Ini juga hal pertama untuk dirinya. Mereka berdua masih sama sama tersegel. Dan semalam mereka melepas segelnya.
Sejak tadi senyum di wajah tampan seorang Zayn Arcellio Nagendra tercetak.
Tiba tiba pintunya diketuk. Masuklah seorang pria yang menjadi asistennya. Dia Mathew.
"Tuan, wanita yang bersama anda semalam barusan saja pergi. Apa perlu kita mengejarnya?" Tanya Mathew.
"Tidak perlu karena sebentar lagi aku akan bertemu dengannya. Cari tahu informasi tentang wanita tadi," ucap Zayn.
"Baik tuan," ucap Math patuh.
***
Jenna baru saja sampai di apartmeentnya. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur miliknya. Sungguh kejadian mengerikan yang tidak ingin ia bayangkan. Namun sialnya otaknya ini terus memaksanya untuk memingat kejadian semalam.
"Bodoh, bodoh, bodoh. Gimana kalo hamil," ucap Jenna. Ia pun bergegas membuka ponselnya untuk melihat kalender. Ini bukan masa suburnya.
"Gue harus cepet cepet mandi. Gue ngerasa jijik anjir sama tubuh gue sendiri," erangnya. Jenna pun segera pergi ke kamar mandi untum membersihkan badannya yang lengket akibat kejadian mengerikan semalam. Ia bahkan mengarahkan air shower pada miliknya. Berharap semua cairan pria itu hilang dari sana.
Dua puluh menit berlalu, Jenna pun keluar dari dalam kamar mandi. Ia hanya menggunakan handuk yang melilit tubuhnya serta handuk kecil untuk melilit rambutnya yang basah.
Jenna menatap dirinya di pantulan cermin yang ada di wastafel.
"Nikah aja belom udah mandi besar. Jenna bodoh. Percuma lo jadi lulusan terbaik, cuma gara gara Mario ngamar sama sepupu lo. Anjin* lah, mereka harus mati. Gue gak rela," ucapnya kesal. Ia pun mengepalkan tangannya.
"Jadi yang selama ini di curigai Ale itu bener? Insting seorang sahabat emang gak pernah salah. Tiga tahun hubungan kita gak ada apa apanya buat lo ya Yo? Sampe sampe lo harus selingkuh sama Yura? Kenapa harus Yura? Dia sepupu gue anji*g," umpatnya. Tanpa sadar air mata Jenna keluar.
Sungguh malang sekali nasibnya. Ternyata memang benar, menjalin hubungan yang lama tidak menjalin pasangan kita setia.
Sekarang semuanya terbukti. Dan Jenna mengalaminya sendiri.
"Lo lihat aja, gue gak bakalan nangis nangis lagi setelah ini. Gue pastiin kalo elo yang bakalan menyesal karena udah selingkuhin gue Mario Satria," ucap Jenna. Ia mengusap air matanya dan berjalan ke arah lemari untuk memakai pakaiannya.
Jenna memang baru sampai di Indonesia kemarin bersama dengan Ale, sahabatnya. Mereka baru saja menyelesaikan pendidikannya di Amerika. Tepatnya di Boston.
Nabila Alesya, adalah sahabat Jenna sejak TK. Bisa dibayangkan bukan seberapa dekat mereka ini.
Namun saat kuliah, mereka mengambil jurusan yang berbeda. Jenna mengambil jurusan management bisnis sedangkan Ale mengambil jurusan tata boga.
Jenna memakai pakaiannya. Ia belum menghubungi orang tuanya. Mereka juga tiba kemarin di Indonesia. Jenna belum berniat menghubungi mereka. Jenna merasa bersalah karena sudah mengecewakan orang tuanya. Bagaimana jika mereka tahu?
Sudah pasti papinya akan mencari pria itu dan akan menikahkan mereka secara paksa.
Tidak, tidak. Jenna tidak mau hal itu terjadi dan Jenna tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Jenna baru saja di kecewakan dan Jenna tidak mau menjalin hubungan dulu dengan pria lain. Apalagi sekarang dia sudah tidak suci lagi. Apa masih ada pria yang mau padanya.
"Miris banget nasib gue. Kenapa gue harus kayak gini? Jenna bodoh. Mati aja lo," umpatnya. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Ia ingin menangis karena nasibnya yang sangat malang. Namun tidak jadi karena ada panggilan dari, maminya.
Jenna buru buru mengangkat telepon itu.
"Iya mi?"
"Kamu kapan pulang sih? Betah amat di apart. Hari ini rumah bakalan kedatangan keluarga sayang, mereka mau merayakan keberhasilan kamu. Karena kamu lulus dengan nilai memuaskan. Papi juga udah siapin hadiah buat kamu," ucap Jeni. Mami Jenna.
"Kapan acaranya?" Tanya Jenna.
"Dua jam lagi sayang. Pulang sekarang ya?" Pinta Jeni.
"Mami, maafin Jenna ya kalo Jenna sering buat salah. Bahkan mungkin itu kesalahan yang fatal," ucap Jenna. Ia menghapus kasar air mata yang mengalir begitu saja.
"Kamu kenapa? Apa terjadi sesuatu sama kamu? Mami sama papi jemput kesana ya?" Tanya Jeni khawatir.
"Jangan. Jenna kesana sekarang. Mami sama papi jangan merasa kecewa ya sama kelakuan Jenna yang abnormal gak bisa diem," ucap Jenna.
"Iya sayang. Udah kamu siap siap. Hati hati di jalan."
Tut.
Tbc.
Ramein guysssss
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments