Satu Kata Penuh Luka

Luka yang ditorehkan oleh Starla sangat dalam, meskipun secara tidak sengaja, tetapi masih membekas di hati Sean. Akal sehat Sean seolah ikut hancur, bukan hanya itu, semanjak saat itu Sean menjadi cepat marah. Tidak jarang Sean melampiaskan rasa marahnya kepada orang lain. Kini rasa cinta untuk Starla pun kian memudar yang tersisa hanya benci.

Setelah Starla dan Marcello pergi amarah Sean masih ada. Sean membawa wanita bayaran ke apartemennya untuk menghibur dirinya, tetapi justru Sean menyiksanya.

Wanita yang ingin memberinya kenikmatan justru disakitinya. Wanita itu pikir saat Sean mengajaknya untuk menghabiskan malam bersama akan terasa indah. Justru mimpi buruk yang ia dapat. Berulang kali wanita itu meminta Sean untuk berhenti, bahkan rela untuk tidak dibayar, tetapi Sean tidak menghiraukannya, pria itu sudah kehilangan akalnya.

Sean terus melampiaskan amarahnya, menggerakkan tubuhnya di atas wanitanya dengan kasar bahkan tidak peduli dengan rintihan wanita itu. Matanya memerah, rahangnya mengeras, terlihat banyak kemarahan di dalam dirinya.

"Tolong hentikan! Ini sakit."

Sean menggeram dan berhenti setelah mencapai puncaknya. Sean langsung bangun memisahkan tubuhnya dari si wanita. Sean juga melepas pengaman yang dipakainya dan membuangnya ke tempat sampah.

"Apa kamu sudah gila? Kamu membayarku bukan berarti kamu bisa bersikap seenaknya padaku."

Sean tidak menghiraukan ocehan wanita, Sean hanya menunjukkan ekspresi seolah sedang mengejeknya.

"Tidak akan ada wanita yang mau menghabiskan malam denganmu jika tindakanmu seperti ini!"

"Diam! Siapa lo? Berani sekali bicara seperti itu! Lo hanya wanita murahan yang tidak ada harganya." Sean mencengkeram kedua sisi wajah wanita itu, menatapnya tajam.

"Pergi dari sini!" Sean melepaskan cengkeramannya lalu melempar segepok uang ke wajah wanita itu, ia juga menyuruhnya untuk pergi dan tidak lagi menampakan wajah di hadapannya.

Sean duduk mencoba untuk tenang, tetapi tidak berhasil, ia lalu mengambil bantal melemparnya ke sembarang tempat. "Sial! Wanita-wanita itu benar-benar sudah merusak hari gue."

Malam itu Sean merasa tidak puas, meskipun sudah melampiaskannya tetapi itu belum cukup. Tarikan napas Sean sangat cepat dan tidak beraturan. Tubuhnya kini benar-benar sudah dikuasai oleh amarah.

Sean memutuskan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari sisa pergulatannya. Sudah hampir satu jam Sean berdiri di bawah aliran air berharap dinginnya air bisa memadamkan api yang sedang membakar dirinya. Namun tak berhasil. Sean yang mulai frustrasi meninju tembok di hadapannya masih dengan membiarkan air mengguyur tubuhnya.

"Bagaimana caranya gue bisa melupakan penghinaan itu?"

Sean menyudahi mandinya, tubuhnya mulai menggigil, tetapi api dalam dirinya belum juga padam. Ia kembali ke kamar dan memakai pakaiannya. Setelah itu Sean menuang minunan membawanya ke dekat jendela. Pemandangan malam yang indah tidak membuat Sean terpukau. Hidupnya menjadi gelap seperti tidak ada cahaya.

Perlahan minuman di gelas berkurang bersamaan dengan rasa marah Sean. Hanya minumannya yang bisa membuat Sean melupakan luka di hatinya, tetapi saat minuman itu sudah habis maka Sean akan kembali menjadi orang lain.

Sean tidak tahu bagaimana cara untuk melupakan semuanya. Semakin ingin ia melupakan justru semakin ia mengingatnya. Dalam rasa frustasi itu Sean mendengar suara ponselnya, ada panggilan masuk. Sean merasa malas untuk menerima panggilan itu, tetapi sepertinya orang di seberang sana tidak mau mengerti. Sean mengela napas berat ia menjauh dari jendela untuk mengambil ponselnya.

Sean meraih ponsel melihat ada nomor yang tidak dikenal baru saja menghubunginya. Awalnya Sean malas menanggapi orang itu. Baru saja Sean akan menghapus nomor itu dari riwayat panggilan, nomor itu justru mengirimnya pesan.

"Om Sean ya, aku Selina."

Eh?

Sean mengerutkan keningnya, ia bertanya di dalam hati dari mana gadis itu mendapatkan nomornya. Sepertinya pikirannya sampai ke Selina, gadis itu mengirim jawaban dari pertanyaannya.

"Aku tahu nomor om dari om Arya."

Sean meletakan gelas di meja nakas, melupakan minumannya dan lebih tertarik untuk membalas pesan dari Selina, gadis kecil dengan tubuhnya yang seksi.

"Ada apa? Bukanya tadi lo sudah tidur?"

"Iya Om, tapi aku bangun gara-gara mimpiin Om."

Sean mengerutkan keningnya, sambil menahan tawa.

"Apa gue seperti mimpi buruk?"

"Bukan begitu, Om."

"Lalu?"

"Aku mau minta maaf sama Om."

"Minta maaf untuk apa?"

"Aku sudah tidak sopan sama Om. Aku menghabiskan kue yang Om bawakan untuk Tante Keisha. Aku tidak bermaksud untuk itu, aku hanya ingin bercanda."

"Harusnya gue yang minta maaf. Harusnya reaksi gue tidak seperti itu. Maaf."

"Jadi Om sudah maafin aku?"

"Iya."

"Kalau begitu aku tidur lagi ya Om. Selamat malam."

Sean tertawa dengan rasa tidak percaya gadis itu bangun hanya untuk minta maaf. Dasar gadis kecil.

"Baiklah, tidur yang nyenyak."

"Om, juga ya. Nice to meet you."

Sean menaruh ponselnya lalu menghabiskan sisa minumannya. Bibir Sean melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman mengingat Selina gadis kecil dengan tubuhnya yang seksi. Mengingat tubuh Selina, pikiran liar Sean langsung datang.

"Sayang dia masih anak-anak, coba kalau dia perempuan dewasa aku akan langsung membawanya ke kamar hotel."

Sean merebahkan tubuhnya menjadikan tangannya sebagai bantal. Ia tersenyum sendiri membayangkan Selina. Tanpa Sean sadari rasa marah dalam dirinya kian memudar dan matanya mulai terpejam.

******

Di tempat lain dan di waktu yang sama.

Dari club malam Starla dan Marcello kembali ke apartemen pribadi Marcello. Keduanya duduk berdampingan di atas tempat tidur. Starla masih menangis, mencurahkan isi hatinya kepada Marcello. Sang kekasih sudah berusaha menenangkannya, tetapi Starla belum juga berhenti menangis.

"Aku benar-benar tidak sengaja mengucapakan kata-kata itu, aku terbawa emosi saat itu."

"Jangan dipikirkan lagi. Bang Sean sedang marah saat ini."

"Mau sampai kapan dia marah? Aku hanya ingin kita seperti dulu, bersuka cita bersama."

"Itu tidak akan pernah terjadi Starla. Kita sudah dewasa, apalagi ada hubungan baru. Kita tidak akan bisa bersama seperti dulu."

"Ini semua gara-gara aku. Kenapa aku tidak bisa mengontrol ucapanku?"

"Apa kamu menyesal Starla dengan semua ini? Kamu menyesal sudah memutuskan untuk menikah denganku?"

Starla menoleh ke arah Marcello menggenggam tangannya dan menatap sang kekasih.

"Apa yang kamu katakan? Bagaimana mungkin aku menyesal menjalin hubungan denganmu."

"Tapi aku melihat ada keresahan di matamu."

"Aku merasa resah bukan karena hubungan kita. Aku hanya takut, apakah nanti Sean bisa menerimaku sebagai adik iparnya? Aku juga takut karena aku hubungan kalian menjadi tidak akur."

"Dia tidak akan seperti itu. Aku percaya padanya, saat ini dia hanya sedang marah. Nanti jika rasa marahnya sudah mereda pasti dia akan bisa menerimamu dan tidak marah lagi padaku. Trust me."

"Aku percaya padamu."

Keduanya saling menatap dan berbalas senyuman. Starla mengusap pipi Marcello lalu memajukan wajahnya begitu juga dengan Marcello, keduanya menyatukan bibir mereka.

Kecupan lembut kian menuntut. Marcello mendorong tubuh Starla ke ranjang menciumnya dengan rakus, Starla pun tidak ingin kalah, ia membalas kecupan Marcello. Mereka tidak ingin mengakhiri dengan cepat, sampai keduanya mulai dikuasi oleh hasrat.

Tangan Marcello bergerak untuk menurunkan resleting dress Starla. Marcello mulai menjelajah setiap inci tubuh Strala lalu menanggalkan kain yang masih tersisa di tubuh wanita itu. Marcello sadar atas tindakannya, ia bangun dan duduk membelakangi Starla, Marcello takut Strala akan marah. Namun reaksinya Starla justru berbeda.

"Ada apa? Kenapa berhenti?" Starla duduk memeluk Marcello dari belakang.

"Maaf, Starla. Ini tidak benar, aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa mengendalikan diriku."

"Kalau begitu lanjutkan saja. Aku rela. Mau saat ini ataupun nanti kita akan tetap melakukannya, 'kan?"

Dan malam itu menjadi malam pertama bagi keduanya.

Apa komentar kalian gaes, soal hubungan Starla dan Marcello.

Terpopuler

Comments

Fitriya Rofiq Anshori

Fitriya Rofiq Anshori

starla kok seperti cewek murahan y thor...marcello udah bilang ini gk benar eh malah dia minta dilanjutin...mana ada kucing yang nolak jika dikasih ikan...kayaknya starla ada maksud lain dengan menikahi marcello...

2023-02-05

0

Echa0710

Echa0710

ty Kakak 🥰🥰🥰

2023-02-05

0

Bundanya Robby

Bundanya Robby

1 kata buat authornya.... semangat 💪💪💪💪💪💪

2023-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!