Konflik Panas

"Katanya gak lapar tapi makannya kok banyak?" ejek Selina.

Sean mendengus mendengar ledekan dari Selina.

"Tadi memang gue gak lapar, tapi liat makanan seenak ini sayang kalau gak gue makan. Dan Gue sangat lapar sekarang gue pengin makan lo."

Sean masih melahap makanannya yang masih tersisa di piringnya. Namun ia berhenti saat melihat kue yang dibawanya untuk Keisha dimakan oleh Selina.

"Eh, kenapa lo makan kue itu?" tanya Sean.

"Memang kenapa? Makanan memang untuk dimakan, bukan?" jawab Selina.

"Tapi itu gue bawa buat Keisha, bukan buat lo," ucap Sean.

"Aunty juga gak keberatan." Selina menatap Keisha sambil berkata, "Iya, 'kan Aunty."

"Iya kamu makan saja. Kalau kurang aku akan suruh Sean membelikannya lagi untukmu," ucap Keisha.

"Terima kasih, Aunty." Selina kembali melihat ke arah Sean. "Tuh dengar tidak? Tante Keisha saja gak keberatan."

Sean kesal, tetapi ia lebih kesal melihat Selina menghabiskan kue itu untuk meledeknya. "Habis, Om. Lain kali belikan lagi untuk aku ya, Om."

"Apa sekolah dan keluarga lo tidak pernah mengajari lo untuk menghargai orang yang lebih tua. Keisha belum makan secuil pun kue itu dan lo justru menghabisinya," ucap Sean.

Selina terkejut mendengar ucapan Sean. Selina belum sepenuhnya melupakan jika dirinya lahir tanpa ada yang menginginkan dirinya bahkan mungkin ibunya sendiri.

Tanpa bicara apapun Selina menaruh sepotong roti yang masih ada di tangannya lalu pergi meninggalkan meja makan. Setelah beberapa langkah ia berhenti dan berbalik.

"Aku memang tidak pernah diajarkan apapun oleh orang tuaku. Kamu puas?"

Barulah Sean sadar dengan ucapannya. Bagaimana dirinya bisa begitu bodoh mengatakan hal yang menyakitkan bagi Selina. Bicara mengenai orang tua adalah masalah yang masih sensitif bagi Selina.

"Se, kenapa bicara seperti itu padanya hanya karena dia meledekmu dengan menghabiskan kue ini." Keisha beranjak dari meja makan untuk menyusul Selina.

Sean melengos dan tidak merespon apa ucapan Keisha. Sekarang dirinya benar-benar merasa tidak enak hati apalagi kepada Arya.

"Maaf, Bang. Harusnya reaksi gue gak seperti itu tadi," ucap Sean.

"Jangan dipikirkan, lo baru bertemu dengannya. Jadi lo belum mengenal dia sepenuhnya," ucap Arya.

"Gue akan minta maaf padanya," ucap Sean.

"Jangan, biarkan dia tenang dulu. Nanti setelah dia tenang lo bisa bicara padanya," ucap Arya.

"Oke, baiklah."

"Ya sudah. Bukannya tadi lo bilang ada perlu sama gue? Sebaiknya kita bicara di ruang kerja gue saja," ajak Arya.

Sean dan Arya meninggalkan meja makan, mereka masuk ke ruang kerja Arya untuk membicarakan bisnis. Selama pembahasan Sean tidak fokus ia masih merasa tidak enak hati kepada Selina.

"Kita akhiri ini sampai di sini saja. Sepertinya lo juga sedang tidak fokus," ucap Arya.

"Ya, gue masih memikirkan gadis itu," jawab Sean.

"Gue lihat mereka dulu." Arya beranjak dari kursi, ia ingin melihat keadaan Keisha dan Selina. Belum sempat ia keluar dari tempat itu, ia melihat Keisha datang dengan membawa dua cangkir kopi.

"Kalian sudah selesai? Aku baru saja membawakan kopi untuk kalian," ucap Keisha.

Arya mengambil nampan yang dibawa oleh Keisha dan masuk kembali ke ruang kerja. Arya menaruh kopi di meja lalu kembali duduk di sofa ikuti oleh Keisha.

"Ya, aku akhiri ini dengan cepat. Sean sepertinya sedang tidak fokus," jawab Arya.

"Di mana gadis itu? Gue ingin menemuinya," ucap Sean.

"Dia sudah tidur. Besok saja kamu bicara," jawab Keisha.

"Gue benar-benar minta maaf untuk tadi." Sean nampak sangat menyesal.

"Sepertinya suasana hatimu sedang tidak baik, Se?" tebak Keisha.

"Tidak, hanya sedikit ada masalah dengan pekerjaan," elak Sean.

Bukan pekerjaan melainkan masalah hati yang belum sembuh dari luka.

"Ini sudah malam, sebaiknya gue pulang. Maaf Keisha gue tidak bisa menginap di sini. Besok gue akan datang lagi untuk meminta maaf pada gadis itu," ucap Sean.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi," ucap Keisha.

"Minum kopimu dulu setelah itu aku akan mengantarmu ke depan," lanjut Keisha.

"Tidak lo istirahatlah saja. Lo terlihat kesusahan berjalan membawa perut sebesar itu," ledek Sean.

"Jangan menyepelekan aku ya," ucap Keisha.

"Dasar cerewet, keras kepala. Semoga anak lo nanti tidak seperti ibunya," ucap Sean seraya menahan tawanya.

"Dasar, cepat pergi sana. Lama tidak bertemu sekalinya datang malah terus meledekku." Keisha melihat kedua tangannya di depan dada sambil memberengut membuat Sean dan Arya menahan tawa mereka.

"Kopinya sudah habis, gue pulang dulu," pamit Sean.

"Ayo aku akan mengantarmu," ucap Keisha. "Aku antar Sean dulu, Mas."

"Baiklah, aku tidak ikut mengantar. Aku harus bereskan pekerjaanku dulu," ucap Arya.

"Tidak apa-apa. Sampai jumpa," ucap Sean.

Sean berjalan beriringan bersama Keisha dengan tangan Keisha yang melingkar di lengannya. Jika ada yang tidak mengenal keduanya, pasti mereka akan mengira jika Keisha dan Sean adalah sepasang kekasih.

"Baiklah, sampai di sini saja. Masuklah dan istirahat yang cukup," ucap Sean dibalas anggukan oleh Keisha.

"Se ... apa kamu baik-baik saja?" tanya Keisha tiba-tiba.

"Ya, gue baik-baik saja. Kenapa memang?" tanya balik Sean.

"Tidak ada. Jika kamu ada masalah jangan dipendam sendiri ceritalah padaku atau siapapun. Jangan membuat semua orang cemas terutama om Pasha," ucap Keisha.

Sampai di situ Sean baru sadar alasan kenapa sang ayah memaksa untuk dirinya datang ke rumah Keisha.

"Iya. Aku pulang dulu." Sean mengacak-acak rambut Keisha sebelum masuk ke mobilnya.

*****

Pergi dari rumah Keisha, Sean tidak langsung pulang, ia justru memilih untuk pergi ke club malam. Ia ingin mencari kesenangan di sana. Namin siapa menyangka di sana ia justru bertemu dengan Starla yang membuat mood-nya hancur.

"Sean, ayo kita pulang," ajak Starla.

Sean menolak, ia menjauhkan tangan Starla dari lengannya.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Sean dengan tatapannya yang sinis.

"Sean, ini tidak benar. Kamu kenapa jadi seperti ini. Kamu bersama wanita-wanita murahan seperti mereka, ini tidak baik," ucap Starla.

"Bukan urusan lo. Jangan sok peduli sama gue," ucap Sean.

Sean dan Starla bedebat bahkan mereka sudah menjadi tontonan di sana. Starla selalu bicara jika apa yang dilakukan Sean tidak benar. Sean sadar itu memang tidak benar, tetapi kata-kata Starla sebelumnya sudah menyakiti hatinya.

"Sean, ayo kita pergi. Aku muak berada di tempat yang menjijikan seperti ini." Starla menarik Sean tetapi Sean kembali menjauhkan tangan Starla.

"Kalau begitu lo pergi dari tempat yang menjijikan ini. Jangan ikut campur dengan urusan gue," ucap Sean.

"Sean, kenapa lo jadi seperti ini," ucap Starla dengan air matanya.

Sean melengos tidak ingin melihat itu atau dirinya akan menjadi lemah. "Gue bilang pergi!"

"Sean kalau kamu marah padaku dan Marcello, tolong jangan seperti ini. Lampiaskan amarahmu pada kami," ucap Starla.

"Gue bilang pergi!" Sean menarik Starla melemparnya untuk pergi.

Starla hampir saja terjatuh jika Marcello tidak menangkapnya. "Bang, ini sudah keterlaluan!"

"Gue cuma ingin nih cewek tidak ikut campur dengan urusan gue. Tapi dia keras kepala!"

"Tapi tidak begini caranya. Lo sudah nyakitin dia. Kalau lo marah lo lampiaskan sama gue."

"Sean, maaf. Bukannya aku mau ikut campur dengan kehidupanmu. Tapi ini salah Se, aku peduli sama kamu," ucap Starla.

"Jangan sok peduli dengan gue, hanya untuk nunjukin lo adik ipar yang baik di mata gue," ucap Sean.

"Bang, lo marah sama gue lampiaskan ini sama gue. Ayo pukul gue!" ucap Marcello.

Sean mendorong Marcello, Sean muak, ia bahkan sudah tidak bisa mengontrol emosinya.

"Jangan terlalu percaya diri. Gue gak marah sama lo berdua, gue juga gak peduli lo dan lo yang mau menikah. Gue cuma ingin menunjukkan sama dia apa itu hal yang menjijikan itu," ucap Sean.

"Pergi dari sini! Jangan muncul di hadapan gue itu bisa merusak mood gue," ucap Sean.

Sean menarik salah satu wanita malam didekatnya, menciumnya dengan rakus bahkan Sean tidak segan-segan meremas dada wanita itu.

"Lo kenapa jadi kaya gini, Bang?" ucap Marcello.

Sean tidak merespon ucapan Marcello, ia masih sibuk dengan hal gilanya.

"Starla, ayo kita pergi laki-laki ini saat ini susah untuk diajak bicara," ajak Marcello.

Setelah Marcello dan Starla pergi barulah Sean menghentikan hal gilanya.

Terpopuler

Comments

Bundanya Robby

Bundanya Robby

maka nya klw bicara di saring dulu ya strala ..gak semua orang suka

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!