Halo, Om

Sean turun dari mobil ketika sampai di rumah Keisha. Tidak lupa ia juga membawa berkas dan kue yang ia belikan untuk Keisha. Sudah lebih dari lima bulan ia tidak bertemu dengan kakak sepupunya. Entah bagaimana kabarnya?

Sejenak Sean berdiri di samping mobil memandang rumah yang ada di depannya. Beberapa kali ia ke rumah itu dan tetap sama, sebelum masuk ia harus mengela napas berat. Ia belum masuk, tetapi sudah membayangkan saat ia berjalan di dalam rumah bak lapangan bola itu. Sangat melelahkan. Namun, demi bertemu dengan kakak sepupunya, ia rela untuk menahan rasa lelah itu.

Sean berjalan menuju pintu utama, ada penjaga yang menyapanya.

"Selamat malam, mas Sean. Sudah lama tidak datang," sapa penjaga.

"Malam Pak. Bang Arya ada gak?" tanya Sean.

"Wah kalau bapak lagi pergi, Mas. Tapi ibu Keisha ada di dalam. Tadi beliau sedang makan," jawab penjaga.

"Baiklah, terima kasih. Saya masuk dulu," ucap Sean.

"Oh, silahkan, Mas."

Sean masuk ke rumah. Hal yang paling Sean suka dari rumah itu adalah ketika ia masuk sudah disuguhkan oleh desain interior yang elegan yang memanjakan mata. Akan tetapi Sean paling benci harus mencari keberadaan Keisha di rumah itu, sudah seperti mencari jarum di atas tumpukan jerami.

Merasa bosan berjalan, ia memanggil Keisha bermaksud menyuruh Keisha yang datang saja padanya.

"Cerewet di mana lo?" panggil Sean.

Sean sengaja tidak memanggil nama. Sean tahu jika ia panggil dengan sebutan 'cerewet' sepupunya akan segera datang.

Tidak ada sahutan. Sean berdiri dengan gayanya yang sok, dengan memasukan salah satu telapak tangan ke dalam saku celananya Sean pun kembali memanggil Keisha lagi.

"Cerewet!"

"Diam kamu! Datang bukannya ngucapin salam malah teriak-teriak."

Sean cengengesan mendengar suara Keisha. Ia melihat ke asal suara. Sean melongo seketika, ia dibuat terkejut dan takjub saat melihat Keisha. Sepupunya berjalan ke arahnya dengan perutnya yang membesar, Keisha nampak kesulitan untuk berjalan. Sean merasa bersalah membiarkan Keisha yang datang padanya.

"Hey, lo hamil? Sejak kapan?"

Rasanya Keisha ingin memukul kepala Sean. Bagaimana bisa adik sepupunya tidak tahu mengenai kehamilannya.

"Jadi kamu masih ingat denganku. Aku pikir kamu sudah lupa padaku."

"Tunggu! Lo hamil sama Arya?

Keisha memutar bola matanya jengah mendengar pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Sean.

"Menurut lo?" Keisha melotot ke arah Sean membuatnya cengengesan.

"Hehe, maaf gue bercanda." Sean memeluk Keisha ia tertawa geli saat perut buncit Keisha menyentuh perutnya. "Lo lucu sekali dengan perut lo yang buncit ini."

"Jangan bilang aku seperti badut," cicit Keisha.

"Hehehe, lo selalu tahu apa yang gue pikirkan," ledek Sean.

"Huh, kamu keterlaluan tidak pernah menemuiku bahkan saat acara tujuh bulanan kamu juga tidak datang. Sekalinya datang malah mengejekku." Keisha memberengut.

"Maaf, gue sibuk kerja. Lo juga tahu saat acara itu gue berada di luar negeri. Tidak mungkin bagiku untuk pulang," jelas Sean

"Ya, ya aku tahu itu. Aku akan protes sama om Pasha, kenapa dia memberimu pekerjaan yang banyak," ucap Keisha.

"Sudah jangan merajuk lagi. Gue bawain kue kesukaan lo." Sean menunjukkan bungkusan dengan nama sebuah toko di kemasannya.

"Thank you. Kamu selalu tahu kesukaanku," ucap Keisha.

Saat keduanya bersama, Keisha lebih cocok untuk menjadi adik bukan seorang kakak dengan sikap manjanya kepada Sean. Mungkin karena umur Keisha lebih muda dari Sean.

"Oh iya, apa yang membuatmu datang ke sini?"

"Gue akan menjawabnya, tetapi setidaknya tolong izinkan gue untuk duduk," ucap Sean.

"Maaf, aku terlalu kesal padamu sampai aku lupa menyuruhmu untuk duduk. Ayo ikut aku," ajak Keisha.

Keduanya duduk di ruang keluarga. Mereka banyak berbincang, tidak jarang mereka tertawa di sela obrolan mereka. Setelah itu Sean bertanya mengenai keberadaan Arya. Sean mengatakan ada berkas yang membutuhkan tanda tangan Arya. Keisha pun mengatakan jika Arya sedang sedang pergi ke bandara menjemput keponakannya. Saat bicara mengenai keponakannya raut wajah Keisha berubah sedih dan Sean menyadari itu.

"Ada apa?" tanya Sean.

"Aku sedih jika bicara soal Selina," jawab Keisha.

"Memang dia kenapa?" tanya Sean lagi.

Keisha pun menceritakan sedikit tentang keponakannya yang bernama Selina Anastasia. Gadis itu berumur 17 tahun, anak kerabat sang suami, gadis itu lahir dari hubungan di luar nikah. Laki-laki itu mau bertanggung jawab, sebab laki-laki itu sudah memiliki keluarga. Ibunya sudah menikah kembali saat ia berumur 5 tahun. Pada saat umurnya 10 tahun Selina dikirim ke sekolah asrama agar Selina bisa mandiri, tetapi sebenarnya keluarga dari suami ibunya tidak menginginkannya. Selina baru tahu dan menyadari saat ia tumbuh dewasa. Saat Selina menginjakkan kakinya di SMA, ia dikirim ke luar negeri. Selina merasa asing di sana maka dari itu Selina menceritakan apa yang terjadi dan meminta bantuan kepada Arya.

Sean tersentuh dengan cerita itu, tetapi tiba-tiba ia teringat akan sesuatu dan meminta Keisha untuk menyudahi ceritanya.

"Hentikan cerita lo ini! Sangat membosankan!"

Sebenarnya Sean merasa ngeri, bagaimana jika benihnya tumbuh di salah satu wanita yang ia tiduri. Sean tidak mencintai wanita-wanita itu. Jika salah satunya hamil Sean tidak yakin bisa bertanggungjawab.

"Ah masa bodo. Lagi pula itu tidak mungkin, gue pake pengaman," pikir Sean.

"Se, kenapa kamu melamun? Ada yang lagi dipikirkan?" tanya Keisha.

"Tidak, hanya saja gue sedang berpikir. Apa gadis itu akan tinggal di sini?" tanya Sean.

"Iya, mas Arya sangat sayang padanya. Aku juga kasihan padanya harus menjalani hidup seperti itu. Dia dihina, padahal itu bukan kesalahannya. Dia tidak tahu kalau dia dilahirkan dalam keadaan yang seperti itu," jawab Keisha.

Sean melongo, ucapan Keisha membuat dirinya menjadi tidak bersemangat untuk menikmati tubuh wanita-wanita seksi yang sedang menantinya.

Pembicaraan itu terhenti ketikan mereka mendengar suara klakson.

"Sepertinya mereka sudah datang. Aku akan menemui mereka dulu. Tunggulah di sini," ucap Keisha dibalas anggukkan oleh Sean.

Sean memerhatikan Keisha yang sedang berjalan menuju pintu utama. Lagi-lagi ucapan Keisha kembali mengganggu pikirannya. Merasa frustrasi Sean memilih untuk menyusul Keisha. Saat Sean akan melangkah, ia lebih dulu melihat Keisha dan Arya. Tiba-tiba ada sesuatu yang membuat mata Sean tidak berkedip. Gadis yang berjalan di antara Keisha dan Arya mencuri perhatiannya. Melihat gadis itu, Sean merasakan celananya mendadak menjadi sesak ada sesuatu yang mengeras di dalamnya.

Sean mengumpat. Dia merasa butuh pelampiasan.

"Sean!"

Panggilan itu mengejutkan Sean.

"Eh, iya ada apa?"

"Kamu kenapa melamun?" tanya Keisha.

"Tidak ada," jawab Sean gagap.

"Ini Selina, aku sudah menceritakan tentang dia bukan," ucap Keisha.

"Iya." Tapi lo gak bilang gadis ini memiliki tubuh yang sangat seksi.

"Selina, dia adik sepupuku namanya Sean," ucap Keisha.

"Halo, Om." Selina mengulurkan tangannya ke arah Sean.

"Lo, panggil gue apa? Om?" Sean nampak tidak suka saat dipanggil om oleh Selina. Bukan tidak suka lebih tepatnya Sean merasa harga dirinya jatuh dipanggil dengan sebutan itu oleh Selina. Jiwa liar Sean meronta, ia ingin Selina memanggil dirinya dengan panggilan yang mesra. Namun Sean segera menyingkirkan hal itu mengingat Selina gadis kecil.

"Iya, kamu adiknya aunty Keisha, jadi aku panggil kamu 'om' seperti aku manggil om Arya. Atau kamu mau aku panggil 'sayang?"

Sean lagi-lagi mengumpat di dalam hatinya. Gadis itu seperti sedang menguji kesabarannya. Sean sekarang benar-benar seperti daddy surga di hadapan Keisha dan Arya.

"Jangan tertawa kalian," ucap Sean kepada Arya dan Keisha yang terlihat sedang menahan tawa mereka.

"Sudah-sudah, ayo duduk, kita makan dulu," ajak Keisha.

"Tidak, Kei, gue sudah kenyang. Sebaiknya gue pulang," tolak Sean.

"Tidak ada penolakan Sean. Lagi pula kamu tadi bilang ada perlu sama mas Arya, 'kan? Jadi tetap di sini. Bila perlu kamu menginap."

"Tapi ...." Ucapan Sean terhenti melihat raut wajah Keisha berubah menjadi sedih. Bahkan Sean melihat ada air mata di sana. "Baiklah, aku akan tinggal beberapa saat lagi di sini."

"Bagus," ucap Keisha.

Sean kembali dibuat takjub oleh perubahan mood Keisha dari sedih berubah menjadi senang.

"Cepat sekali mood-nya berubah," gumam Sean.

"Ayo, Sean. Jangan berani menolak permintaan dari wanita hamil atau lo akan mengalami masalah besar," ucap Arya.

"Maksud lo?" Sean tidak mengerti maksud Arya.

"Lo akan tahu dan paham kelak saat lo sudah menikah dan istri lo hamil. Menghadapi wanita hamil lebih sulit dari pada harus menghadapi binatang buas," ucap Arya.

Sean bergidik ngeri, apa sesulit itu menghadapi wanita yang sedang hamil. Itu pikirkan nanti saja, Sean ingin segera pergi dari rumah itu sebab ia tidak tahan melihat tubuh seksi yang padat milik Selina. Ia ingin segera menyalurkan hasratnya, tetapi bagaimana untuk membuat Keisha mengerti, Arya saja yang merupakan suaminya saja tidak berani menolak Keisha.

"Huh tidak ada pilihan lain selain mandi dingin malam-malam," batin Sean.

Terpopuler

Comments

Bundanya Robby

Bundanya Robby

🤣🤣🤣🤣🤣🤣awas lho Sean ..jangan marah2 entar kamu bucin sama Selena baru tau kamu

2023-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!