Luna menutup Pintu gerbang lalu berlari ke arah rumah. Luna masuk ke dalam rumah dan langsung berjumpa dengan cowok yang kemarin bertamu ke rumahnya. Luna meliriknya dengan sinis, menandakan ia semakin tak suka akan kehadiran cowok berandalan itu.
“Ngapain kamu ke sini lagi,” suara Luna menggema di sudut ruang tamu. Regan yang awalnya tengah memainkan Ponsel sambil duduk di sofa, kini mengalihkan Pandangannya ke Luna
“Aku Udah bilang ke kamu, aku nggak mau liat kamu lagi. Kenapa kamu ngeyel banget sih,” ucap Luna mulai marah.
Regan bangkit dari sofa, menghampiri Luna dengan senyuman jahil di wajahnya. Senyuman yang benar-benar tidak Luna sukai. Senyuman itu Penuh misteri, sungguh menyebalkan.
“Aku Udah bilang. Aku kangen kamu, Luna.” Regan mengaku. “Alesan aku dateng ke sini karena aku Pengin ajak kamu jalan. Aku Pengin kita lakuin sesuatu yang awalnya sering kita lakuin. Pergi ke bioskop, dinner, jalan jalan, Pokoknya semuanya. Emangnya kamu nggak kangen semua itu,”
“Enggak,” Luna menjawab tanpa ragu. “Kalau kamu kangen lakuin itu, kamu bisa ajak cewek lain. Kamu Nggak Perlu ajak aku, karena kamu udah tahu sendiri jawabannya, aku bakal nolak apa pun ajakan kamu,”
“ Luna, kenapa sih,” Regan maju selangkah ke arah Luna," Kenapa kamu segitu bencinya sama aku,"
“Aku males berurusan sama kamu. Aku Nggak mau liat muka kamu lagi, Regan,” Luna membentak, napasnya memburu.
" Pergi dari rumah aku sekarang "
Regan menggeleng sambil tertawa Paksa.
“Aku Nggak bakal Pergi sebelum kamu kabulin keinginan aku.”
“Kamu bukan siapa siapa aku. Kamu Nggak berhak minta ini itu sama aku, karena aku Nggak bakal mau kabulin semua itu,”
Regan terdiam. Bola matanya yang cokelat terang itu memandang dang Luna dengan tatapan mendalam Yang terjadi selanjutnya, Regan membungkuk dan langsung membopong tubuh Luna di bahunya yang kekar lalu berjalan menaiki anak tangga menuju lantai dua.
“Lepasin,” Luna meronta. Luka di lututnya membuat sulit bergerak cepat.
“Lepasin, Regan Turunin aku,”
“No, Honey. I won't.” Regan tersenyum jahat. Senyuman yang Luna benci semenjak mereka telah resmi memutuskan hubungan. Walau Luna tidak melihat senyuman itu, tetap saja ia bisa merasakan aura itu karena dirinya sudah mengenal Regan sejak lama.
“PAK SAT—AHI!!” Luna memekik ketika Regan memukul Pahanya. Tidak terima karena disentuh oleh Regan, Luna memukul-mukul Punggung Regan dengan keras berusaha agar cowok itu menurunkannya dari gendongan. Meski Pukulan Luna terbilang lemah, ia tetap berusaha dan tak berhenti menggebuk Punggung cowok itu. Luna kini menangis.
“Percuma kamu Panggil, satpam kamu itu lagi aku suruh beli makanan buat aku,” ucap Regan
" Percuma juga kamu pukul-Pukul aku, karena rasanya nggak seberapa, Sayang. Kamu malah kayak ngebelai aku jadinya.”
“Lepasinaku,” Luna masih terus mencoba untuk membebaskan diri Walau usahanya terlihat sia-sia.
“Kamar kamu dikunci Nggak,” Regan bertanya seperti tak memiliki dosa. Pertanyaan itu pun membuat tangis Luna semakin menjadi. Wajahnya mulai berkeringat dan detak jantungnya tak bisa dipungkiri seberapa kencang lagi.
“MAMA,” Luna memekik histeris. Mengapa di saat-saat seperti ini tidak ada satu pun orang yang menolongnya. Mengapa kejadian seperti ini harus terjadi lagi. Bahkan, di rumahnya sendiri.
Ceklek
Pintu kamar Luna terbuka. Regan tersenyum lebar, sebab sebelumnya ia berpikir kamar Luna terkunci Teryata, keberuntungan masih ada dipihaknya. Dan sepertinya dewi fortuna tidak berpihak Pada Luna Tersenyum nakal, Regan berjalan ke arah kasur Luna yang berukuran besar itu.
“Jangan masuk kamar aku,” Luna menggertak.
“Jangan masuk,”
“Terlambat. Aku udah masuk oh ralat, kita udah masuk.” Senyuman nakal itu semakin terlihat jelas di wajah Regan.
“Kamu mau Ngapain sih,” Luna bertanya dengan nada mem bentak.
“Jangan macem macem sama aku, Regan,”
“Aku Nggak macem macem, Sayang. Aku cuma mau main-main sama kamu.” Regan tertawa sinis.
" Pasti kamu bakal suka sama Permainan ini.”
Tak diduga, Regan melempar tubuh Luna ke atas kasur. Luna meringis tentu saja, karena tadi Pagi tubuhnya baru saja dibanting ke lantai dan sekarang ia dibanting ke kasur. Luna hendak bangkit dari Posisi semula, tetapi Regan menahannya dengan kuat.
" Mau ke mana ? Kita belum lakuin itu, Sayang.”
“Apaan sih,” Luna melepas tangan Regan dari bahunya. “Kamu Nggak bisa Perlakuin aku seenak jidat kamu. Pergi kamu dari kamar aku,”
“Enggak mau.” Regan menampilkan wajah konyolnya, sok imut, bikin enek.
“Pergi,” Luna teriak lagi, membuat air matanya semakin jatuh berderai.
“Aku bilang gak mau, ya gak mau,” nada bicara Regan naik satu oktaf seraya ia mendorong tubuh Luna. Alhasil, Luna kembali terlentang di kasur. Pada saat itu, Regan langsung menahan tubuh Luna untuk tidak bergerak dengan cara duduk di atas Perut gadis itu.
Luna lantas terkejut bukan main. Ia meronta, tetapi sekarang kedua tangannya ditahan oleh Regan. Luna seakan tidak bisa bergerak tubuhnya dikunci oleh Regan. ia memejamkan matanya dan dalam hati meminta Pertolongan Pada Tuhan.
“Apa sih mau kamu, Gan,”
“Kamu.” Regan menjawab. “Aku mau kamu, Luna.”
Regan menampar Pipinya dengan kencang, hingga Luna tidak sadarkan diri. Sekarang Luna tidak meronta seperti sebelumnya karena Luna sudah masuk ke alam bawah sadarnya.
Lebih dari lima menit, Pintu kamar Luna terbuka lebar hingga Punggung Pintu itu menabrak tembok. Lengkingan tajam itu merasuki telinga Regan dan membuatnya Panik di detik Pertama ia melihat siapa yang datang.
“Astagfirullah,” Miska memegang dadanya, berjalan cepat mendekati dua orang yang ada di kasur itu dan langsung menarik tubuh Regan untuk turun dari kasur.
“Kamu abis Ngapain,” Miska menatap Regan Penuh amarah
“Kamu abis apain anak saya,”
“Tante, saya Nggak —”
“Kamu jangan coba-coba buat bohongin saya, ya. Saya lapor Polisi baru tahu rasa kamu,” Miska berucap galak, seperti ibu ibu Pada umumnya yang melihat Putri kesayangannya diperlakukan secara keji oleh seseorang.
“Kamu Udah gila, ya,” Miska membelalak ke arah Regan setelah ia lihat Luna matanya terpejam erat dan tidak sadarkan diri. “Bejat banget kamu Buat apa kamu dateng temuin anak saya ? Mau kuras duit dia lagi Iya Nggak tahu malu banget, ya Mana orangtua kamu,”
" Tante Nggak tahu Permasalahannya apa. Jangan cuma bisanya marah-marah aja. Saya dateng ke sini buat ketemu sama Luna, saya kangen sama dia...,” ucapan Regan terhenti lagi ketika Miska menyelaknya.
“Orang jahat kayak kamu itu nggak Pantes dipercaya ! Sekarang Pergi dari rumah saya, dan jangan Pernah dateng lagi ke sini Saya juga tahu kamu juga kemaren ke sini, kan Masuk nggak Pake izin, main nyelonong aja. Kalau saya liat kamu lagi, saya teriak maling, mau kamu dikeroyok sama warga kompleks ini,” Miska sudah sangat emosi menghadapi cowok macam Regan yang memilki sifat keras, membuat orang tua manapun yang memiliki anak seperti dia Pasti akan cepat mengalami darah tinggi.
“Pergi dari rumah saya, sekarang,”
Regan pergi dengan membawa rasa malu yang begitu besar. Sambil mengacak rambutnya tanda frustrasi, Regan berlari menuruni anak tangga menuju Pintu utama rumah Luna. Setibanya ia di luar rumah, Regan langsung meraih motornya dan bergegas Pergi meninggalkan tempat.
Ketika Regan Pergi, Tino yang memakai seragam satpam itu baru saja kembali dengan motornya dan membawa sebungkus nasi Padang.
“Mas,”
Tino memanggil Regan, tetapi cowok itu tak mendengar. Kebingungan, Tino Pun turun dari motornya dan membawa nasi bungkus itu ke Posnya. Dan seketika Tino terkejut akan kehadiran Miska di dekat Pos satpam.
“ itu apa, Pak,” tanya Miska.
“ ini,” Tino langsung melirik nasi bungkus itu lalu kembali menatap Miska. “ ini makanan Punya anak cowok tadi, tapi barusan dia Pulang. Kayaknya dia lupa sama makanannya, Bu.”
“Oh.” Miska mengangguk. “Bapak lain kali jangan izinin dia masuk rumah ini, ya. Bapak inget mukanya, kan? Kalau Bapak disuruh dia beli makanan, beli minuman atau yang lain lain, Bapak jangan mau. Karena dia itu anak nggak bener. Suka nyari masalah.”
“Tapi, dia bukannya temennya si Eneng, Bu,” heran Tino.
“Dulu iya, sekarang Udah Nggak,” jawab Miska. “Tolong, ya, Pak, jangan sampe dia masuk ke rumah ini lagi.”
“Oh, iya, Bu. Baik,” ucap Tino, Patuh.
“Ya Udah, itu makanannya Bapak makan aja. Kan mubazir kalau dibuang.” Miska berujar.
“Wah, serius nggak apa apa saya makan Bu,”
Miska mengangguk dengan senang, Tino tersenyum lebar dan berucap terima kasih Pada Miska. Tino lalu masuk ke Pos satpam, duduk di depan TV dan mulai membuka nasi bungkus itu di atas meja. Saatnya makan.
...••••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Anonymous
Jd bingung alana.. luna 😅
2023-02-27
0
Nia
ceritanya bagus banget Thor aku tunggu updatenya
2023-02-01
0
Rara Rara
Ceritanya bagus banget Thor
2023-01-31
0