"Aku berurusan dengan orang yang salah" Liu Yifei menangis dalam hati.
"Hah!? Sudahlah aku juga tidak akan menetap disini dan dia tak mungkinkan mencariku di kediaman Perdana Mentri?Walaupun mencariku disana aku takkan kembali sekarang" tawa jahat Liu Yifei merekah.
"Baiklah Liu Wen! Kau harus tidur.... Hihihi, sepertinya aku sudah biasa dengan nama ini walaupun agak berbahaya memberitahu identitasku sebagai Putri Pertama kediaman Perdana Mentri tapi rasanya tak bisa ditahan! Hihihi.... punya status tinggi seperti ini sangat membanggakan" Liu Wen membaringkan tubuhnya keranjang menatap langit langit.
"Shss.... kepalaku sakit" Liu Wen memegang kepalanya, tiba tiba muncul ingatan ingatan Putri Liu Wen.
*Putri Liu Wen seorang Putri perdana mentri dari istri pertama, ibunya meninggal saat melahirkannya, sejauh ini selir ayahnya Liu Ruoxi adalah orang yang merawatnya. Dia sangat baik kepada Liu Wen dan selalu melindunginya, itu membuat Liu Ruoxi diangkat menjadi istri kedua, tetapi hal itu membuatnya besar kepala dan seluruh selir selir dikediaman mentri Liu menghormati Liu Ruoxi seperti layaknya Nyonya Liu. Siapa sangka dialah penyebab kematian Liu Wen, dia memberi racun gila (opium) kepada Liu Wen sehingga Liu Wen menjadi lemah. Banyak dari selir selir ayahnya yang membencinya ingin membunuh bahkan saat tak berdaya pun Liu Wen sering dipukul oleh selir selir dan anak anaknya. Liu Liang/anak Liu Ruoxi yang dianggap saudaranya pun ikut memukulinya hingga akhirnya ia dimasukan kepenjara dingin(bawah tanah) oleh Liu Ruoxi dan akhirnya mati.
"Haaa.... tragis sekali nasibmu. Siapa sangka kehidupan masa laluku ternyata menyedihkan sekali" Liu Wen tersenyum sinis.
"Baiklah tidak ada lagi Liu Yifei namaku sekarang dan selamanya hanya Liu Wen" dia tersenyum dan tak lama menutup matanya, rasanya hari ini adalah hari yang panjang seharian dia selalu dikejutkan dengan hal hal yang tak terduga.
"Semoga saja besok aku tak menemukan hal hal yang bikin sakit jantung lagi" gumam Liu Wen dan akhirnya tertidur.
******
"Nyonya apa anda akan meninggalkan penginapan?" tanya resepsionis saat melihat Liu Wen hendak keluar.
"Iyaa begitulah ada apa? Apa aku perlu membayaranmu karna memanggil tabib semalam?" Liu Wen menoleh kearah resepsionis dan menggaruk pipinya yang tak gatal.
"Ahh tidak Nyonya... kemarin para pengawal istana datang kepenginapan memeriksa setiap kamar. Saya hanya ingin meminta maaf atas ketidaknyamaannya" resepsionis itu menunduk.
"Ahh... tidak perlu meminta maaf bukan salahmu nona resepsionis" Liu Wen menghampiri resepsionis itu da.n menepuk pundaknya
"Ehh? Nama saya An Xi. Nyonya dimana suami anda?"An Xi terharu dan senang karena cuma Liu Wen nya tak memarahinya.
"Oh... itu... suami saya sudah pergi duluan dari pintu belakang! Xixi kecil semangat ya bekerjanya aku pergi dulu" Liu Wen mengelus pucuk kepala An Xi dan pergi meninggalkan hotel.
"Ewww... lihatlah penampilan gembelku yang belum berubah... karena si Qin Xuan sialan itu" Liu Wen mengepalkan tangannya, dia masih kesal karena kejadian semalam.
"Ayo ke toko baju dulu" Liu Wen pergi mencari toko baju, saat sampai disana ia langsung memilih banyak hanfu tetapi yang sederhana dan tidak mencolok itu karena ia tak ingin dikenali sebagai bangsawan. Dirasa cukup ia langsung meninggalkan Ibukota kekaisaran Qin dan pergi ke desa untuk menyiapkan strategi.
*****
"Sudah hampir satu bulan aku di Desa Qing, aku juga mendengar berita yang tersebar di ibukota bahwa Putri Pertama Perdana mentri Liu meninggal... huhh!?Ironis sekali walaupun jahat di Kediamaan tapi diriku yang dulu sangat menjaga citra di masyarakat luar sehingga si jalangg itu bilang aku sakit parah dan meninggal dengan senyuman yang indah, cihhh! Tunggu saja kau sebentar lagi aku kembali" kata Liu Wen, satu bulan yang lalu ia mengikuti seorang petani yang tak memiliki anak, mereka menerima Liu Wen dengan gembira selama sebulan dia membantu pasangan petani ini bertani.
"Wen'er, kami pulang" kata seorang wanita tua.
"Biibi Fang!!" Liu Wen memeluk Mo Fang.
"Wen'er kau tak memberi pelukan untukku?" tanya seorang pria tua bernama Mo Xianshu.
"Paman Shu, kau bau jadi aku tak mau memelukmu"kata Liu Wen sambil menjulurkan lidahnya.
"Anak ini, hahaha" mereka semua tertawa walaupun susah Liu Wen sangat bahagia tinggal dengan mereka memberi kasih sayang yang berlimpah ke Liu Wen.
"Bibi Fang, kemarikan kakimu nanti kupijat" Liu Wen mengambil minyak dimeja dan duduk disebelah Mo Fang.
"Tidak Wen'er, aku baik baik saja. Panen hari ini melimpah jadi aku sedikit capek karena harus memisahkan padi dari batangnya" jelas bibi Fang tersenyum simpul walau wajah keriputnya yang banyak tak bisa menutupi wajah bahagianya.
"Emmm... jika ada traktor dan Combine harvester (alat panen) bibi Fang dan orang di Desa ini tidak akan susah lagi" kata Liu Wen dengan antusis.
"Tr..tra..traktor? Apa itu?" tanya bibi Fang.
"Semacam alat untuk membajak tanah dan juga memanen, memisahkankan padi dan batangnya dengan cepat" jelas Liu Wen.
"Aku baru mendengar ada alat semacam itu" kata bibi Fang sambil memiringkan kepalanya herann.
*Tentu saja itu alat masa depan kau tidak pernah melihatnya- batin Liu Wen.
"Hehehe... itu..oh yaa bibi Fang dimana ada pengrajin besi disini?" tanya Liu Wen sambil tersenyum nakal.
"Ada didepan jalan dekat pasar,kenapa kau bertanya?"
"Tidak apa apa, bibi Fang aku pergi jalan jalan sebentar" Liu Wen pergi meninggalkan gubuk dan mencari pengrajin besi terlintas dipikirannya untuk membuat traktor untuk bibi Fang.
*Jika traktor dan alat panen ini jadi maka bibi Fang tidak akan sulit lagi dan jika ada yang ingin memakai cukup sewa saja,,hehehe aku akan kaya- batin Liu Wen.
"Permisi apa ini tempat pengrajin besi?" tanya Liu Wen kepada seorang pemuda yang sedang mengangkat beberapa besi.
*Cantikk-batin pemuda itu saat melihat Liu Wen yang memakai hanfu hijau tanpa perhiasan dan balutan make up.
"Helooo...tuann?"Liu Wen menepuk pundak pemuda itu.
"Ahh iya nona saya Tang Shzen pengrajin besi" kata pemuda itu lamunannya buyar karena Liu Wen menepuknya.
"Anda pengrjin besinya? Sungguh berbakat msih muda sudah bisa membentuk besi" kata Liu Wen membuat Tang Shzen merona.
"Ahahaha... terimakasih pujiannya nona panggil saja saya Shzen, apa saya boleh tau nama nona?" tanya Tang Shzen sedikit ragu, Liu Wen tersenyum.
*Orang zaman dulu ternyata gampang malu malu,hehehehe-batin Liu Wen.
"Namaku Liu Wen, kau bisa memanggilku Wen, bicara santai saja kita teman mulai sekarang" Liu Wen menyodorkan tangannya mengajak Shzen berjabat tangan.
"Tentu Wen, apa yang membuatmu kemari sangat jarang wanita mau datang ketempat pengrajin besi?" tanya Shzen menyambut jabat tangan Liu Wen.
"Aku kesini ingin membuat sebuat sebuah alat,apa kau bisa?" tanya Liu Wen.
"Tentu aku bisa membuat apa saja, terutama dari besi" jawab Shzen dengan nada sedikit sombong.
"Hmmm... jangan mengecewakanku, sebentar aku gambar dulu" Liu Wen duduk dikursi dan mulai menggambar.
"Selesai! Benda ini yang inginku buat"Liu Wen memberikan gambarannya kepada Shzen, Shzenn sedikit binggung karena baru pertama kali melihatnya.
"Be..benda apa ini bentuknya sangat aneh?" Shzen menggaruk kepalanya.
"Ini namanya traktor dan alat panen padi! Tenang aku akan memandumu membuatnya aku bisa merakitnya dan kau buat kerangkanya" jelas Liu Wen ia mengunakan model tahun 1800an dan berencana menggabungan traktor dan combine harvester serta akan membuat panel surya sebagai sumber energinya.
"Kauu bisa? Tidak mungkin? Seorang wanita?"kata Shzen dia sedikit tak percaya dengan kata kata Liu Wen.
"Kau meremehkanku?! Baik aku tantang satu bulan kita sudah menyelesaikannya bantu saja aku oke"
"Baiklah, demi dirimu Wen"
"Hahaha... terima kasih ini bayarannya untuk beli besi" Liu Wen melempar satu kantung tael emas dengan sigap Shzen menangkapnya
"Banyakk sekali"
"Ini baru awal jika sudah jadi alatnya, kau akan ku beri lagi uang"kata Liu Wen keluar, setiap hari mereka mengerjakan proyek membuat traktor dan alat panen ini. Bagi Liu Wen membuat traktor bukanlah hal yang sulit apa lagi sumber daya alam yang masih tersedia banyak.
satu bulan kemudian
"Wen!!! Aku tidak menyangka kita berhasil membuatnyaa" teriak Shzen.
"Hah!? Apa kau ingat bagaimana kata katamu meremehkanku?" Liu Wen menatap datar
"Hehehehe, maaf aku tak tahu kemampuanmu"
"Baiklah aku akan bawa traktor harvester ini ke desa" kata Liu Wen ia mengecilkan suaranya saat menyebut harvester karena bahasa itu sangat sulit dimengerti oleh Shzen. Saat dijalan semua orang menatap aneh dan kagum pada alata ini bahkan banyak orang yang mengikutinya dari belakang,, saat sampai pun bibi Fang terkejut dengan alat yang dibawa Liu Wen.
Semua badan sampai ban terbuat dari besi walaupun lebih mirip Kereta kuda besi tetapi dia bersyukur bisa menyelesaikannya.
"Astaga!! Kereta kuda apa itu..."kata Bibi Fang saat melihat traktor yang dimodifikasi satu badan dengan harvester itu ia takut gemetar seluruh badannya gemetar kereta kuda yang dua kali lebih besar dan bentuknya yang aneh.
"Bibi Fang, ini bukan kereta kuda tapi traktor harvesterr yang kuceritakan" kepala Liu Wen menjembul.
"Wen'err" seru bibi Fang dan paman Shu secara bersamaan.
"Bibi dan paman keluarlah dari sawah biar aku yang panen" mereka mendengarkan kata kata Liu Wen dan keluar dari sawah sedangkan Liu Wen sedang asikk membajak sawah, tampak batang padi yang terlindas oleh traktor dan menghilang lalu dikarung belakang tampak padi yang sudah menjadi beras keluar dengan derasnya dibelakang badan traktor yang dipasang alat panen harvester yang sudah diberi karung sebagai wadah. Tidak sampai 30 menit Liu Wen selesai membajak sawah membuat orang orang yang melihat kagum.
"Bibi Fang aku sudah selesai" kata Liu Wen turun dari traktor menghampiri bibi dan pamannya.
"Wen'er ini sungguh padi yang sudah menjadi beras bagaimana alat ini bisa melakukannya sungguh mengaggumkan"
"Mmmm... begitu akan sulit dijelaskan"
"Sangat hebat tak perlu 7 hari untuk menjadikannya beras, tak merasa lelah juga, aku ingin menggunakan alat ini jugaa"
"Aku juga"
"Akuu"
Para petani berbondong bondong mendekati Liu Wen.
"Sabarr... semua boleh menggunakannya tapi harus membayar 2 tael perak bagaimana?"
"Ini sudah harga murah!paman dan bibi sekalian tak akan lelah lagi tinggal terima hasil?" jelas Liu Wen membuat semua orang berpikir langsung menyewa jasa Liu Wen. sepanjang hari Liu Wen mendatangi sawah sawah penduduk desa dan akhirnya selesai uangnya pun sudah sangat banyak.
"Hehehehe aku kaya, aku akan memberi bayaran Shzen setengahnya lagi" Liu Wen pergi kekedai Shzen dan memberinya uang. Ia merasa senang
"Lain kali jika peelu bantuanku datanglah kemari" kata Shzen sambil melambaikan tangan.
"Tentu saja aku takkan sungkan" Liu Wen tersenyum dan berniat kembali kerumah paman dan bibinya.
*B*rukkk
"Maaf nona" kata seorang pria yang memakai jubah ia terlihat terburu buru.
"Tidakpapa" kata Liu Wen, ia melanjutkan perjalanannya, langkahnya terhenti.
"Ahhh" selendangnya tersangkut dibaju pria tadi, pria itu pun berbalik dan berusaha melepasnya.
"Nonna, sepertinya selendangmu tersangkut kancing bajuku"
"Iya cepat lepaskan" Liu Wen mencoba melepasnya angin sangat kencang membuat jubah pria itu terbuka.
"Wa..wajahmu mirip dengan ayahku" Liu Wen terkejut melihat bayangan dirinya versi laki laki.
"Hah?" pria itu mengangkat wajahnya melihat wajah Liu Wen dan terkejut.
"Wajahmu mirip ibuku" pria itu tertegun melihat wajah Liu Wen.
"Yichen... kenapa kau berhe..."seorang wanita paruh baya mendekat kearah mereka nampak terkejut dengan air mata yang terus mengalir.
"Maaf ibu, kenapa menangis" pria itu menghampiri ibunya.
"An...anda?" dada Liu Wen tiba tiba sesak entah apa yang membuat dadanya sesak saat melihat wanita itu.
"Anakku" wanita itu memeluk Liu Wen dengan erat tak disangka air matanya juga ikut menetes entah kenapa rasanya nyaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Berlian Anggrainy 💜
aku baca 2x nih novel, wkwkkk
2023-02-19
1
Tommy Sucipto
tlg jgn asal ninggalin komentar yg akan menjengkelkan n membuat anda jd pembaca abal2 alias krg teliti dlm membaca..
2022-05-30
1
Dianita Indra
lanjut thor
2022-05-19
0