Menahan Diri

Varo seketika membulatkan bola matanya saat Iris membuka jaket kulit yang dikenakannya. Tubuhnya benar-benar terlihat se*si. Mengapa gadis ini bisa dengan begitu beraninya melakukan hal seperti itu di depan seorang laki-laki? Apa karena dia berfikir bahwa dirinya ini bukanlah laki-laki normal? Varo mengusap wajahnya kasar lalu memalingkan wajahnya kemudian.

"Kenapa malah bengong? Sampai kapan kita akan menunggu di sini? Hujan di luar semakin deras nanti,'' tanya Iris hendak membuka pintu mobil.

Wajah gadis itu terlihat begitu polos. Dia sama sekali terlihat biasa saja dengan keadaannya yang seperti itu. Bagian atas tubuhnya itu bahkan terlihat menggiurkan dengan belahan dada berbetuk hati. Apakah Varo sanggup berada di dalam kamar hotel hanya berdua saja dengan seorang wanita?

Sementara belum apa-apa saja dirinya sudah merasa panas dingin bahkan berperingkat sekarang. Akh ... Entahlah, Varo akan berusaha sebisa mungkin menahan gejolak di dalam jiwa yang sebenarnya terasa begitu menyiksa. Dia pun akhirnya memutuskan akan mengikuti keinginan gadis itu dengan tekad bahwa, dia tidak akan merasa tergiur dengan kemolekan tubuh gadis tersebut.

"Baiklah, mari kita pergi ke sana sekarang,'' jawab Varo akhirnya.

Ceklek!

Pintu mobil di buka secara bersamaan dan keduanya pun keluar dari dalam mobil. Iris menutupi kepalanya dengan jaket yang dia bawa juga kepala Varo, hingga keduanya pun berada di bawah naungan jaket kulit berwarna hitam dan menerobos derasnya air hujan.

Sampai akhirnya, mereka berdua pun sampai di lobi hotel. Sementara mobil milik Varo benar-benar di tinggal di tepi jalan. Mereka sepakat hanya akan memesan satu kamar yang sama, mengingat bahwa keduanya tidak mungkin merasa tertarik satu sama lain.

Ceklek!

Pintu kamar pun di buka. Keduanya masik ke dalam kamar secara bersamaan. Iris nampak mengibaskan rambutnya secara berkali-kali, rambutnya benar-benar basah sekarang, begitupun dengan tubuhnya kini.

Sementara Varo hanya diam mematung menatap wajah gadis itu yang entah mengapa kecantikannya kian memukau. Jika boleh berkata jujur, jantung pemuda yang memiliki usia yang sama dengan Kai itu pun seketika merasa berdebar begitupun dengan hatinya, dia merasakan perasaan yang aneh kini.

"Kai? Kamu gak kedinginan?" tanya Iris balas menatap wajah Varo kemudian.

"Hah? Tentu saja saya kedinginan, sebenarnya saya tidak terlalu tahan dengan yang namanya dingin, hatcih!'' jawab Varo mulai merasakan bahwa tubuhnya mulai merasa tidak baik-baik saja.

"Gimana kalau kamu ganti pakaian, siapa tahu ada kimono di kamar mandi."

"Benar juga, saya ganti baju sekarang. Eu ... Kamu sendiri bagaimana? Pakaian kamu juga basah?"

"Hmm ... Coba nanti lihat, apa ada 2 kimono di sana."

"Baiklah," jawab Varo berjalan ke arah kamar mandi lalu kembali beberapa saat kemudian dengan membawa satu buah kimono handuk berwarna putih.

"Benar juga, ada dua kimono di sini." Varo menyerahkan satu benda itu kepada Iris.

20 menit kemudian, keduanya pun sudah berganti pakaian. Sementara pakaian basah mereka di geraikan begitu saja, berharap bahwa pakaian yang memang basah kuyup itu akan mengering jika dibiarkan seperti itu.

"Kamu bisa tidur di atas ranjang, saya akan tidur di kursi," ucap Varo duduk di kursi.

"Hmm ... Baiklah, tapi Kai. Apa kamu baik-baik saja, wajah kamu pucat banget."

"Saya gak apa-apa, saya memang selalu seperti ini jika kedinginan."

"Yakin?"

Varo menganggukkan kepalanya lalu mencoba untuk berbaring. Sebenarnya, dia sama sekali tidak baik-baik saja. Tubuhnya benar-benar merasa kedinginan, rasa dingin itu bahkan terasa menembus setiap helai permukaan kulitnya hingga menembus ke tulangnya di dalam sana.

Akan tetapi, dia berusaha menahan rasa dingin itu dengan mencoba meringkuk dengan memeluk kedua lututnya. Sedetik kemudian, Varo pun memejamkan kedua mata layaknya orang yang baru saja pingsan.

Tentu saja hal itu membuat Iris merasa heran. Dia pun turun dari atas ranjang lalu memeriksa keadaan laki-laki yang dia ketahui bernama Kai. Padahal, dia telah bohongi mentah-mentah oleh laki-laki tersebut.

''Kai, kamu baik-baik saja?'' tanya Iris menatap wajah laki-laki itu dengan seksama.

Seketika gadis itu merasa terkejut saat mendapati tubuh Kai(Varo) dalam keadaan gemetar seperti sedang benar-benar kedinginan. Bibirnya bahkan terlihat sedikit membiru.

"Kai? Bangun, kai? Kamu kenapa?" tanya-nya mulai panik, dia meletakan telapak tangannya di kening Kai(Varo) kemudian.

Pemuda itu sama sekali bergeming dengan wajah yang benar-benar pucat pasi.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Tubuhnya benar-benar kedinginan," gumamnya memeriksa sekujur tubuh Kai(Varo)

Dingin, sekujur tubuh laki-laki itu seperti membeku membuat Iris semakin merasa khawatir. Dia takut kalau Kai(Varo) akan terserang hipotermia dan itu sangat membahayakan nyawanya tentu saja.

Tanpa basa-basi lagi, gadis itu meringkuk tepat di samping Kai(Varo), dia memeluk tubuhnya erat memberinya kehangatan.

"Maafkan aku, Kai. Tak ada cara lain lagi selain ini,'' gumam Iris menatap wajah tampannya dengan perasaan berdebar tentu saja.

BERSAMBUNG

...****************...

Terpopuler

Comments

ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐

ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐

Awas loh kalau kamu ngga hati hati ... Apalgi masuk hotel nanti pasti akan ada skandal lagi terlebih kamu tukar posisi dengan Kai ....

2023-02-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!