PLASSHH!
Zia menangis menatap hasil pemeriksaan dokter kandungan. Ia sedang hamil, usia kehamilannya 5 minggu. Sudah berkali kali ia memberitahu Dimas. Tapi pria itu akhir akhir ini seolah menghindarinya. Zia tenggelam dalam air matanya sendiri
Sore itu Zia sedang berjalan jalan di salah satu mall di Bandung. Ia melihat Dimas sedang berada di sebuah restoran dengan seorang wanita. Seketika hatinya menjadi sakit. Dan amarah pun muncul. Gadis itu kehilangan akal sehatnya. Ia berteriak teriak di hadapan umum bahwa dirinya hamil karena Dimas. Dimas yang terpojok segera pergi membawa Zia keluar dari restoran tersebut.
Dimas mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Zia masih menangis di kursi sebelah
"Berapa kali aku bilang?!?! Aku belum siap untuk jadi seorang ayah!!!!" bentak Dimas pada Zia.
Dimas membawa Zia ke danau tempat mereka sering bertemu. Mereka beradu argumen di sana. Saat itu suasana danau sangat sepi.
Zia hanya bisa menangis perih. Hati Dimas menjadi iba melihatnya
"Aku belum siap Zia.." ucap Dimas lembut dan menarik Zia ke pelukannya
"Tolong kamu ngerti, kita masih kuliah"
Zia menangis tersedu sedu
"Masa depan kita masih Panjang" sahut Dimas lagi.
"Aku ga mau masa depan kita rusak gara gara bayi itu"
Hati Zia sangat sakit mendengar ucapan Dimas. Tapi ia pun membenarkan juga. Orang tuanya di kampung tentu akan kecewa dan marah besar
"Terus kita harus gimana?" tanya Zia
Dimas tersenyum dan menggenggam tangan gadis itu
"Kamu gugurin kandungan kamu" kata Dimas tegas
Zia kembali menangis.
"Kenapa.. kenapa bisa kamu setega itu?" ucapnya pelan
"Aku minta maaf" kata Dimas
"....Tapi kita masih muda, bayi itu hanya akan menjadi beban" ucap dimas dingin
"Lagipula, setelah lulus, orang tua aku mau menjodohkan aku dengan anaknya sahabat papa" lanjut pria itu
Hati Zia merasa sakit, tiba tiba amaranya memuncak
"Setelah kamu tidurin aku sepuas kamu, sekarang kamu mau ngebuang aku kaya ngebuang sampah!!!" Zia berteriak
"Percuma zia!!! Percuma kamu teriak!!!!" bentak Dimas kalut
"Orang tua aku gakan setuju dengan hubungan kita, kita terlalu jauh berbeda"
Kata kata itu seperti pedang tajam yang mengoyak hati Zia. Gadis itu tidak bisa membayangkan betapa rendah dan hina dirinya di mata Dimas, hanya menjadi pemuas nafsu semata
"Baiklah.. Baiklah kalau itu yang kamu mau.. aku akan bilang ke orang tua kamu bahwa aku hamil karena kamu" Zia melepaskan tangannya dan berjalan menjauhi Dimas
Dimas terkejut mendengar ucapan gadis itu. Secepat kilat, ia mengejar Zia. Tangannya menarik tangan Zia, detik berikutnya, pria itu menampar Zia hingga gadis itu jatuh ke tanah. Entah setan mana yang merasuki Dimas saat itu.
Pria itu menjambak Zia dan menyeretnya ke arah danau. Zia berpegangan pada batu batu di sisi danau, tangannya berdarah karena sekuat tenaga bertahan. Dimas semakin kalap. Ia berjongkok untuk kemudian membenturkan kepala Zia ke batu besar di dekatnya.
Darah mengalir membasahi rambut Zia. Gadis itu kehilangan kesadarannya. Dimas menyeretnya ke danau. Menaruh beberapa batu besar agar Zia tenggelam. Saat ia masuk ke mobil, bajunya basah kuyup.
Detik berikutnya ia melarikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Zia yang tenggelam perlahan di tengah danau
PLASSHHH!!
Ara berteriak melengking kemudian menangis, ia jatuh terduduk dan menangis tersedu sedu. Hatinya sakit. Sangat sakit. Bisa bisanya seorang manusia memperlakukan gadis yang sudah menjadi mayat ini dengan keji. Beberapa waktu, Ara tenggelam dalam kepedihan Zia. Penyesalan, amarah, kecewa, sedih, semua dirasakan oleh Ara
Prof Helmi berjongkok di sebelahnya. Membantunya berdiri. Pria tua itu membawa Zia keluar. Di sofa, prof itu mulai bertanya
"Ara baik baik saja?"
Ara masih menghapus air matanya. Gadis itu mengangguk.
"Bisa kita mulai?" tanya prof itu lagi
"I..iyaa..aa prof" sahut ara terbata bata
"Oke kita mulai. Pertama, benarkah gadis di dalam sana meninggal di danau?"
Ara terdiam sejenak sebelum mengangguk
"Kedua, apakah ia bunuh diri?" tanya prof lagi
Ara menggeleng
"Ngga prof, dia di bunuh, gadis itu di bunuh sebelum di tenggelamkan" kata Ara
Prof Helmi tertegun.
"Saya akan mencatat jawaban kamu, Ara" katanya pelan
"Saya belum melakukan otopsi, jadi saya pribadi tidak tau"
Ara mengangguk pelan
"Ada satu lagi prof" kata Ara
"Apa itu" prof bertanya
"Gadis itu... gadis itu sedang hamil" jawab Ara
Pria tua itu terkejut dan menyandarkan tubuhnya di sofa. Ia melepas kacamatanya dan menekan nekan pangkal hidung.
Setelah memakai kacamatanya lagi, ia berkata
"Baik Ara, saya akan memulai proses otopsi, kamu tunggu disini"
Pria itu bangkit dan berjalan masuk ke ruang otopsi, Ara melihat hingga sosok pria tua itu hilang di balik pintu
*****
Prof Helmi membaca kembali berkas di tangannya. Semua perkataan ara benar. Tanpa ada kekeliruan sama sekali. Gadis itu memang sedang hamil. Kurang lebih hampir 7 minggu usia kehamilannya. Dan gadis itu tidak mati tenggelam. Paru parunya tidak terendam air.
Biasanya pada orang orang yang mati karena tenggelam, pada saat akan kehabisan napas di dalam air, secara naluri akan mencoba mengambil napas. Air akan mengisi paru paru korban. Beda jika ternyata korban sudah mati lalu kemudian di masukkan ke dalam air. Seperti gadis itu, paru parunya tidak terendam air.
Penyebab kematiannya adalah benturan di kepala. Benturan itu cukup keras sehingga membuat tengkorak kepalanya pecah. Serpihan tengkorak itu yang kemudian masuk dan menusuk otaknya. Itulah penyebab kematiannya. Prof merapikan kertas di dalamnya dan memasukkan kertas kertas itu ke dalam amplop besar berwarna coklat bertuliskan HASIL OTOPSI
*****
Ara memasuki kamar kostnya dengan wajah sayu. Bayangan gadis bernama Zia itu belum sepenuhnya enyah dari pikirannya. Diam diam Ara berdoa agar gadis itu di berikan ketenangan.
*****
Berminggu minggu sudah terlewati, namun kasus Seruni masih belum mendapatkan titik temu. Hasil dna para penghuni rumah tidak ada yang sesuai dengan dna serpihan kulit di bawah kuku Seruni. Pihak kepolisian dibuat luar biasa pusing
*****
Cyril menginjakkan kakinya lagi di rumah sakit ini. Pria itu bermaksud untuk menemui Ara. Tapi hari itu, Ara tidak terlihat. Dia bertemu wanita yang ia ingat ada di ruangan bersama Ara saat gadis itu sedang histeris
"Permisi teh" sahut Cyril
"Iya.. eh, ini kan yang waktu itu di ruang ganti ya?" tanya Kaluna
"Eehh iyaa.. Maaf mau nanya teh. Kalo Ara masuk jam berapa ya" tanya Cyril
Kaluna melihat Cyril sejenak
"Ara hari ini libur" kata Kaluna
Kaluna melihat kekecewaan di wajah Cyril.
"Kalau mau, ke kosannya aja, ga terlalu jauh dari sini" kata Kaluna
Cyril terlihat bersemangat, pria itu mencatat alamat Ara di ponselnya. Setelah mengucapkan terimakasih, pria itu pergi dari hadapan Kaluna
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments