Bab 15

"Dey, masa suami lo sendiri ga boleh ambil ciuman itu? sah-sah aja lah kalo gue cium lo, lo juga nikmatin tadi" oceh Zay mengikuti Dey yang berjalan lebih cepat.

"diam ga lo?! jangan ngikutin gue mulu, gue mau masak" balas Dey melangkah lebih cepat lagi agar Zay tidak mengikuti nya.

Zay pun segera menurut dan duduk anteng di kursi yang tidak jauh dari dapur tempat Dey memasak, saat Dey asik memasak sarapan untuk nya dan Zay, terdengar bunyi ketukan pintu dari luar.

Dey menoleh menatap Zay yang juga menatap nya sedari tadi. "itu maling?" cetus Zay menebak.

tung

"aw sakit Dey" ringis Zay mengelus kening nya yang baru saja di getok oleh Dey menggunakan sendok bulat panjang untuk mengaduk makanan berkuah.

"lo sekolah buat apa si? mana ada maling ngetuk pintu dulu" ucap Dey dengan tanpa muka bersalah.

"siapa tau maling nya udah insaf" balas Zay dengan tidak masuk akal.

"bukain gih" titah Dey kepada Zay yang masih tidak beranjak dari kursi nya, seperti betah saja berada di dekat dapur tanpa bergerak.

"lo aja Dey, gue sibuk" tolak Zay dengan tatapan mata ke arah Dey yang berada di samping kulkas sedang mencari bahan.

"sibukan lo apa gue hm?" tanya Dey dengan senyum manis menatap Zay, tapi tangan nya siap memberi pukulan seperti tadi lagi.

"eh? iya-iya gue aja yang buka" jawab Zay buru-buru berdiri dari kursi dan berlari kecil ke arah pintu rumah.

_

_

_

_

_

_

_

_

_

"tumben banget mamah papah mau kesini setelah sekian lama Zay sama Dey tinggal disini, ga ada yang mau jenguk kesini apa kemaren-kemaren tu" oceh Zay kembali duduk di kursi sofa ruang tamu.

"terserah mamah papah lah, kalian berdua juga butuh waktu berdua yakan pasti" balas mamah Rena membuat Zay mencebik dalam hati.

"apaan coba, malah jaga jarak kali" batin Zay dengan setengah cemberut.

Dey yang saat itu baru saja selesai masak, segera mencuci tangan nya dengan bersih untuk menyalami mertua nya yang datang tiba-tiba tanpa ada kabar.

"istri mu mana Zay?" tanya papah Bram bercetus, diri nya tak melihat keberadaan menantu yang masih belum terlalu dekat dengan mereka.

"assalamualaikum pah mah" sapa Dey dengan sopan, hendak menyalami papah Bram dan mamah Rena.

"waalaikumsalam Dey, kamu apa kabar nak?" balas mamah Rena melihat keadaan Dey yang nampak tidak ada perubahan sejak pertama kali bertemu.

"baik kok mah, kalo mamah sehat-sehat aja kan? maaf ya mah pah belum sempat ke tempat mamah papah, soalnya tugas sekolah numpuk terus sampe ga ada waktu" jelas Dey memberi alasan yang masuk akal.

Zay yang hanya memperhatikan Dey dengan tatapan datar, jelas-jelas tugas sekolah mereka bisa di hitung pakai jari, lebih banyak santai nya dan sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"ga apa-apa kok nak, asal kalian akur aja ga jadi masalah kok" balas mamah Rena membuat Dey tersenyum kaku.

"oiya, mamah papah kesini ga bisa lama, cuma mau nengokin kalian sama mau ngajak kalian nginap dirumah" cetus papah Bram memberitahu tujuan orang tua Zay datang.

Zay nampak tersenyum tipis, ini yang dia harapkan, sebelum dia memulai rencana kedua untuk dekat dengan Dey, ternyata papah mamah nya lebih dulu melaksanakan rencana itu.

"tapi mah pah-"

"please Dey, sehari aja ya, kalian libur juga besok, nah malam ini nginap dirumah mamah papah ya, kami ingin merasakan punya menantu yang tinggal dirumah" pinta mamah Rena dengan memelas.

"kalo gitu, kita pindah ke rumah utama aja, tinggal di sana" usul Zay membuat Dey menatap nya tajam.

"ide bagus" sahut mamah Rena dengan antusias.

"terus yang huni rumah ini siapa? Danu dan Ana kan juga ingin rumah yang jadi hadiah pernikahan ini tetap di huni sayang" ucap papah Bram membuat Dey bernapas lega.

"ohiya juga, kita kan beliin rumah ini buat di huni sama mereka.. tapi kan bisa di huni setelah mereka punya anak, mas" balas mamah Rena membuat Zay tersenyum lebar.

papah Bram menghela napas, benar juga kata istri nya, Zay dan Dey masih terlalu dini untuk tinggal berdua dirumah sebesar ini.

"nanti kita diskusikan dengan Danu dan Ana, beserta kalian berdua" tegas papah Bram tak ingin mengambil keputusan secara sepihak.

"oke pah" sahut Zay dan Dey bersamaan.

"tapi untuk malam ini aja ya, nginap sehari dirumah utama, kamu tenang aja Dey, kamu ga akan jadi pembantu di rumah utama, kamu nyonya dirumah utama, mamah ga butuh pembantu lagi" ucap mamah Rena meyakinkan Dey agar Dey mau menginap.

"eee.. Dey.. ikut kata Zay" cetus Dey membuat Zay duduk tegak seolah-olah ingin protes.

"Zay pasti mau, dia pasti kangen kamar nya juga" balas mamah Rena dengan yakin segera menoleh ke samping menatap Zay yang berada di sebelah nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!