Deyna nampak cantik dengan balutan pakaian berwarna biru tosca dan make up yang natural. dia mengikuti apa yang dititahkan oleh bunda Ana.
dia menunggu di ruang tamu bersama ayah dan bunda nya sembari memainkan hp agar tidak bosan.
Deyna sebenarnya tidak terlalu suka memainkan hp saat berkumpul bersama keluarga, tapi apa boleh buat diri nya sedang marah dengan ayah dan bunda dan menghindari obrolan bersama.
setelah beberapa saat, tamu yang ditunggu akhirnya datang, dengan binar bunda Ana membuka pintu setelah mendengar ketukan pintu.
"assalamualaikum.." ucap salam dari orang dibalik pintu luar.
"waalaikumsalam.." jawab bunda Ana membuka pintu dengan semangat 45.
"akhirnya datang juga kamu Ren" pekik bunda Ana dengan bahagia sambil melangkah maju ingin memeluk wanita yang seumuran dengan nya.
"maaf ya Na datang telat, anak ku lemot banget bawa mobil nya tadi" balas wanita itu memberi tahu alasan diri nya beserta keluarga datang terlambat.
"iya gak apa-apa Ren, yang penting kalian datang dengan selamat itu sudah cukup" sahut bunda Ana memaklumi keterlambatan itu.
"oh iya langsung masuk aja yuk, udara malam gak baik buat kesehatan" ucap bunda Ana mengajak tamu spesial nya untuk masuk.
bunda Ana membawa ketiga tamu spesial nya itu ke ruang tamu di mana Deyna dan ayah Danu sedang duduk santai.
"hey Bram, apa kabar mu? lama tak jumpa" sahut ayah Danu kepada suami dari teman bunda Ana yang bernama Bram.
"baik Dan, kabar mu sendiri?" tanya Bram balik kepada ayah Danu yang memang teman nya dulu ketika semasa kuliah.
"seperti yang kau lihat Bram" jawab ayah Danu dengan tersenyum tipis.
"oh iya apa dia anak laki-laki pertama mu Bram?" tanya ayah Danu menatap seorang lelaki yang berdiri tak jauh dari Bram.
"ya, dia Zayyan. dia yang dulu bocah gendut dan ingusan" jawab Bram dengan nada mengejek, sedangkan yang dibicarakan hanya berdecak kesal.
"itu dulu Bram, sekarang kan dia udah jadi laki-laki tampan bertubuh kekar, pasti banyak yang rebutin Zayyan" sahut ayah Danu dengan tersenyum kepada Zayyan yang hanya menunjukkan raut datar.
"iya saking banyak nya sampe belum ada yang dibawa sama ni anak ke rumah" balas Bram melirik Zayyan sinis.
"pa, apa-apaan sih, enteng banget ngomong nya kayak ga ada beban gitu, kasian noh anak kamu makin luntur muka nya" tegur Rena tak enak dengan tingkah suami nya di depan teman lama nya.
"sama aja itu ma ngeledek anak nya sendiri" batin Zayyan mencebik kesal kepada kedua orang tua nya yang sedari meledek nya.
para orang tua tertawa bersama, saling menceritakan kisah-kisah dulu yang mereka alami hingga lupa tujuan awal.
Deyna dan Zayyan hanya menjadi pendengar yang sebenarnya tidak berminat berada di antara para orang tua.
"bun.." akhirnya Deyna menyela memanggil bunda Ana, dia sudah sangat lapar dan tidak sopan jika dia makan malam lebih dulu.
bunda Ana sempat menoleh ke arah Deyna, sebelum akhirnya paham dengan tatapan Deyna yang menatap nya datar.
"eh kita makan malam dulu, kasian anak-anak pada kelaparan nungguin" cetus bunda Ana mengajak suami dan teman lama nya untuk makan malam.
"lah iya, lupa kalo bawa anak" balas Rena ikut beranjak mengikuti bunda Ana yang hendak ke dapur lebih dulu untuk menyiapkan sajian makanan dibantu Deyna.
sedangkan para lelaki segera menuju meja makan dan menunggu para wanita selesai menata makanan.
setelah selesai menata makanan, keenam orang itu segera mulai menyantap hidangan yang di buat oleh bunda Ana.
_
_
_
_
_
_
_
_
_
"kita langsung ke topik awal aja ya" cetus Bram setelah berdehem memulai pembicaraan.
"kedatangan kami kesini mau lamar Deyna buat anak kami, Zayyan" lanjut Bram melirik Zayyan yang biasa saja.
"dan semoga niat baik kami ini diterima sama Deyna" sahut Rena menimpali sembari menatap Deyna penuh perhatian.
Deyna hanya menunduk menutupi wajah nya yang hampir menangis, diri nya masih sekolah dan mungkin saja Zayyan juga masih sekolah, tapi kenapa aturan keluarga nya sangat keras dan kuno.
"jadi gimana Dey? apa jawaban kamu nak?" tanya bunda Ana mengusap lembut kepala Deyna yang terbalut kerudung bergo jersey berwarna cream.
Deyna mendongak sedikit untuk menatap ayah Danu yang ternyata juga menatap nya menunggu jawaban nya.
"terserah pada ayah aja om, tante. Deyna ikut kata ayah" jawab Deyna melempar pertanyaan Bram dan Rena ke ayah Danu.
Bram dan Rena bersamaan menatap ayah Danu menanti jawaban. dan sudah tentu jawaban nya diterima, karena memang ini ayah Danu mau.
bunda Ana hanya tersenyum setelah mendengar jawaban ya dari suami nya, ada sedikit rasa khawatir akan kehidupan Deyna setelah menikah.
rencana tanggal pernikahan bahkan di tentu kan oleh ayah Danu tanpa meminta pendapat dari yang akan di nikah kan.
"Dey keluar dulu, mau nyari angin" cetus Deyna pamit kepada para orang tua yang asik memikirkan dekorasi pernikahan nya nanti.
"Zayyan juga" sahut Zayyan yang sedari awal datang tidak bersuara akhirnya bersuara sembari mengikuti Deyna yang melangkah keluar dari pintu rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments