5

Malam ini Cantika membereskan semua pakaian miliknya dan Bagus, suaminya ke dalam koper besar. Akan menjadi suatu kehidupan yang baru setelah ini. Cantika sudah siap dan ikhlas untuk menerima semuanya di bandingkan ia harus menerima kutukan dari keluarga besarnya sendiri dan keluarga besar ningrat suaminya.

Cantika tak pernah bisa membayangkan kalau dirinya akan bernasib seperti sekarang ini. Di vonis menjadi wnaita yang tak lagi sempurna. Bukankah peremluan sempurna itu bila bisa hamil, dan melahirkan lalu membesarkan buah hatinya. Betapa nikmat bila harapan itu benar terjadi pada dirinya dan keluarga kecilnya.

Bagus berjalan menghampiri Cantika dan membawakan minuman cokelat panas untuk istri cantiknya itu.

"Kalau lelah istirahat sayang," ucap Bagus pelan sambil duduk bersila di depan istrinya dan membantu melipat pakaian untuk di masykkan ke dalam koper besar.

"Terima kasih Mas," ucap Cantuka saat menerima satu gelas cokelat panas itu. Wangi cokelat itu menambah gairah Cantika.

"Kenapa selalu mengucapkan terima kasih. Kita ini sumai istri," ucap Bagus mengingatkan. Sejak dulu Bagus itu memang tidak suka terlalu di hargai yang berlebjhan oleh Cantika. Ia ingin Cantika bersikap biasa saja saat bersama Bagus.

"Cantika bukan wanita sempurna Mas," jawabnya lirih.

Bagus mempercepat pekerjaannya dan menutup koper lalu menguncinya. Ini adalah koper terakhir.

Bagus berdiri lalu menyuruh Cantika berdiri dan mengajaknya ke teras balkon kamarnya.

"Kamu itu sempurna kamu saja yang yerlalu insecure dengan semua ini," ucap Bagus pelan.

"Insecure bagaimana Mas? Kamu gak lihat isi vonis itu. Aku sudah test dua kali dengan hasil yang sama di rumah sakit yang berbeda," ucap Cantika di eundung kecemasan.

Bagus memeluk Cantika erat. Sebagai suami, Bagus harus bisa menenangkan hati Cantika agar pikirannya juga bisa lebih jernih.

"Kamu belum mencobanya sayang. Itu semua hanya vonis bukan? Penentuan ada pada Tuhan bukan apa kata dokter," ucap Bagus pelan.

"Mas ... Cantika gak mau lagi dengar kata orang yang menyakitkan. Kenapa belum hamil lagi? Kok masih kosong? Itu sakit Mas," ucap Cantika pada Bagus.

Bagus makin menenggelamkan kepala Cantika dalam pelukannya. Kepala Bagus menengadah ke atas langit. Kedua matanya sudah basah. Ia tak bisa menahan rasa sedihnya apalagi harus melihat Cantika menangis di depannya. Itu hal yang membuat dirinya merasa bersalah seumur hidup.

"Batalkan perjanjian kontrak itu. Mas gak mau, keinginan kamu ini malah menyakiti kamu, Cantika," ucap Bagus lirih.

"Cantika gak bisa membatalkan semua ini. Ini semua untuk kebaikan kita, hubungan kita berdua dan kepada keluarga besar kita. Toh, anak yang akan di lahirkan adalah darah daging kamu sendiri Mas. Hanya bedanya, tidak ada darahku di sana," ucap Cantika sedih.

Bagus diam membeku. Ia malah mengusap pelan rambut Cantika yang hitam dan panjang. Sebentar lagi rambut jndah itu akan ia potong mengikuti gaya rambut Sonya. Cantika sudah mempersiapkan semuanya dengan baik.

Bagus mengendurkan pelukannya. Lalu menatap kedua mata Cantika dengan penuh keraguan. Ia belum bisa menerima ide gila istri cantiknya itu. Ide yang malah membuat Bagus berdosa karena terhitung berzinah.

"Kalau pakai bayi tabung gimana?" tanya Bagus masih mencari solusi lain.

"Mas ... aku ingin semuanya terjadi dengan wajar dan alami. Aku ingin anak kita mendapatkan kasih sayang yang maksimal saat di buat," ucap Cantika pelan.

Bagus tak bisa membayangkan ia harus berhubungan badan dengan wanita lain selain istrinya.

"Pemanasannya dengan kamu. Bermainnya pun dengan kamu, saat mau keluar baru Mas pindahkan. Mas gak mungkin bisa melakukan itu dengan wanita lain Cantika. Susah," ucal Bagus masih tidak sanggup. Idenya ini di luar nalar dan di luar batas kewajaran.

Mana ada wanita yang ikhlas melihat suaminya tidur dengan wanita lain? Apakah ada yang sanggup? Tentu tidak kan? Apalagi sampai harus mengandung anak dari suaminya sendiri. Walaupun ada hitam di atas putih.

Cantika tertawa lepas.

"Mana bisa begitu, yang ada malah kelepasan keluar dindalam belum sempat di pindahkan. Sudahlah ... hanya satu malam saja Mas," ucap Cantika memohon.

"Kita lihat besok. Rasanya Mas gak snaggup mengkhianati kamu, Cantika," ucap Bagus lirih.

"Ini bukan pengkhianatan Mas. Ini kemauan kita," ucap Cantika cepat.

"Bukan keinginan kita. Tapi keinginan kamu. Mas gak suka sama ide kamu," ucap Bagus kesal.

"Sudahlah. Cantika lelah mau istirahat," ucap Cantika mengakhiri perdebatananya dengan Bagus. Tidak akan ada selesainya dab tidak akan ada ujungnya kalau seperti ini terus.

"Eitsss ... Mau kemana ...." cicit Bagus manja.

"Ke kamar, Sayang. Capek ini," ciict Cantika sedikit manja.

Bagus masih memeluk Cantika. Pelukan itu kini bukan saling berhadapan melainkan Cantika berada di depan Bagus dan Bagus memeluknya dari belakang.

Daster pendek dan tanpa lengan itu selalu membuat Bagus tergoda.

Bagus menciumi Cantika di bagian leher dan bahunya yang terbuka. Tangannya mulai merangkak naik ke atas dan meremas dua gunung kembar yang selalu membuatnya gemas.

Dengan cepat Bagus mengangkat tubuh mungil Cantika ke peraduan hangatnya. Tempat ini selalu menjadi saksi penyelesaian kenimmatan dua anak manusia yang sedang berusaha membuat keturunan.

Cantika tersenyum menatap Bagus. Ia membiatmrakan suaminta melakaukan apapun yang di sukainya. Hanya dengan ini, Cantika bisa membuat Bagus bahagia.

"Are you ready my habee," ucap Bagus sambil mencium bibir Cantika lalu ********** pelan.

Tidak perlu jawaban Cantika secara lisan. Bahasa tubuhnya sudah mengisyaratkan bahwa Cantika juga menginginkannya.

Satu jam kemudian ...

Keduanya sudah terkulai lemas dia tas kasur dan saling berpelukan. Malam itu Bagus.benar -benar menikmati malam panasnya bersmaa Cantika. Seolah ia mengingat saat malam.pertamanya dulu yang tak berhenti ingin terus memacu adrenalinnya. Bagus sangat kuat sampai Cantika harus kewalahan mengikuri ritme permainan Bagus, suaminya.

"Terima kasih atas malam ini, Sayang. Kamu benar -benar seksi tadi. Mas mau mengulangnya pagi nanti. Sejak kapan kamu pintar meliuk -liukkan tubuh kamj di atas Mas? Membuat darah Mas terus terpacu naik," bisik Bagus di sela kelelahannya.

"Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk.membuay Mas bahagia," cicit Cantika yang terus menciumi rahang Bagus dengan hisapan kecil.

Bagus membuka matanya dan menatap Cantika.

"Tetap di sini. Jangan pernah pergi. Dengan adanya kamu di samping Mas, itu sudah cukup membuat Mas bahagia, Cantika. Kepergianmu walau sebentar bisa membuat Mas gila," ucap Bagus dengan tulus dan jujur.

"Aku gak akan pergi Mas. Kecuali Mas Bagus sendiri yang menginginkan aku pergi," ucap Cantika lirih.

Ia sendiri takut bila suaminya menyuruhnya pergi karena tak bisa memiliki anak.

"Mas itu cuma mencintai kamu. Gak ada aja Mas suruh kamu pergi. Padahal kepergian kami bisa buat Mas gila dan depresi," ucap Bagus pelan.

Dulu mereka KKN di waktu yang berbeda. Bagus sampai rela menyewa kamar kost di dekat tempat Cantika mengabdi di sebuah desa terpencil hanya karena ingin selalu bersama dan dekat Cantika. Mencintai bisa se -gila itu dan se -bodoh itu. Sampai semua temannya menyebutnya si tukang bucin. Tapi Bagus tak peduli sama sekali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!