Waktu terus berputar mengikuti arah jarum jam. Setiap detik adalah air mata bagi Cantika. Kejadian malam itu teramat sangat berat untuk ia pikul sendirian dan Cantika selalu merasa sendirian.
Bagaimana tidak, Cantika sudah menginginkan bayi ini lahir sejak lama. Ada satu tahun lamanya, ia harus menunggu bisa mengandung, karena Bagus, suaminya sibuk bekerja dan akhirnya terwujud.
Tidak banyak yang tahu soal Cantika setelah kecelakaan itu terjadi. Cantika banyak mengurung diri di rumah dan mengunci diri di kamarnya setelah Bagus, suaminya pergi. Apalagi setelah hasil menunjukkan bahwa ia tidak bisa mengandung lagi karena kecelakaan itu.
Hidup Cantika hancur -sehancurnya dan tubuhnya terasa mati total. Pikirannya kacau dan kalut. Selalu cemas dan di hantui rasa takut. Jelas, mental Cantika sedang di uji.
Skip ...
Bagus datang seperti biasa ke kantor milik keluarganya. Beberapa hari ini wajahnya kuyu dan terlihat sedang tak bergairah. Ia juga ikut tersentuh dengan apa yang terjadi pada istrinya itu. Setiap hari Bagus mendengar tangisan histeris dan sesegukan Cantika di tempat tidur. Entah mimpi buruk atau memang trauma dengan kejadian saat itu.
Dan hari ini, Cantika sama sekali tak menemani Bagus dari mulai bangun hingga berangkat kerja. Biasanya Cantika akan bangun pagi dan membuatkan sarapan lalu menemani Bagus makan pagi sambil menunggu suaminya berangkat. Sudah dua hari ini, Cantika semakin diam dan sama sekali tak bicara setelah kemarin kontrol ke dokter spesialis.
Cantika histeris dan hanya bisa menangis sepanjang perjalanan pulang. Bagus sudah meyakinkan Cantika untuk pengobatan alternatif atau lainnya. Bisa saja apa yang di katakan dokter itu salah. Cantika tak mau menjawab.
Semalam, Bagus sempat bertanya pada Cantika. Awalnya Bagus menuruti saran sahabatnya untuk tetap bersikap lembut dan mesra. Bisa jadi, Cantika tekanan batin dan ajak ke psikiater agar beban di pikirannya agak berkurang lalu rasa trauma akan kecelakaan yang telah merenggut buah hatinya.
Bagus mencoba bicara dari hati ke hati. Ia memeluk tubuh Cantika dari belakang dan mulai berbisik pelan. Syahwatnya sudah menanti karena jujur saja, Bagus tidak bisa tanpa kecupan dan ciuman dari Cantika, istrinya.
Tapi, malam itu Cantika begitu dingin dan ketus. Malahan mereka terlibat adu mulut. Padahal selama ini Cantika tak pernah melakukan ini pada Bagus. Jangankan adu mulut, berdecih saja tak pernah di lakukannya. Cantika benar- benat sopan dan hormat pada Bagus sebagai suami dan sebagai imam di rumahnya. Selain itu Cantika selalu menjunjung tinggi Bagus di mata orang banyak tak hanya kerabat dan saudara saja tapi semua orang.
"Sayang ... Kita bisa memulai lagi. Kita coba ya. Kamu mau kan? Seperti biasa, Mas ingin melihatmu bergerak di atas Mas. Kamu menjadi nahkodanya malam ini," bisik Bagus lirih.
Cantika menatap lurus ke depan, tatapannya kosong ke dinding kamar berwarna putih itu. Suara Bagus menghilang begitu dan yang terdengar jelas malah suara dokter yang kemarin menanganinya. 'Maaf? Anda sudah tidak bisa mengandung lagi. Rahim anda rusak karena kecelakaan itu,' Kata -kata dokter itu malah terus terngiang di telinganya.
Bagus mengusap pelan pipi Cantika dan mengecupnya lembut. Kasih sayang dan rasa cinta itu tak pernah pudar dan bahkan malah terus tumbuh karena memang Bagus selalu jatuh cinta pada Cantika. Gadis pintar, ayu yang tak hanya mengandalkan kecantikannya tapi juga wanita lemah lembut yang mandiri dan serba bisa. Cantika gadis sederhan dan tak pernah sombong.
"Sayang ... Kamu diam saja? Kamu masih belum mood?" tanya Bagus lembut. Bagus mencoba memulai duluan. Tak hanya pipi Cantika yang di cium tapi juga bibir Cantika lalu turun ke bagian leher.
Tangan Bagus juga tak tinggal diam, ia mulai menggerakkan jari -jarinya menyusup ke dalam daster pendek dan tipis milik Cantika. Jari -jari Bagus lembut menyusuri setiap lekuk tubuh Cantika. Tapi Cantika tetap diam dan tak merespon. Biasanya Cantika akan memberikan respon, entah teriakan kecil kegelian, ******* atau ia akan berbalik menghadap ke arah Bagus dan memulai permainan panas itu. Kali ini semua rasa di tubuh Cantika seolah mati. Ia tak bisa merasakan apa -apa. Kenikmatan yang biasa ia rengkuh bersama suaminya. ******* yang membuat suaminya semakin menggelora nafsunya. Semua hilang .... hilang bersama buah hatinya.
Bagus masih tenang karena Cantika sama sekali tak ada pergerakan. Ia mulai kesal dan mulai bertindak agak kasar di kasur. Syahwatbya sudah tak bisa di bendung lagi. Satu bulan lebih ia menahan untuk tidak menyentuh Cantika, istrinya yang terlihat masih trauma dan belum bisa mengikhlaskan semua yang sudah terjadi.
Bagus langsung membalikkan tubuhnCantika dan menyingkap daster Cantika lalu melepaskan paksa pakaian dalam Cantika. Bagus sudah bersiap sejak tadi. Ia melepas sarungnya dan bersiap menerjang lubang kenikmatan milik Cantika.
Dengan cepat Bagus pun berhasil melakukan iti pada Cantika. Ia hanya ingin melepaskan penatnya melampiaskan hasrarnya itu dan berusaha siapa tahu benih itu bisa menjadi janin kembali mengisi rahim Cantika.
Bagus sudah menggapai pelepasan yang begitu nikmat itu dan merebahkan tubuhnya di samping Cantika. Peluhnya banyak bercucuran. Sudah lama sekali ia tak merasakan pelepasan yang memuaskan ini.
Wajah Cantika menoleh ke arah Bagus yang masih terengah -engah karena kelelahan.
"Sudah puas? Enak? Nikmat?" tanya Cantika ketus.
Bagus pun menoleh ke arah Cantika dan menatap lekat.
"Apa maksud kamu, Cantika? Mas sudah minta dengan baik tadi. Kamu hanya diam? Salah kalau Mas sedikit memaksa?" tanya Bagus kembali membuat Cantika makin geram.
Cantika terbangun dan memakai kembali pakaian dalamnya lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Cantika menyalakan air dan mengisi bathup dengan campuran air dingin dan air panas hingga air di dalam bathup terasa hangat.
Ia kembali menangis di dalam kamar mandi. Tubuhnya mulai masuk ke dalam bathup dan berendam di dalam. Kepalanya di dangakkan menatap atas langit plafon yang terlihat putih bersih.
Berulang kali Cantika hanya menarik napas dalam dan ia hembuskan perlahan. Merasakan tubuhnya yang terasa lemah. Apa aku memang harus berdamai pada keadaan?
Tok ... tok ... tok ...
"Sayang ... kamu sedang apa? Sudah satu jam kamu di dalam. Keluar sayang," titah Bagus pada Cantika.
Cantika hanya menatap pintu kamar mandi.
Brak!!!
Bagus terperanjat kaget.
"Heh!! Bengong aja. Gimana keadaan Cantika?" tanya Ardyansah pada Bagus uang kaget dengan kedatangan sahabatnya itu.
"Hemm ... Bisa gak gebrak mejanya lembut dikit!! Bikin jantungan aja," ucap Bagus denagn suara ketus.
"Ini ada makanan buat kamu," ucap Ardyansah pelan.
Bagus menatap kotak makanan yang ada di depannya. Kotak makanan yang biasa ia bawa ke kantor.
Bagus menatap ke arah Arsdyansah dan meminta penjelasan sejelas -jelasnya.
"Tadi Cantika datang kesini. Ketemu di lobby cuma titip ini, katanya Mas Bagus belum sarapan," ucap Arsdyansah pelan.
Bagus menatap tak percaya ke arah Ardyansah tapi ini memang nyata. Lihat saja ini kotak makanan yang biasa di bawa Bagus setiap membawa bekal makanan.
Bagus mengulum senyum itu tandanya ... Cantika sudah memaafkan dia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Hanipah Fitri
masih nyimak
2023-12-25
0