Menikah

"Bagaimana Saksi, SAH?" tanya pak penghulu.

"SAHH!!" pekik dua orang paman Dewa yang didaulat menjadi saksi.

Ayah Dewa tersenyum menyaksikan pernikahan putranya, begitu pula ibu mertuaku, matanya tampak basah oleh air mata kebahagian.

Di sinilah aku sekarang, samping brankar kamar perawatan ayah Dewa, atau tepatnya ayah mertua. Kondisinya menurun siang itu, ibu yang baru saja hendak beristirahat tergemam mendapat telepon pak Yo.

Supir pribadi itu memang bergantian jam jaga dengan ibu, agar wanita itu tak kelelahan. Sedangkan Dewa tak diijinkan untuk menginap di RS oleh orang tuanya, aku tak tau apa alasannya.

"Bu, datanglah segera! Bapak napasnya sesak, dokter sedang berada di dalam."

Begitu katanya menurut cerita ibu.

Ibu berteriak memanggilku dan Dewa, meminta kami ikut serta. Dan terjadilah pernikahan siri setingan ini.

Seharusnya aku bahagia, bukankah ini yang aku perjuangkan di depan mama dan bang Naresh.

Tetapi, mengapa hati bersedih kala mengingat kedua orang tua, [maafkan anakmu ini,] lirihku dalam hati.

\=\=\=

"Wa, aku pulang dulu. Nggak enak sudah dari semalam belum pulang," kataku saat selesai ijab kabul.

"Gimana ngomongnya sama ibu, ya Nis?" tanyanya bingung.

"Aku juga bingung, pikir sendiri gih," kilahku.

Tiba-tiba ibu mendekati kami, "kalian dari tadi bisik-bisik, ada apa?"

Aku hanya tersenyum sambil menunduk. Namun, ibu tiba-tiba tertawa, "maaf, maaf ibu nggak peka kalau kalian baru saja menikah. Sudah pulang sana, ayahmu juga sudah stabil. Biar ibu di sini malam, takut ganggu manten baru," timpalnya.

Muka terasa panas, ah seandainya saja ada cermin, dapat kupastikan raut ini sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Ibu nggak apa-apa kalau saya tinggal?" tanya Dewa cemas.

"Iya Bu, Kak Dewa biar di sini saja. Nisa cuma pengen mandi, soalnya tadi nggak sempat," tambahku.

Namun, beliau bersikeras menyuruh kami meninggalkan RS. Ya sudahlah, kebetulan sekali.

Aku mencium takzim punggung tangan mertuaku, kemudian kami berpamitan undur diri.

"Saya antar pulang sekalian ya, Nis?"

"Nggak usah, Kak. Aku naik motor saja, mereka bisa curiga kalau motornya nggak kebawa."

"Iya, juga sih."

"Selanjutnya bagaimana, Kak? Aku masih tinggal di rumah sendiri, kan?"

"Malam ini, nggak apa-apa tapi usahakan besok sebelum ibu datang, kamu sudah di rumah. Bagaimana?

"Insya Allah, Kak."

Mobilpun melaju membelah jalan, menuju rumah lelaki itu. Tampak sebuah mobil merah terparkir cantik di halaman rumah, kala kami sampai ditujuan.

"Punya siapa, Kak?"

"Wanda."

Sekita lidah ini terasa kaku mendengar nama itu. Gegas aku turun, menyambar helm yang terkait di motor matic. Tanpa pamit dan berpaling, kupacu kuda besi itu agar segera menjauh dari rumah itu. Lelaki itu juga tak berkata sepatah katapun kepadaku. Entah terbuat dari apa hatinya itu, baru beberapa jam lalu dia menikahiku sekarang ....

Pantulan bayangan sepasang kekasih yang saling berpelukan mesra, terpampang jelas di kaca spion. [Tidak ... kumohon jangan menangis, ini adalah jalan yang kau pilih sendiri,]

rintih hati ini.

\=\=\=

Empat puluh lima menit berada di atas aspal, akhirnya sampai juga di rumah. Mama tergopoh-gopoh menghampiriku, "kamu dari mana? Semalam nggak pulang, teleponpun nggak bisa dihubungi?" cecar wanita kesayanganku itu.

Tak sanggup lagi mengucap kebohongan lain, kupeluk raga yang menua itu, menagis ....

"Sudah, Naresh sudah menceritakan pertengkaran kalian di cafe malam itu."

Tangisku semakin keras, mama mengusap punggung ini, kueratkan pelukan. Damai dan tenang ....

\=\=\=

"Ini mama buatin mie rebus, pedes biar sedihnya hilang, dimakan."

"Mama ih, mana ada pedes ngilangin sedih, yang ada juga coklat mamaku sayang."

Kami berdua berpandangan, lantas terbahak bersama. Walaupun ini hanya semangkuk mie instan, tapi tetap yang terenak di dunia.

"Ma, papa kemana?"

"Tadi dapat telepon dari toko, ada barang masuk katanya. Abangmu ikut sekalian, kebetulan tadi sudah pulang kantor."

"Oo ... papa marah nggak, waktu kemarin Nisa nggak pulang?"

"Agak marah, tapi setelah tau cerita kalian habis bertengkar ya, dia mengerti. Mama bilang, mungkin Kamu di rumah teman karena masih ngambek."

"Makasih, Ma," kataku sambil menyeruput sisa kuah mie rebus.

"Ma, besok aku ada tes wawancara di perusahaan distributor itu."

"Alhamdulillah, akhirnya ada kabar baik juga," katanya senang.

"Tapi ... aku ragu, Ma," sahutku.

"Kenapa? Itukan yang sudah lama kamu tunggu-tunggu."

"Iya sih, tapi kalau lulus mesti stay di Surabaya. Bagaimana, Ma?"

"Ya nggak apa-apa, namanya juga kerja, yang penting Kamu bisa jaga diri."

"Jaga diri dan jaga hati tepatnya." Tiba-tiba bang Naresh, sudah berada di belakang kami.

Aku mendengus kesal melihatnya.

"Sudah nggak usah dibahas lagi, biarkan adikmu tenang. Agar wawancaranya besok berjalan lancar," kata mama.

Bang Naresh menoyor kepalaku, "Maa, ada orang gila ngamuk," kataku seraya berlari menuju kamar.

Mama terkekeh melihat tingkah kami.

[Tuhan, aku berbohong lagi,] kututup muka ini dengan bantal, berteriak berharap sesak di hati bisa berkurang.

Derrtt, derrttt ... pesan masuk dari Dewa, [Nis, ayah sekarat. Kamu bisa nggak ke Rumah Sakit sekarang? Emot sedih]

Tuhan, ada apalagi ini ....

\=\=\=

Apakah yang akan Nisa lakukan? Bagaimana nasib pernikahan setingan mereka selanjutnya?

Jangan bosan menunggu ya ....

Plaese like, coment dan share ya Reader 😁❤❤🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Runa💖💓

Runa💖💓

Sebenar nya mau komen tapi komenku sudah bnyak yg mewakili
Dan Novel ini sudah tamat
Aku dukungan aja dengan like😘😘😘😘

2022-08-04

0

Athaya

Athaya

Nisa Nisa,, kasihan km😭😭

2021-04-01

0

Dewi senjabutirbutirpasirdlaut

Dewi senjabutirbutirpasirdlaut

Aku rada gimana gtu dgn bahasa sekarat pdhl untuk orang tuanya sendiri kelihatan kasar
bolehlah klo yg ngomong tuh musuh bebuyutan,orang jahat,lha ini ortu sendiri di bilang sekarat harusnya bilang kritis atau keadaan memburuk kata itu lebih pas keknya

2020-11-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!