waktu pun Zora lewati dengan kegiatan yang sama. Yaitu dari mulai bangun tidur, pergi ke sekolah, pulang sekolah langsung nonton, sesekali jika ada tugas Zora sempatkan waktunya untuk mengerjakan tudas. nmun dimalam hari dia akan kembali pada rutinitasnya yaitu nonton.
begitupun di hari libur, Zora memakai ⅔ dari waktunya sehari untuk menonton dan sisanya zora gunakan untuk makan, mandi, dan tidur.
bahkan di hari libur panjangnya, disaat temannya sedang asik memamerkan dirinya tengah berlibur di sosmed masing-masing. Zora lebih tertarik dengan bantal dan selimutnya dengan laptop tentunya yang selalu menemaninya setiap hari.
tak terasa kini Zora tengah menginjakan kakinya di kelas IX Sekolah Menengah Pertama. Yang dimana dikelas tersebut akan datang ujian-ujian yang bertubi.
Dan kini Zora harus fokus mencari Sekolah Menengah Akhir agar dirinya meneruskan mengemban ilmu untuk bekalnya dimasa yang akan datang. sebelum menuju tujuan itu sepertinya Zora harus merubah terlebih dahulu kebiasaannya.
"Zora bangun udah siang, nanti telat, bukannya hari ini kamu ada ujian?" teriak mamanya sambil menggedor pintu kamar Zora.
mendengar tak ada respon apapun dari sang anak, akhirnya mama masuk menerobos tanpa izin dengan membawa segelas air. Dan menciptakan air tersebut pada muka Zora. karena mamanya tahu jika Zora takkan bangun kecuali dengan cara itu.
"uuhhh ma kebiasaan dingin ma" keluh Zora dan menarik kembali selimutnya
"kamu yang kebiasaan susah dibangunin, buruan bangun kan mau ujian, liat jam Zora 15 menit lagi kamu ga bangun bakalan telat, mandi mu kan lama jafi ayo bangun" tanpa jeda mengomeli Zora
"iya iya ini bangun" turut Zora pada mamanya lalu bergegas menuju kamar mandinya.
Zora tengah bersiap, dengan seragam putih birunya dan dasi yang menempel pada lehernya. dengan sepatu yang sudah diikan rapi dan kencang agar ikatan tak lepas.
"ma, zora berangkat babay" teriak zora sambil berlari menuju halte bus
"Zora sarapan dulu kamu mau ujian nanti ga pukus karena lapar" teriak mama dari dalam rumah
"entar disana ma, keburu siang" Zora pun melanjutkan larinya takut kena omel mamanya lagi
"makanya bangun pagi jad..."teriakan mama terhenti, karena orang yang diteriaki sudah tak menampakan batang hidungnya.
"bener-bener anak itu" kesal mama dengan menggelengkan kepalanya tapi masih ada senyuman diwajahnya karena melihat tingkah anaknya itu.
sadar zora menjauh mama terheran dengan anak kecil yang barusan nyelonong masuk ke dalam rumahnya
"ini lagi bocah malah nonton bukannya sekolah, nazera kamu bolos sekolah?" penasaran kenapa kemponakan kecilnya itu ada dirumah
"pere wa, kan kelasnya dipake latihan ujian kelas 6" jawab santai anak kecil bernama nazera tersebut yang menupakan sepupu dari Zora.
jawaban nazera membuat mama mengerti. dan melanjutka kembali aktivitasnya yang sempat terhenti karena tadi mengejar Zora.
"Kikin lo tumben semangat bener mau ujian?" tanya teman sebangku Zora
"rahasia bocah ga boleh tau" Zora yang menempelkan jari telunjuk di bibirnya
"tapi Yadi penasaran Kikin"
"ah kepo udah balik sana kelas lo bukan disini sekarang noh disana" menunjukan dengan wajahnya
tak sempat berdebat bell masuk pun berbunyi tanda ujian akan segera dimulai. Yadi kembali menuju kelas sementaranya yang iya duduki selama masa ujian. seminggu sudah Yadi terpisah dengan Zora membuat dia rindu untuk menjaili Zora.
"tumben anak itu normal" ucap pelan Yadi saat melangkah ke kelasnya
bagaimana ga seneng saat Zora dikasih semangat dalam ujian kali ini. Kakak tertuanya tengah menawari Zora laptop baru asal nilai ujuannya bagus dan sesuai keinginan kakanya itu.
1hari sebelum ujian
"bang tiiimeee" rengek Zora pada time kaka sulungnya "baaaangg beliin Zora laptop baru baaangg" kembali merengek dengan mengayun-ayunkan lengan Time.
" lo bener ya jarang minta apa-apa sekalinya minta ga nanggung-nangngung!" risih Time dengan rengekan Zora
"kan ini masih ada laptopnya Zora, masih bisa dipake juga" menunjuk laptop yang sedang Zora kenakan
namun bukan Zora jika keinginannya tak tercapai. Zora adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Kakak pertamanya Time, ia kini bekerja menjadi karyawan kantoran. Sedangkan kakak keduanya Sky yang jail akut sama Zora tapi sekarang jarang ketemu sibuk ngampus.
kalo anak kecil tadi?, Dia sepupunya Zora. Jadi ibunya Zora itu 4 bersaudara yang pertama adalah mamanya Zora. Dan yang kedua om Yudi dan punya anak 1 yaitu daniel. yang ke tiga tante Yani punya anak juga namanya Syera. Dan anak bungsu dari neneknya dalah ibunya nazeera, nazera punya adik laki-laki namanya oval.
itu silsilah dari ibunya sedangkan dari ayahnya zora cuman punya satu paman dan 2 sepupunya yang juga umurnya ga berpaut jauh dari Zora.
cukup dengan silsilah kini kembali pada zora yang sedang merengek.
"yang ini memorinya kekecilan, beliin yang baru yang memorinya gedean yang ini mah kalo diisi film 2 judul juga langsung ngeload Time" kembali merengek
"minta yang sopan"
"iya iya baang Time" mengoreksi kalimat terakhirnya
"ujian dulu yang bener kalo laptop bisa kapan-kapan"
"ujiana mah tinggal ngisi soal" enteng tapi yang dikatakan Zora bener
"jangan dikasih mending duitnya buat gue beli hp baru" timpal sky yang tiba-tiba datang langsung meledek adiknya yang sedang merengek
"ah Sky mulu, dia mah hpnya juga baru bang, jangan dikasih, nanti dijual buat jajanin ceweknya"
"mulut lo sopan dikit abang lo ini"
"idih siapa juga yang mau jadi ade lo wlee" memelerkan lidahnya terhadap Sky dan kembali merengek pada Time.
"udah jangan diterusin ntar ujungnya malah ribut" pisah Time pada kedua adiknya "kalo lo mau laptop baru nilai lo harus bagus baru ntar dibeliin"
"janji?" mengacungkan jari kelingkingnya dan di iyain oleh kakanya
"tapi nilai bagusnya berapa?" bermaksud menanyakan batasan nilai bagus menurut Time karena jika nilai bagusnya menurut Time adalah 100 maka Zora tak bisa mewujudkannya.
" 80 nilai rata-rata, deal?"
"ok deal, udah janji jangan bohong, ya udah babay mau lanjut nonton"
Zora bergegas kekamarnya dengan laptop di lengannya. lalu melanjutkan tontontan yang sempat terjeda tadi.
"beres juga ujiannya ngantuk bener ini mata" keluh Zora sambil menempelkan pipinya pada meja
"sama gua juga ngantuk, semalaman begadang buat belajar" ikut Yadi menempelkan pipinya pada meja tapi menghadap Zora hingga saling menatap.
"lu mah bukan belajar tapi nyari contekan Mahmud" kedua jarinya hendak mencolok kedua mata Yadi namun tak kena.
"dari orok nama gua Yadi bukan Mahmud kikin sayang" goda Yadi
"weekk"meragakan ingin muntah "geli pengen muntah gua dengernya Yad"
"duh bebeb gapapakan?, apa bayinya rese lagi?"
"yadi bener-bener ntar orang salah paham" Zora memukul pundak Yadi
Yadi terbangun dari bangkunya dan pandangannya tertuju pada vas bunga yang ada di meja guru. Yadi menampilkan senyum jailnya dan mendapatka ide untuk mengganggu temannya ini.
tak lama Yadi meraih vas bunga dengan didalamnya ada serangkaian bunga mawar palsu. lalu kembali duluk sebelah Zora.
"oh ya gua lupa zor" ucapannya sengaja di hentikan untuk menarik perhatian Zora
"apaan?"
"tadi sepupu lo Syera nitipin sesuatu ke gua" melihat Yadi yak mengeluarkan apapun Zora terheran
"nitio apaan?"
"nitipin lo ke gua" tersenyum dengan melayangkan finger heartnya
Zora tak habis pikir dengan ide aneh dari temannya itu, ya walau godaan itu hal wajar karena Yadi memang menyukai Zora, tetapi orang yang disukainya tak kunjung merespon.
Merasa tak ingin menanggapi temannya, zora memalingkan wajahnya yang awalnya menatap Yadi kini berbalik ke arah berlawanan.
Terdengarnya suara bergeser kursi namun Zora abaikan, paling juga Yadi balik ke kelasnya lagi. tapi hal yang tak Zora duga terjadi.
Buaknnya balik ke kelasnya, Yadi malah berjalan mengelilingi meja menuju arah Zora. Dan kini mereka saling berhadapan kembali.
Tanpa aba-aba Yadipun bertekuk sebelah lutut dengan tangan kanan menggeggam serangkaian bunga yang masih berada dalam vasnya. tak lupa tangan kirinya iya sembunyikan dibelakang layaknya posisi sedang melamar.
"zor mau ga jadi pacar gua?"
tindakan Yadi membuat geger satu kelas, dan suara sorakan dari teman-temannya pun menggema di dalam ruangan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments