Bab 3.

Hari ini tante Nia datang menjemput ku karna hari ini rencananya kami akan memesan gaun pengantin yang akan aku kenakan di hari pernikahan ku nantinya. Tante Halima memang pintar memberi ku kejutan yang tiada habisnya.

Kemarin soal perjodohan dan hari ini aku tau undangannya sudah siap disebar dan sekarang ini tentang pakaian pengantin.

Ya Tuhan apa ini semua? harus kah aku mensyukuri ini semua atau kah sebaliknya?seperti mimpi saja hidup ku ini.

Kami berdua pun turun dari mobil yang kami tumpangi setelah supir yang mengantar kami menghentikan mobilnya kemudian tante Nia menggandeng tangan ku untuk masuk kedalam sebuah butik.

Disana kami disambut dengan ramah oleh para pekerja dan pemilik butik tersebut, sepertinya tante Nia sudah sangat dikenal disana terlihat dari bagaimana cara mereka berbicara satu sama lainnya dengan seorang wanita yang seumuran dengannya yang merupakan pemilik butik itu

Tak lupa tante Nia memperkenalkan ku sebagai calon menantunya dan wanita itu pun ikut memberi selamat walaupun pernikahan itu belum terjadi.

"Selamat Nia.. Akhirnya anak laki-laki mu akan segera menikah, aku turut bahagia mendengar kabar ini." Ucapnya.

Dan dibalas dengan Tante Nia. " Terima kasih Wanda."

"Oh jadi namanya Wanda" dalam hati karna tidak mungkin aku menanyakan nya bukan?karna aku ini hanyalah orang asing disini.

Tante Nia begitu antusias untuk mempersiapkan gaun yang akan aku kenakan terlihat dari bagaimana ia memilihkan bahan dan model pakaian pengantin untuk ku.

Sementara aku hanya bisa mengikuti kemauannya karena setiap ditanya aku tidak bisa berkata apa-apa sebab aku tidak tau harus menjawab apa.

Berbeda mungkin jika pernikahan ku disaat aku sudah benar-benar menemukan orang yang tepat dan tentunya yang mencintai aku sepenuhnya.

Sementara ini tidak demikian tapi ya sudahlah, sekarang aku hanya mencoba mengiklaskan diri ku terjebak dalam situasi yang tidak ku inginkan ini.

Semoga kelak pengorbanan ku ini tidak sia-sia agar tidak ada penyesalan semur hidup ku.

Disela-sela kesibukan tante Nia yang sedang menjelaskan keinginannya terkait model yang paling tepat untuk aku gunakan telponnya berdering dari dalam tas miliknya, entah siapa yang menelponnya.

Telpon itu tidak langsung dijawab olehnya sangking seriusnya berbica dengan pemilik butik itu. Tak lama kemudian telponnya kembali berdering untuk kedua kalinya dan kali ini beliau meminta ku untuk mengabulkan ponsel miliknya dari dalam tas yang ia letak tak jauh dari ku.

"Ini tante." Ucap ku sambil memberikan ponsel itu.

"Angkatlah dahulu Tante masih belum selesai." Sirihnya kepada ku.

Dan dengan terpaksa aku pun menuruti ucapannya. Ku usap layar ponsel itu yang bertuliskan Rey sayang, sepertinya itu adalah calon suami ku.

"Halo" kata ku begitu terhubung keseberang sana.

Namun bukannya menjawab ucapan ku yang ku dapat adalah bentakan.

"Kau siapa? dimana mama ku?" cecar sipenelpon itu.

"Tante lagi sibuk." Kata ku.

"Berikan ponselnya sekarang cepat!"

Wah sepertinya dia orang yang tidak sabaran rupanya.

"Tan..." Aku kembali memberikan ponsel itu kepada pemiliknya.

"Siapa?" tanyanya sambil menerima ponsel itu dari tangan ku.

"Oh" Ucapnya begitu melihat nama yang tertulis disana.

"Calon suami mu menelpon." Guraunya dengan tersenyum yang mengembang di bibirnya.

Ya Tuhan sebahagia itu tante Nia dengan pernikahan anaknya dan hal itu membuat aku semakin penasaran dengan semuanya.

Dengan tampang yang akan menjadi calon suami ku, dengan kehidupan mereka karna sepertinya keduanya sangatlah dekat.

Seperti sebuah ungkapan yang pernah aku dengar sebelumnya jika anak laki-laki sampai kapan pun akan tetap jadi milik ibunya. Sedewasa apa pun anak laki-lakinya akan tetap sama baginya.

Namun didetik selanjutnya aku tersentak dari segala pemikiran ku yang bercabang kemana-mana karna mendengar suara dari tante Nia.

"Cepatlah! kami sudah dibutik." ucap tante Nia begitu sambungan telponnya terhubung. Tanpa berbasa-basi terlebih dahulu seperti Halo, ada apa kau menelpon misalnya.

Ya namanya dia berbicara dengan anaknya mungkin mereka memang seperti itu.

"Kalau begitu selesaikan pekerjaan mu setelah itu kau datang kebutik Wanda secepatnya. Mama sudah memilihkan modelnya kau hanya perlu datang untuk mengukur ukuran mu". Suruh tante Nia dan menutup telponnya begitu saja.

"Dasar anak itu." Tante Nia bergumam sendiri.

Selesai dari butik kami berdua memutuskan untuk langsung pulang walau awalnya tante sempat mengajak ku untuk makan siang terlebih dulu namun aku menolak dengan beralasan jika tante Halima sudah menunggu ku.

Diperjalanan pulang aku memberanikan diri ku untuk bertanya kepadanya tentang apa yang mengganjal dihati ku.

Kulirik dia sejenak sebelum memulai berbicara.

"Tan, aku boleh bertanya tidak?"

"Apa? katakan jangan sungkan." Jawabnya.

"Kenapa tante menjodohkan aku dengan anak tante? pada hal banyak wanita diluar sana yang bisa Tante jadikan menantu tante." Ucap ku takut-takut salah berbicara.

Namun justru ia malah tersenyum kepada ku.

"Sri..Itu semua tante lakukan karena Tante yakin ku anak yang baik dan pantas untuk anak tante." Ucapnya menghentikan ucapannya sejenak.

"Anak tante itu sudah cukup umur untuk menikah dan Tante takut jika ia salah memilih wanita untuknya. Karna selama ini tante melihat semua yang dekat dengannya tidak ada yang tulus mencintainya mereka semua hanya bersikap manis demi kepentingannya sendiri dan hanya untuk menikmati kemewahan yang diberikan anak tante kepada mereka." Jelasnya panjang lebar.

"Maksud tante apa dengan kata mereka?"

"Mereka yang dekat sebagai pacar dari Rey semuanya palsu." Sahutnya membuat ku terdiam dengan semua pikiran ku sendiri mencoba mencerna yang barusan ku dengar.

"Tenang saja Sri, Rey itu anak baik tidak ada yang perlu kau takuti." Terangnya sambil mengambil tangan ku lalu digenggamnya dengan kedua tangan memberi aku kekuatan atas kekhwatiran ku.

"Tapi tan kami belum saling mengenal satu sama lain."

"Maaf, tante sampai melupakan hal itu. Akan tante urus pertemuan kalian nanti maklum Rey itu orangnya sibuk." Katanya sambil tersenyum.

Asik bercerita hingga tak terasa jika mobil yang kami tumpangi sudah berhenti didepan rumah tante Halima.

"Tante mau mampir dulu?" tanya ku.

"Lain kali saja ya! tante masih ada urusan lain." Sahutnya.

"Kalau begitu tante hati-hati dijalan." Ucap ku karna bingung harus berkata apa. Pada hal kan tante Nia bersama supirnya seharusnya aku mengatakan itu kepada supirnya bukan? tapi ya sudah lah.

Begitu aku turun dari mobil mereka pun segera meninggalkan tempat ku dan aku masih berdiri ditempat ku sampai mobil itu menjauh dari ku sambil melambaikan tangan ku. Agak lebai sedikit menurut ku tapi mau gimana lagi namanya juga calon menantu idaman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!