"Eh, sahabat, kau mau pergi kemana? " akhirnya salah satu dari tentara itu menegur.
Di saat itulah Hu Yi Tian teringat, salah satu dari tentara yang menganiaya kakek tua itu kemarin malam.
"Aku bersama Tuan muda ku hendak melancong ke daerah selatan, " Cheng Xiao mewakili Hu Yi Tian menjawab. Ia pun maju ke depan majikan nya.
Dengan tak pernah mengira tentara yang marga Hong telah menyambar Cheng Xiao untuk di ancam dengan cepat, dia juga menyambar bungkusan di bokong Cheng Xiao, yang mana ia segera buka, hingga terlihatlah isinya uang dan emas dan perak. Dengan tiba-tiba juga ia menjadi bermata garang, dan wajahnya amat bengis.
"Tuan muda? Tuan muda apa? " dia menghardik. " Kamu tentunya bukan orang baik-baik. Dari mana harta ini? Tentu hasil mencuri! Hebat. Kita dapat membekuk pencuri berikut barang bukti nya! Hayo ikut kami menghadapi tuan pembesar senior kami! "
Jelas tentara itu menghina pemuda dan bocah itu yang hendak di gertak , supaya uangnya itu bisa di kantongi nya.
Tapi Cheng Xiao amat cerdik, ia tidak takut.
"Bagus! " Ia bilang. "Tuan muda adalah putranya tuan besar Hauw, pergi kepada tuanmu, itulah yang paling bagus! "
Si marga Hong tercengang, hingga ia mundur. Mendadak, ia tertawa.
"Aku main-main saja! " kata si marga Hong, raut wajahnya berubah menjadi ramah tamah. "Boleh toh kita main-main sedikit? "
Lihatlah orang itu menjadi manis budi, hatinya Cheng Xiao jadi besar.
"Mari kembalikan kuda kami, " kata Cheng Xiao. "Atau sebentar, menghadap kepada tuan besar mu, nanti aku akan minta keadilan kepada beliau untuk menghukum kalian semua. "
Semua orang terkejut.
Termasuk para tentara itu, satu diantaranya yang berusia paruh baya lantas mengerutkan alisnya.
"Inilah bahayanya, " pikir orang itu kemudian. "Sudah terlanjur, baik ku habisi dua bocah ini, uangnya kami rampas. "
Ia lantas ambil keputusan, mendadak Ia cabut goloknya dan tebas si bocah.
Cheng Xiao kaget, Ia sudah mengelak namun pundaknya tetap terkena tebasan, hingga darah mengalir deras.
"Tuan muda, cepat lari, " teriak budak ini, walau kecil orangnya tetapi hatinya tabah dan setia.
Hu Yi Tian pun kaget,lantas saja ia lari.
Tentara itu penasaran, ia menebas pula, tetapi sekali ini Cheng Xiao bisa menghindari, setelah itu, bocah ini berputar cepat untuk lari juga untuk menyusul majikannya.
"Kejar mereka! " teriak tentara itu makin ganas, yang lain mengejar kedua orang itu bersama si marga Hong.
Bukan main rasa khawatir Cheng Xiao yang tak mungkin bisa lari lebih kencang lagi. Di saat ia nyaris tertangkap, tiba-tiba dari arah depannya datanglah seorang penunggang kuda, yang mana kudanya membiarkannya untuk lari dengan lebih cepat.
Empat tentara itu melihat si penunggang kuda itu, dimana salah satu dari mereka berteriak:" Kurang ajar! Sialan besar, kau berani melawan kami?! "
"Bekuk dia! Bekuk dia! " satu tentara lain itu berteriak. "Bekuk penjahat itu!"
Kawanan tentara itu secara keji menuduh tuan muda Hu berdua sebagai penjahat. Dengan cara itulah mereka mencari alasan untuk keganasan mereka.
Si penunggang kuda di depan datang semakin dekat seakan ia tak melihat ada dua orang lagi yang lari dan empat orang tentara mengejar orang-orang itu, ia pun dengar teriakan- teriakan si kepala tentara, maka ia melarikan kudanya ke arah kedua orang itu, setelah datang dekat, Ia membungkukan tubuh, ia juga mengulurkan tangannya, terlihat mudah sekali, ia cekal Hu Yi Tian dan Cheng Xiao, untuk diangkat naik ke punggung kudanya.
Empat orang tentara itu, dengan napas mereka yang tersengal-sengal, sudah sampai di depan si penunggang kuda yang telah menahan kudanya, dan pria ini sudah menurunkan dua orang itu sambil berkata:" Ini mereka, sudah di tangkap! " setelah itu ia pun meloncat turun.
Si penunggang kuda ini bertubuh besar, suara nya nyaring, mukanya berewokan, usianya kira -kira tiga puluh tahun.
"Terimakasih, " kata keempat tentara itu, yang bersikap ramah tamah. Mereka takut terhadap orang berwajah gagah perkasa. Kemudian mereka mengangkat bangun Cheng Xiao dan Hu Yi Tian, yang jatuh ke tanah.
Penunggang kuda itu diamati oleh Hu Yi Tian, yang muda dan sebagai sastrawan, serta Cheng Xiao, yang termangu sebagai majikannya. Sama sekali mereka berdua tidak ada mirip-miripnya dengan orang jahat.
Sekonyong-konyong Cheng Xiao membuka mulutnya:"Pendekar, tolong! Mereka hendak merampas dan membunuh kami! "
"Kamu siapa? " tanya si penunggang kuda.
"Inilah tuan muda ku. Tuan muda Hu Yi Tian. "
Cheng Xiao belum sempat bicara panjang lebar karena salah satu dari tentara itu telah menutup mulutnya.
"Saudara, kau sebaiknya ambil jalanmu sendiri, jangan kau ikut campur urusan kami orang kantor negeri ini, " kepala tentara yang usianya paruh baya menasehati si penunggang kuda.
Tapi si penunggang kuda bersikap lain.
"Lepaskan tanganmu itu, biarkan dia bicara! " Ia berkata kepada tentara yang menutup mulut Cheng Xiao.
"Aku yang rendah hanyalah seorang anak muda pelajar biasa, aku tidak memiliki tenaga besar, mana mungkin aku seorang penjahat... " Hu Yi Tian berkata.
"Ehh, bocah kau berani banyak bicara? " salah satu dari tentara lain menegurnya. Dan, ia telah mengangkat tangan untuk menampar wajah pemuda itu.
Penunggang kuda itu gusar, ia ayunkan pecutnya dengan lincah telah melilit si tentara galak, hingga tamparan tentara itu gagal, bahkan pria itu sampai terpelanting dan jatuh ke tanah hingga giginya copot, mulutnya berdarah-darah.
"Bagaimana sebenarnya masalah kalian! " tegas si penunggang kuda.
"Tuan muda ku sedang melakukan perantauan, " Cheng Xiao menggantikan tuannya, "lalu kami bertemu dengan keempat orang ini, mereka lihat uang kami, lantas mereka hendak merampas uang kami! " Cheng Xiao berlutut. "Pendekar, tolong kami... " Ia memohon.
"Apakah yang kamu katakan itu benar? " tanya si penunggang kuda itu kepada tentara itu, belum sempat si tentara itu menjawab dari arah belakangnya si marga Hong telah mengayunkan golok untuk menebasnya.
Si penunggang kuda itu mendengar suara angin golok ke arahnya, tanpa menoleh sekalipun, ia meliukan tubuhnya ke kiri, seraya ia memutar tubuhnya untuk mendekap sedikit, ia telah kirim tendangan ke paha si marga Hong hingga pria itu terpental dan roboh.
"Inilah dia si penyamun tulen!" seru ketiga orang tentara lainnnya sambil menyerang maju ke arah si penunggang kuda itu.
Cheng Xiao khawatir lihat si penunggang kuda yang tak membawa senjata apapun telah di serang oleh ketiga tentara lainnya akan tetapi Si penunggang kuda tak merasa takut di keroyok, dengan lincah sekali mengelak di atas punggung kudanya. Ia berhasil menghindari serangan golok dan rantai besi yang di gunakan oleh para pengeroyokan si penunggang kuda itu.
Bersambung!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Ir Syanda
Dimana-mana ya ... orang modelan kek gini ada aja ...
2023-03-07
1
Pink Blossom
syukurlah,, moga s penunggang kuda slmt,, hu yi tian dn Cheng xiao jg
2023-03-06
0
Pink Blossom
wahahaha,, rasakn itu
2023-03-06
1