Hu Yi Tian mendengarkan penuturan kakek tua yang menceritakan tentang pembunuhan yang terjadi di sejumlah desa di kaki gunung Cin tanpa berkedip sama sekali saking terkejutnya.
"Perampokan? Mustahil perampok demikian keji sekali? " sahut kakek tua itu yang menghela napas. "Ini semua adalah perbuatan baik dari tentara negeri ini! "
Hu Yi Tian tercengang.
"Tentara negeri ini? Tentara negeri ini demikian keji? " Ia bertanya. "Apa pembesarnya telah membiarkan mereka mengganas? "
Orang tua itu tertawa hambar.
"Rupanya Tuan muda baru ini kali merantau! " Ia berkata. "Segala apa yang Tuan muda tidak tahu! Pembesar tentara? Dia justru ambil bagian yang paling bagus! Yang paling banyak dan terbaik telah lebih dahulu di perlihatkan! "
"Kenapa rakyat tak mengadu ke kantor negeri? " Tanya Hu Yi Tian.
"Apa gunanya? Itu artinya cari penyakit! Sekali kau mengadu, dalam hitungan detik saja nyawa mu akan melayang..! "
"Eh, bagaimana bisa jadi demikian? "
Hu Yi Tian semakin tidak mengerti.
"Bukankah hamba negeri ini saling melindungi? Siapa mengadu, pengaduannya di tolak, orang nya di tangkap, lalu dipenjara! Siapa yang tidak mempersembahkan uang, dia jangan harap bisa keluar dari penjara! "
Pemuda itu menggeleng kepala.
"Tak mengira aku, pembesar di desa ini begitu buruk, " Ia menyatakan pendapatnya. Ia lantas bertanya pula:"Apa gunanya tentara negeri ini pergi ke pegunungan? "
"Tujuan mereka untuk menumpas perampok! Tapi kenyataannya, kebanyakan perampok itu merampok karena desakan tentara juga! Kalau tentara tak berhasil membekuk perampok, ya mereka membunuh sejumlah penduduk, untuk mereka bisa melaporkan jasa mereka kepada atasan mereka untuk imbalan jasa mereka. Mereka serang rakyat, mereka merampok dan membunuh, dan pulangnya, bisa naik pangkat juga! "
Orang tua itu bicara makin lama makin sengit, sampai si nenek berkali-kali mengelus -elus tangannya untuk meredakan emisinya. Nenek merasa khawatir Hu Yi Tian adalah salah satu dari orang-orang itu yang akan membahayakan mereka.
Hu Yi Tian sendiri menghela napas panjang agar pikirannya tak mumet. Kakeknya adalah seorang pembesar, ayahnya adalah sastrawan, pokoknya semuanya berpangkat tinggi, ia tahu mereka semua adalah orang-orang yang terkenal jujur dan pelindung rakyat. Tapi siapa mengira, di desa ini ia mendengar tentang tentara Boan -Ciu sering mengancam perbatasan tentara negeri ini bukan melawan musuh untuk membela negara mereka, mereka justru mencelakai rakyat!
Akhirnya karena ia terlalu lelah dan pusing untuk memikirkan kejahatan tentara itu. Hu Yi Tian pun memilih untuk membaringkan dirinya di tempat tidur untuk tidur namun baru Ia nyaris terlelap. Ia terperanjat mendengar suara berisik dari suara gonggongan anjing dan terdengar pula kuda -kuda, disusul dengan seruan keras dan lalu ketukan kencang pada pintu!
Si nyonya tua hendak membuka pintu, kakek tua itu mencegahnya.
"Tuan muda, pergilah kau ke belakang, untuk kau bisa bersembunyi di sana. " kata kakek tua itu.
Hu Yi Tian menuruti, bersama Cheng xiao. Ia telah pergi ke belakang untuk bersembunyi di balik alang-alang yang tumbuh rimbun di sekitar halaman belakang rumah itu. Baru saja mereka sembunyi, mereka mendengar suara pintu telah di hancurkan karena di dobrak.
"Kenapa tidak cepat buka pintu? " terdengar suara bengis menegur kedua orang tua itu. Lalu disusul dengan pukulan yang mengejutkan daun telinga terdengar nyata.
"Oh, tuan pembesar, kami.. kami adalah suami istri tua, telinga kami sudah agak tuli, karenanya kami tidak dapat mendengar suara kedatangan anda... " terdengar jawaban si nyonya tua itu.
Tapi kembali suara orang menghajar sesuatu terdengar lagi di telinga.
"Jikalau tidak kedengaran, kau harus di hajar! " demikian tegur orang itu lagi. "Cepat, potong ayam, cepat siapkan nasi untuk kami berempat! "
"Kami sendiri akan mati kelaparan, darimana kami dapatkan ayam? " demikian suara ratapan.
Segera terdengar suara tubuh seseorang yang di banting, rupanya kakek tua itu di dorong hingga roboh, di susul suara tangisan dari nyonya tua itu.
"Sudahlah, Hong! " lalu terdengar suara yang lain. "Ini hari kita sudah berkeliling desa selama satu hari penuh, kita melainkan hanya menerima dua puluh tail lebih, memang sebenarnya kita masih belum puas, tetapi percuma andaikata kau hendak lampiaskan amarahmu.. "
"Tetapi orang ini, tanpa dipaksa, mana bisa mau menurut? " terdengar sahutan, rupanya dari si marga Hong itu. "Mengenai dua puluh tail itu, jikalau aku tidak mematahkan kaki si tua bangka, mana dia mau mengeluarkan uangnya? "
"Penduduk di sini memang melarang. " kata orang ketiga, "Hanya kalau kita tidak paksa mereka, kita sendiri yang akan dimarah oleh tuan pembesar senior... "
Ketika orang itu berkata-kata, kudanya Hu Yi Tian ribut, beberapa orang itu terheran-heran, lalu mereka pergi keluar untuk melihat halaman depan rumah itu dan menemukan dua ekor kuda milik si tuan muda dan kacungnya.
"Si penunggang kuda tentu menginap di sini, ini adalah hasil pekerjaan kita.. " demikian kawanan tentara itu bicara satu sama lain, kemudian mereka kembali ke dalam rumah, dengan raut wajah mereka kegirangan.
Hu Yi Tian kaget, ia sadar bahaya mengancam keselamatannya dan kacungnya, ia menarik Cheng Xiao untuk kabur dari pintu belakang lain, menjauh dari rumah itu dengan melewati jalanan yang tidak rata dan banyak bebatuan. Namun, hati mereka lega tak melihat ada seorangpun yang mengejar mereka, sedangkan uang untuk perbekalan mereka masih aman di bokong Cheng Xiao. Mereka meringkuk di dalam rimbun pepohonan yang lebat selama semalaman itu, dan esok hari saat matahari mulai naik, mereka keluar untuk mencari jalan besar untuk mereka bisa melanjutkan perjalanan.
Di tengah jalan, selagi melakukan perjalanan sepuluh lie lebih, majikan dan kacungnya itu sedang berunding untuk membeli kuda baru untuk perjalanan mereka. Sementara itu, Cheng Xiao selalu mengomentari, mencaci maki tiap hari ia ingat kawanan hamba-hamba negeri yang jahat dan kejam, yang sudah menyiksa rakyat dan memeras rakyat, sampai peristiwa kemarin malam yang menyebabkan mereka kehilangan kuda-kuda mereka.
Mereka sedang berjalan dengan tenang namun tiba-tiba dari jalan kecil, muncul empat orang tentara , yang bersenjatakan pedang, yang telah membawa borgol, dan dua diantaranya terlihat menuntun dua ekor kuda. Mereka berdua saling bertukar pandang dengan terbelalak. Karena mereka mengenali kuda mereka! Jadi, empat orang tentara itu adalah hamba-hamba negeri yang semalam menghajat kakek tua dan nenek tua yang merupakan rakyat jelata yang sangat miskin.
Di pihak lain, empat orang tentara itu mengawasi mereka yang belum sempat untuk kabur, yang membuat mereka harus bersikap tenang dan pura-pura tak mengenal keempat orang tentara itu dengan melanjutkan perjalanan mereka.
Bersambung!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Imamah Nur
Desa apaan nih 🤔
2023-03-07
1
Ir Syanda
Pantes saja desanya kek neraka ...
2023-03-07
1
Pink Blossom
tail ap tael
2023-03-06
1