Bab 4

"Pergilah dari rumah ku sekarang juga!" bentak Ferdi dengan bersungguh-sungguh.

"Tidak akan! Karena urusan ku dengan Emi belum selesai." sahut Sekar yang tidak mau kalah.

Suasana di rumah itu kian memanas. Mengetahui jika suaminya sedang terpancing emosi membuat Emi langsung segera berusaha untuk menenangkan pria itu.

"Tenanglah pah, lebih baik papa pergi! Soal Sekar, biar aku yang urus." bujuk Emi dan suaminya itu langsung setuju dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Permasalahan apa yang kau maksud? Kita tidak punya masalah." tanya Emi dengan serius.

Sementara Sekar hanya bisa tersenyum miring. "Tentu saja permasalah tentang Fatima! Berikan nomor ponsel gadis cacat itu! Karena aku ingin menghubungi nya."

"Berani sekali kau mengatakan bahwa Fatima adalah gadis yang cacat! Dia sempurna dan tidak cacat." bentak Emi merasa sangat marah.

Sementara di dapur, Ferdi mencoba untuk mengontrol emosinya setelah mendengar bentakan dari istrinya tersebut.

Memahami jika pertengkaran di antara kakak beradik itu pasti adalah permasalahan yang serius.

Tapi dia tidak boleh egois dan ikut campur, Ferdi percaya jika Emi pasti akan bisa menyelesaikan permasalahan mereka berdua.

Namun satu hal yang membuat pria itu merasa kesal. Yaitu karena ulah kakak iparnya yang sangat gila dan juga tidak waras. Sejak dulu Ferdi telah mengetahui bagaimana sikap Sekar terhadap Fatima.

Merasa kasihan dan juga prihatin akan nasib gadis malang itu.

Setelah mengetahui jika istrinya mengirimkan Fatima keluar kota untuk bekerja sebagai karyawan kakaknya sendiri. Membuat Ferdi akhirnya merasa lega dan berpesan kepada Talia agar adiknya itu mau menganggap Fatima seperti saudara dekat dan juga menjaganya seperti layaknya seorang adik.

Ekspresi wajah Sekar yang tadinya terlihat congkak, tiba-tiba saja berubah memelas dan merasa sangat bersedih.

"Kau tidak bisa menolak kenyataan adik ku! Putri ku Fatima adalah gadis yang cacat, dan itu semua karena perbuatan ku. Jujur aku sangat menyesal karena sudah berbuat jahat padanya. Setelah kepergian nya sebulan lalu membuat ku langsung merenung dan sadar jika Fatima adalah anak yang sangat baik dan berbakti kepada orang tuanya. Meskipun dia cacat fisik, namun di mataku dia tetaplah gadis yang sangat sempurna dan juga berhati malaikat." ungkap Sekar berbicara dengan panjang lebar, karena ingin mendapatkan rasa simpati dari adiknya.

Entah mengapa Emi pun di buat percaya dengan drama ini, dan merasa yakin jika kakaknya itu telah berubah dan menyadari akan kesalahan nya selama ini pada Fatima.

Tapi kenyataan nya tidak seindah itu, Sekar hanya ingin agar dirinya bisa mendapatkan nomor ponsel anaknya dan berniat akan meminta uang kepada Fatima.

Karena sebelumnya dia sudah menguping terlebih dahulu soal pembicaraan adiknya, bahwa Fatima sudah gajian dan baru saja membeli handphone baru.

Pada saat itu juga, jiwa matre yang ada pada diri Sekar langsung saja meronta-ronta.

"Maka dari itu tolong berikan nomor ponsel putri ku! Aku sangat merindukan nya dan ingin berbicara lalu meminta maaf kepadanya." ucap Sekar lagi yang tidak habisnya untuk mengeluarkan air mata palsu dan raut wajah kesedihan sehingga membuat Emi semangkin bertambah yakin jika kakaknya itu sudah berubah total.

"Baiklah, akan aku berikan. Tunggu sebentar!" balas Emi yang langsung pergi meninggalkan kakaknya untuk mengambil pulpen dan juga kertas.

Wanita itu langsung menyalin nomor ponsel Fatima di sebuah kertas, lalu menyerahkan kertas tersebut kepada Sekar.

"Aku percaya kepada mu, minta maaf lah pada Fatima atas kesalahan dan kebodohan mu selama ini." ujar Emi, dan Sekar langsung menundukan kepalanya sambil tersenyum singkat.

"Minta maaf katamu? Hh, enak saja! Dia pikir dia siapa? Berani sekali memaki ku seperti tadi. Jangan harap aku akan menyesal dan bertobat, karena aku sama sekali tidak bersalah. Emi-Emi, dasar bodoh! Kau pikir aku meminta nomor hp ini untuk meminta maaf? Tidak akan pernah, karena aku malah akan memalaknya setelah ini."

Setelah selesai membatin, akhirnya Sekar kembali mengangkat wajahnya lalu tersenyum ke arah Emi.

Dia pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun.

Wanita tua itu langsung saja bergegas menghubungi Fatima setelah sampai dirumah nya.

Awalnya Fatima ragu untuk mengangkat panggilan dari orang yang tak di kenal, namun rasa penasaran pada dirinya jauh lebih besar dari pada rasa keraguan nya itu.

"Hallo, dengan siapa?" tanya Fatima pelan.

"Hey anak sialan! Beraninya kau pergi dan kabur begitu saja." bentak Sekar dengan suara yang sangat kuat, sehingga membuat telinga Fatima menjadi sakit.

"I-ibu!" ucapnya yang sadar jika suara itu adalah suara dari ibunya.

Bukan nya mematikan panggilan, justru Fatima merasa sangat senang karena pada akhirnya dia bisa bertelponan dengan ibunya. Sejak tadi ia menelpon kembali Emi karena ingin meminta nomor Sekar, namun nomor budenya sedang tidak aktif.

"Bagaimana keadaan ibu? Apakah baik-baik saja? Aku merasa senang karena akhirnya bisa mendengar kembali suara ibu." ungkap Fatima dengan tulus, karena jujur dirinya sangat merindukan Sekar selama ini.

"Tidak usah sok peduli kepada ku! Dasar anak sial dan juga cacat, aku sangat membenci mu." sahut Sekar dari sebrang sana, sehingga membuat Fatima langsung terdiam setelah mendapat cacian dari ibunya sendiri.

Meskipun sakit hati, namun tak membuat Fatima jadi membenci ibunya. Gadis itu malah semangkin menyayangi Sekar dan menganggap jika omongan itu adalah sebuah fakta atau kenyataan. Jadi ia tidak perlu sakit hati. Dirinya memanglah anak sial, karena hadir tanpa di minta. Dan juga cacat fisik serta tidak sempurna.

"Hey gadis sial! Berbicaralah jangan diam saja."

Hingga pada akhirnya Fatima kembali sadar setelah mendengar perkataan ibunya.

"Apa kau mengerti? Ku bilang kirimkan aku uang secepatnya, atau aku akan menyusul mu kesana dan tidak akan memperbolehkan mu lagi untuk bekerja. Kau akan menjadi gadis udik yang hanya akan hidup di dapur. Jadi kau memilih yang mana? Kirimkan aku uang, atau aku akan menjemput mu untuk pulang ke desa." ucap Sekar memberikan pilihan pada Fatima.

"Uang?" tanya gadis itu pelan.

Padahal saat ini uang nya hanya tersisa 1 juta saja dan itu hanya tinggal untuk biaya makan nya selama 1 bulan. Sementara 1 juta lagi sudah ia belikan handphone, jika dirinya memberikan uang itu kepada Sekar lalu dia akan makan apa selama 1 bulan?

Rasanya benar-benar bingung, sementara untuk saat ini Fatima sangat tidak ingin pulang kampung. Akibat dirinya sudah terlanjur nyaman berada di kota dan bekerja untuk mencari uang di sini.

"Fatima kirimkan semua uang mu sekarang juga! Atau ibu akan benar-benar menjemput mu sekarang." ancam Sekar yang sudah mulai terlanjur geram karena sama sekali tidak ada jawaban dari sebrang sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!