"Tidak, bude sama sekali tidak terima jika kau harus terus-terusan di sakiti oleh ayah dan ibu mu yang sama sekali tidak berperasaan ini. Fatima sadarlah jika mereka tidak menginginkan kehadiran mu, jadi buat apa bertahan? Lebih baik menjauh dari pada harus makan hati setiap hari." sahut Emi yang benar-benar merasa prustasi, melihat keponakan nya itu terlalu lemah dan juga pasrah dengan keadaan, meskipun keadaan itu sendiri ingin menikam nya.
Setelah itu Emi pun langsung beralih menatap tajam ke arah kakaknya.
"Aku akan membawanya pergi dari sini, bukan kah itu adalah keinginan mu sejak dulu? Berulang kali kau ingin menggungurkan nya semasa waktu di kandungan dulu." ucap Emi dengan penuh penekanan.
"Tidak, kau tidak boleh membawanya. Biarkan anak sialan itu tetap tinggal di rumah ku! Bagaimana pun juga, waktu ku tlah habis untuk merawatnya selama ini." balas Sekar yang merasa tidak terima karena adiknya itu malah membawa Fatima pergi bersamanya.
Meskipun dia sangat membenci anak itu, tetapi dirinya sangat tidak rela jika Fatima harus bekerja sebagai seorang pelayan. Karena Sekar hanya mau agar Fatima menjadi seorang Dokter. Bekerja sebagai seorang pelayan tentunya adalah sebuah profesi yang sangat memalukan.
"Tidak! Bukan kau, tapi ibu yang sudah merawat Fatima hingga besar." sangkal Emi yang tidak terima dan terus menarik tangan keponakan nya itu untuk pergi dari rumah ini.
Rasanya begitu sangat panas, jika saja Emi tidak mengingat bahwa wanita itu adalah kakaknya sendiri. Maka dia pasti akan memasukan Sekar ke dalam rumah sakit jiwa. Benar jika wanita itu memang sudah gila dan tidak waras. Rasanya dia sangat emosi dan ingin menampar wajah perempuan tua itu.
Sesampainya Fatima di rumah Emi, gadis itu merasa sangat bersalah karena sudah meninggalkan ibunya.
Tentu hal itu dapat terbaca oleh Emi, dan wanita itu benar-benar sangat kesal dengan pemikiran keponakan nya tersebut.
"Sepertinya lebih baik aku melanjutkan sekolah saja bude, tidak perlu bekerja dan mencari uang di luar kota." ucap Fatima yang secara tiba-tiba.
"Berhentilah menjadi tidak waras seperti ibu mu itu. Wanita gila itu menuntut mu untuk menjadi seorang Dokter yang sukses, apa kau pikir menjadi Dokter adalah suatu hal yang mudah? Membutuhkan biaya yang sangat besar, dan apa kau yakin akan mampu? Jika kau gagal maka wanita gila itu akan menggantung mu." sahut Emi yang sudah terlanjur kesal, sembari mulai mengemasi pakaian nya di dalam sebuah tas berukuran sedang.
Karena memang saat ini keduanya sedang berada di dalam kamar. Sudah bulat keputusan Emi, bahwa dia akan membawa Fatima keluar kota untuk bekerja.
"Bude sangat tidak mengerti, kenapa kau bisa membela wanita stres itu sampai segitunya? Memang nya apa yang sudah dia berikan selama ini? Kasih sayang? Cinta seorang ibu? Uang? Bahkan di antara hal yang ku sebutkan, dia sama sekali tidak pernah memberikan nya kepada mu." ucap Emi dengan bersungguh-sungguh.
Karena wanita itu sudah tau dengan jelas bagaimana kehidupan yang di lalui oleh Fatima.
"Karena dia ibuku! Meskipun dia tidak pernah menjalankan kewajiban sbagai seorang ibu. Ibu tetap lah ibu, dan dia adalah orang yang sudah melahirkan ku sampai bertaruh nyawa." balas Fatima sambil tersenyum, sehingga membuat Emi langsung mengalihkan pandangan matanya ke arah gadis berusia 17 tahun itu.
"Melahirkan kau bilang? Orang yang ingin membun*h mu apakah itu masih pantas di sebut ibu? Jika saja pada saat itu kau mudah untuk di gugurkan, maka pastinya Sekar akan sangat bahagia. Karena dia lebih memilih agar kau mati dan tidak lahir ke dunia ini." balas Emi yang seketika mampu membuat Fatima terdiam.
Tanpa sadar air matanya kini telah menetes deras tanpa di minta.
Setelah selesai mengemas pakaian, akhirnya Emi langsung bangkit dan memindahkan tasnya ke tempat lain.
"Pada akhirnya, semua rencana pembun*han itu gagal dan tidak ada yang berhasil sama sekali. Namun upaya Sekar untuk menggugurkan mu dengan meminum obat serta ramuan racun malah meninggalkan bekas, dan membuat tangan serta juga telinga mu menjadi sedikit cacat." sambung Emi lagi.
Spontan gadis itu langsung memegangi daun telinga nya, dan juga tak lupa untuk menundukan kepalanya.
Ya, Fatima memang gadis yang cacat dan tidak sempurna. Itu semua di karnakan ulah ibunya di masalalu yang mencoba untuk melenyapkan nya dari dalam kandungan dengan berbagai macam hal aneh. Al hasil kini, tangan serta telinga nya menjadi cacat dan juga sangat aneh. Bentukan nya tidak sempurna, karena Fatima hanya memiliki 4 buah jari tangan saja, serta daun telinga yang terbelah dan juga lebih besar dari bentukan telinga manusia pada umumnya.
Tentu dia sangat minder karena selalu mendapat ejekan dari semua teman-temannya di sekolah. Tapi mau bagaimana lagi? Inilah yang di sebut sebagai takdir.
...****************...
Hari ini Emi benar-benar akan mengantarkan keponakan nya pergi ke luar kota untuk bekerja di sana. Sebelum itu Emi juga sudah mengabari lewat telpon nya, bahwa ia bersama keponakan nya akan tiba hari ini.
Fatima pun membawa sebuah tas yang berisikan baju milik sang bude, yang ternyata baju itu sudah di berikan oleh Emi untuknya.
"Pakailah baju itu saat kau tinggal disana, maafkan bude karena tidak bisa membelikan mu baju baru, dan hanya bisa membekali mu baju bekas bude." ungkap Emi merasa sangat bersalah akan hal itu.
"Tidak masalah bude, ini saja sudah lebih dari cukup. Terima kasih untuk semuanya!" balas Fatima sambil tersenyum manis.
Emi pun lantas langsung mencium kening keponakan nya itu. Dan bergegas mengajak Fatima untuk segera naik ke motor.
Ada dua orang pria dan pria itu merupakan tetanga budenya yang sengaja Emi bayar untuk mengantarkan mereka berdua menuju ke jalan besar untuk menaiki bus antar kota.
Setelah sampai di terminal, mereka berdua pun langsung masuk ke dalam bus yang akan membawa mereka pergi dari kota ini. Secara bersamaan dua orang pria itu telah pergi dan kembali ke desa.
Perjalanan yang di tempuh cukup lumayan lama, kisaran 5 jam lebih untuk sampai dan tiba ke tempat tujuan.
Di sana Emi langsung di sambut oleh keluarga suaminya. Dan juga kebetulan karena Fatima sudah kenal dengan saudara om nya, maka dari itu ia pun tak terlalu sungkan dan cukup akrab.
Sebelum kembali ke desa, Emi pun tak lupa untuk memberikan sebuah pesan pada keponakan nya itu.
"Mulai sekarang kau akan tinggal di sini. Jaga diri mu baik-baik, karena bude sangat mempercayai mu. Berteman lah dengan karyawan yang lain, semoga kau bahagia berada di tempat yang baru." ucap Emi dan tak lupa untuk langsung memeluk gadis itu.
"Ini, ada sedikit uang jajan jika nantinya kau membutuhkan sesuatu." Emi pun memberikan uang senilai 700 rb untuk Fatima.
Namun gadis itu langsung menolaknya.
"Tidak usah bude, aku sudah terlalu merepotkan mu." balas Fatima yang merasa tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, bude sangat suka sekali jika di repotkan." balas Emi dengan entengnya, lalu memberikan uang itu secara paksa kepada Fatima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments