BAB 2: HUKUMAN KECIL

Setibanya di ruangan Angkasa, Sang Dosen Killer tersebut, Aurora masih menundukkan pandangannya.

Angkasa mendaratkan bokongnya di kursi kebesarannya dan memerintahkan Aurora untuk duduk dengan raut wajah datar.

"Duduk!" Seru Angkasa dengan nada dingin.

"Mr, saya telat karena ada alasannya!" Kilah Aurora.

"Baiklah, apa alasannya? Jelaskan pada saya apa alasannya? Bangun siang? Macet? Atau ada yang lain? Aurora, semua itu sudah basi!" Ucap Angkasa penuh penekanan.

"Gila! Serem juga nih Singa Jantan kalau marah!" Batin Aurora.

"Kamu mengumpati saya dalam hati? Cih, sayangnya mau kamu mengumpat sampai mulut mulut kamu berbusa pun tidak akan bisa merubah keputusan saya!" Cicit Angkasa.

"Kep-Keputusan apa, Mr? Saya mohon jangan libatkan orang tua saya, apalagi sampai di D.O karena saya sering terlambat" Mohon Aurora penuh ketakutan.

Pelupuk mata Aurora sudah menggenang, bahkan hampir jatuh.

"Menarik!" Batin Angkasa tersenyum dalam hati.

"Terserah, asal kamu mau menuruti ala yang saya mau, hal itu tidak akan pernah terjadi" Ucap Angkasa tersenyum miring.

"Baiklah, saya berjanji akan menuruti semua yang Mr mau, asal jangan lakukan itu" Ucap Aurora spontan.

"Baiklah, Sekarang kamu boleh kembali dulu ke kelas, kerjakan tugas yang saya berikan tadi. Lima belas menit lagi saya akan kembali dan meminta tugas tersebut" Pungkas Angkasa.

Aurora pun kembali dengan langkah gontai. Ini semua karena Serena. Lihatlah, betapa gilanya Serena itu.

"Lo emang bejat, Ser. Tapi anehnya gue nggak pernah mau persahabatan kita putus" Gumam Aurora sembari berjalan kembali ke kelas.

Tanpa Aurora ketahui, Angkasa sudah merekam pembicaraannya dengan Aurora untuk senjata ancaman.

***

"Saatnya dikumpulkan! Selesai tidak selesai, silahkan kalian letakkan di atas meja!" Ucap Angkasa lantang sembari berjalan masuk ke dalam kelas dengan gaya cool-nya.

Aurora dan teman-temannya tak bisa berkutik lagi. Mereka menyerahkan buku tugas dengan perasaan kalut. Alamat nilai D mah kalau begini. Gumam sebagian Mahasiswa.

"Aurora! Kamu ikut saya ke ruangan sekarang! Ada yang ingin saya bicarakan sama kamu! Dan, tolong bawakan buku tugas teman-temanmu!" Seru Angkasa tegas tanpa melihat kearah Aurora.

Sejenak Aurora tercengang. Dia menatap punggung lebar Angkasa dengan tatapan sendu.

"Ada apa lagi, Tuhan! Serena bener-bener nguji kesabaran gue! Awas kalau besok lo masuk, gue bikin perkedel lo!" Aurora mendengus kesal sembari membereskan buku-bukunya. Dia pun segera melangkah mengikuti Dosen Killer tersebut.

Tok

Tok

Tok

"Masuk!" Suara tegas milik Angkasa menggema di ruangan tersebut.

"Huft! Tenang, Rora! Lo harus tenang" Ucap Aurora menyemangati diri sendiri.

"Tapi kenapa hidup gue selalu sial, Sih!" Gerutunya.

Perlahan dia memutar handle pintu dan membukanya pelan-pelan. Perasaannya campur aduk, antara takut dan juga kesal.

"P-Permisi, Mr! Ini saya, Rora" Ucap Aurora berdiri diambang pintu.

"Iya! Memang kamu yang saya panggil, Kan?" Tukas Angkasa menaikkan sebelah alisnya.

Angkasa diam dan menatap tajam ke arah Aurora. Membuat Aurora salah tingkah dibuatnya.

"Saya heran, kenapa Mahasiswi pintar seperti kamu selalu membuat masalah? Dari 40 Mahasiswa di kelasmu, Kamu lah pemenangnya, Aurora! Kamu selalu teliti dan tepat saat mengerjakan tugas. Tapi, kenapa kamu nakal sekai? Tidak bisakah kamu datang pagi dan mengikuti mata kuliah saya dengan seksama? Dengan begitu, Mungkin saya tidak akan repot-repot menghukum kamu" Ucap Angkasa tenang namun menusuk.

"Saya begini karena ada alasannya, Mr!" Lagi-lagi Aurora berbicara soal alasan. Namun, Jika disuruh menjelaskan apa alasannya, Aurora hanya bungkam.

"Apa alasannya? Saya akan msndengarkan alasanmu dengan baik. Silahkan jelaskan!" Tegas Angkasa.

"Mampus! Apa yang harus gue jelasin? Nggak mungkin dong gue jelasin kalau gue telat gara-gara nganterin Serena ke tempat Sugar Daddy? Bisa-bisa kena masalah lagi!" Batin Aurora menjerit.

"Tidak bisa menjelaskan? Cih, dasar anak muda zaman sekarang" Gumam Angkasa.

Aurora hanya mengernyit bingung. Jujur, saat ini keadaannya sungguh terdesak.

"Tidak ada pilihan lagi, kali ini sepertinya harus melibatkan orang tua! Biar kamu jera!" Ucap Angkasa yang membuat Aurora bangkit seketika.

"Loh, Nggak bisa gitu, dong! Kan saya sudah janji akan melakukan apapun yang Mr mau, asal perkara ini nggak sampai ke orang tua!" Kesal Aurora mulai emosi.

"Sopankah begitu? Bisa tida kamu bergaya layaknya wanita?" Angkasa di buat geleng-geleng kepala oleh Aurora. Sikap dan tingkah Aurora sangat tidak mencerminkan sebagai wanita.

"Habisnya Mr cari gara-gara, sih!" Ucap Aurora kembali menetralkan dirinya.

"Baiklah, jika kamu tidak mau, maka kamu harus menjadi asisten saya selama batas waktu yang tidak ditentukan. Tidak ada penolakan, karena saya tidak suka ditolak" Ucap Angkasa mutlak.

"H-Hah? Asisten? Yang bener aja, Mr! Saya....." Belum sempat Aurora berbicara, Angkasa sudah menyela nya.

"Terserah, itu pilihan. Mau aman, atau orang tuamu saya panggil" Ujar Angkasa santai.

"Ini sebagai hukuman kecil, Karena kamu berani bermain-main dengan saya!" Sambung Angkasa dengan tersenyum Devil.

"Okay! Kamu boleh pulang sekarang. Besok kamu datang ke ruangan saya sebelum jam kuliah dimulai" Pungkas Angkasa dan mempersilahkan Aurora kembali.

***

Aurora beranjak keluar dengan menghentak-hentakkan kaki kasar.

"Serenanjing! Kenapa gue yang kena getahnya?" Gerutu Aurora.

Aurora berjalan menyusuri koridor kampus tersebut dengan wajah masam.

"Hai, Ra! Tumben wajahnya ditekuk gitu? Ada masalah apa?" Tanya Ansell si kepo. Ansell salah satu pengagum Aurora dan juga teman satu fakultas Serena.

"Nggak ada. Oh iya, Sell! Serena tadi berangkat, nggak?" Aurora berbalik tanya.

"Nggak ada, aku pikir dia bolos sama kamu. Makanya sekarang aku mau nyamperin kamu ke kelas" Ujar Ansell.

"Gue ikut kelas tadi. Tadi pagi sih kita barengan, tapi dia ada urusan katanya. Yaudah, gue cabut dulu, Sell" Pamit Aurora.

Tak disangka, seseorang tengah memperhatikan mereka berdua.

"Kamu bawa mobil? Kalau nggak ayo aku anterin!" Tawar Ansell.

"Thanks, Sell. Tapi gue selalu bawa mobil. Next time maybe" Ucap Aurora.

"Okay, Hati-hati dijalan, Kabarin kalau udah sampai" Ucap Ansell tersenyum.

Aurora hanya tersenyum tipis lalu dengan cepat dia menuju parkiran.

***

Aurora memasuki mobil Serena yang dia bawa tadi pagi.

"Gara-gara majikan lo yang satu itu, gue jadi kena sial tau, nggak?!" Seru Aurora sembari memukul stir mobil.

Aurora melajukan mobil membelah jalanan. Rasanya dia ingin segera merebahkan tubuhnya dan tertidur dengan nyenyak. Badan dan otaknya sangat lelah. Ingin dia bertemu Serena lalu mencekik, Menendang, dan Melemparnya ke pulau terpencil.

Supaya tidak membuat masalah untuknya lagi.

"Pengen gue cakar muka lo, Ser!" Kesal Aurora memukul stir mobil berkali-kali.

Bersambung.......

Terpopuler

Comments

Husnel

Husnel

hebat
bisa tendang ke pulau. ha.. ha..

2023-05-01

0

Pucukbiru

Pucukbiru

widih cenayang ya pak wkwk

2023-01-29

0

Pucukbiru

Pucukbiru

alesannya basi ya pak :")

2023-01-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!