"Terimakasih untuk apa ?" tanya Alvin seraya berbalik menghadap Yaya.
"Untuk perubahan yang kamu tunjukan selama ini.
Asal kamu tahu Vin dulu saat kamu masih membenci ku, untuk bermimpi bisa merasakan kebahagian seperti ini pun aku tidak berani, tapi saat ini benar-benar nyata aku bisa merasakannya, terimakasih sudah menjadikan hidup ku lebih berharga dari sebelumnya, aku dan Alya beruntung karena kami memiliki kamu dalam hidup kami," ucap Yaya dengan air mata yang membasahi pipinya.
"Jangan menangis sayang.
Aku jauh lebih bahagia bisa memiliki istri yang sangat baik dan terimakasih juga karena kamu sudah memberiku putri yang sangat cantik," jawab Alvin seraya menghapus air mata Yaya saat ia menganggukkan kepalanya.
"Ayo tidur," ajak Alvin.
"Tidak ingin melanjutkan yang tadi Vin ?" goda Yaya.
"Kalau kamu menginginkannya, kenapa tidak,"
"Sepertinya tidak untuk malam ini," jawabnya dengan senyum yang membuat Alvin juga ikut tersenyum.
"Baiklah, ayo pergi tidur besok kita harus mempersiapkan semua barang-barang yang akan kita bawa saat pindahan,"
"Hm, baiklah sayang," jawab Yaya seraya merapihkan selimut untuk menutupi tubuhnya dan Alvin.
"Oh ia Vin, aku lupa memberitahu kamu, tadi Ocha mengirimi ku pesan, bahwa dia akan mampir untuk melihat Alya besok," ucap Yaya.
"Apa dia akan datang bersama Felix ?" tanya Alvin.
"Sepertinya begitu,"
"Baguslah," jawab Alvin singkat.
"Sepertinya aku mencium bau-bau mereka akan dimanfaatkan,"
"Pintar,"
Yaya menggelengkan kepala seraya tersenyum, karena ia sangat faham dengan apa yang ada difikiran Alvin.
#
Keesokan harinya dirumah sakit, seperti biasanya pula Riki selalu datang untuk sekedar menghibur atau menemani Ajeng disana.
Namun saat dia sampai, dokter masih berada diruangan Ajeng, jadi ia menunggu didepan pintu sampai dokter selesai memeriksa kondisi Ajeng.
"Hai Jeng," sapa Riki yang masuk sesaat setelah dokter keluar.
"Hai Rik," jawabnya tersenyum menyambut kedatangan Riki.
"Kenapa dokter sangat lama memeriksa lo hari ini Jeng ?" tanya Riki penasaran.
"Oh, dokter memberitahu gua bahwa sore ini atau besok gua sudah bisa keluar dari rumah sakit ini Rik, dokter juga mengatakan bahwa kondisi gua sudah sangat membaik, jadi sudah seharusnya kan untuk gua meninggalkan tempat ini ?"
"Hm, baguslah kalau begitu,"
"Iya Rik, gua sudah merindukan tempat tidur gua dirumah, jalan-jalan bersama kalian, dan gua juga merindukan dia--" ucap Ajeng yang tiba-tiba saja menghentikan kata-katanya sendiri.
"Jeng--" kata-kata Riki pun terhenti saat Ajeng membungkam mulut Riki dengan telapak tangannya agar ia berhenti bicara.
"Jangan teruskan Rik, gua sudah sangat faham dengan apa yang akan lo katakan,"
"Baguslah kalau lo faham, tapi faham saja tidak cukup tanpa dimengerti Jeng !" tegas Riki.
"Hm," jawab Ajeng seraya menutup telinganya dengan kedua tangannya karena tidak ingin mendengar nasehat yang akan Riki katakan.
"Ajeng dengar gua !" seru Riki melepaskan tangan Ajeng dari telinganya sendiri.
"Gua selalu memperingati lo tentang menjauhi Alvin itu semua untuk kebaikan lo sendiri Jeng !
gua mohon tolong berhenti menyakiti diri lo sendiri dengan berharap pada seseorang yang sudah memiliki cintanya sendiri !
gua tidak ingin melihat lo terkurung ditempat ini lagi Jeng !
gua harap lo mengerti dengan apa maksud gua !" tegas Riki.
"Hm, iya Riki gua sedang berusaha untuk mengerti, dan juga mengikhlaskan Alvin bersama dengan wanita pilihannya," jawabnya dengan mata menerawang.
"Baguslah !
ya sudah jangan difikirkan lagi, kondisi lo sudah membaik, jangan sampai karena lo terlalu banyak berfikir akan membuat lo drop lagi.
Kalau begitu gua akan bantu lo membereskan barang-barang untuk dibawa pulang," ucap Riki seraya membenahi barang-barang Ajeng.
"Riki !" panggilnya.
"Ya," jawab Riki tanpa melihat kearah Ajeng.
"Terimakasih," ucap Ajeng lagi.
"Ha ?
lo bicara apa ?"
"Tidak ada, gua tidak bicara apa-apa,"
"Hm, sama-sama Jeng," jawab Riki yang sebenarnya mendengar ucapan terimakasih Ajeng.
Ajeng hanya tersenyum tanpa banyak bicara lagi.
#
Sementara itu, dirumah Alvin dan Yaya tengah sibuk membereskan semua barang-barang mereka setelah sebelumnya menitipkan Alya terlebih dahulu pada ibu nya.
"Vin apa ini juga harus dibawa ?" tanya Yaya seraya menunjukan satu barang pada Alvin.
"Tentu saja, semua yang ada dikamar ini bawa saja !" tegas Alvin.
"Sibuk sekali sepertinya !" seru seseorang yang tiba-tiba saja membuka lebar pintu kamar.
"Ocha !" teriak Yaya yang langsung berlari dan menghambur kepelukan Ocha.
"Vin, apa kita harus berpelukan juga ?" tanya Felix.
"Kemarilah Fel gua peluk lo pakai tinju gua," jawab Alvin membalas candaan Felix.
"Seram sekali pak Alvin," Felix tertawa seraya melangkah mendekati Alvin, dan berpelukan layaknya sesama lelaki.
"Mereka terlihat lebih mesra akhir-akhir ini, bagaimana menurut mu Ya ?
apa kamu ikhlas berbagi suami dengan Felix ?" tanya Ocha.
"Ikhlas Cha," jawab Yaya.
Mereka berdua saling tatap dan tertawa terbahak-bahak menertawakan lelucon mereka sendiri.
"Yaya, aku sangat merindukan keponakan ku, dimana dia ?" tanya Ocha.
"Oh, Alya dengan mama Cha, aku titipkan sebentar karena harus membereskan barang-barang ini," jawab Yaya.
"Kalau begitu ayo kita pergi mencarinya terlebih dahulu, ayo Fel !" ajak Ocha pada Yaya dan juga Felix.
"Eitz, tunggu dulu bung, lo gak bisa kemana-mana, lo sudah berani datang kemari dan itu artinya lo harus bantu gua membereskan ini semua !" seru Alvin menahan langkah Felix untuk pergi.
"Ha ?
maksudnya lo ingin memanfaatkan tenaga gua disini Vin ?" tanya Felix.
"Tentu saja kenapa tidak, gua adalah orang yang anti menyia-nyiakan sesuatu yang gratis," jawabnya dengan tawa kemenangan.
"Wah, gua merasa dicurangi disini.
Cha--" belum selesai Felix dengan kata-katanya yang hendak mengadu, Ocha sudah terlebih dahulu angkat bicara.
"Sudahlah Fel, gak ada salahnya kamu bantu Alvin, kasihan dia membereskan semuanya sendiri, dan Alvin pinjam Yaya sebentar ya," ucap Ocha seraya menarik tangan Yaya keluar dari kamar.
"Apa lagi yang lo tunggu ?
cepat kerja !" seru Alvin.
"Alvin !" teriak Felix seraya menghela nafas panjang.
#
Alih-alih mencari dimana keberadaan Alya, Ocha dan Yaya malah pergi ketaman belakang dan saling bercerita.
"Ya, kenapa kalian tiba-tiba memutuskan untuk pindah rumah sendiri ?" tanya Ocha penasaran.
"Alvin yang menginginkannya Cha," jawab Yaya.
"Lalu apa kamu yakin dia bisa hidup tanpa bantuan orangtuanya ?"
"Kalau tidak mencoba untuk menjalaninya, sampai kapan kira-kira aku bisa menjawab pertanyaan mu itu ?"
"Yaya aku serius !"
"Aku juga serius Cha, aku percaya pada Alvin, dan kepercayaan itu membuat aku bisa yakin kalau dia pasti bisa mandiri tanpa bantuan papa," jawab Yaya.
"Hm, kalau memang kamu yakin, maka aku juga bisa tenang Ya,"
"Cha, terimakasih sudah begitu perduli dengan hidupku, semoga kau dan Felix bisa secepatnya menyusul,"
"Amin," jawab Ocha.
Selesai bicara keduanya pun meneruskan niat awal mereka untuk mencari keberadaan Alya, sampai akhirnya bertemu dan Ocha bisa mengobati rasa rindunya pada Alya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Yuu
sbnrny q Takut ad lanjutanny
karna pas season 1 aj ud nangis Terus lah di season 2 Moga2 ga banyak pelakor biar q ga nangis Terus baca ny
2020-06-04
9
Yusriyyah Abidah♥
Lanjutt kak...
2020-06-04
1
∆> ɮǟɮʏ KIᗰ Եɑɾɑ <∆
kapan up lagi kak ???
2020-06-04
4