Ketika Alvin sudah berangkat kekampus, Yaya bergegas menemui ayah dan ibu mertuanya diruangan khusus untuk bekerja sang ayah.
"Pa, ma," sapa Yaya dari balik pintu.
"Masuk Yaya," perintah sang ibu.
"Yaya kalau kamu kemari untuk membahas apa yang Alvin katakan tadi, maka papa tidak ingin mendengarnya !" seru sang ayah, seraya berdiri dari kursi tempatnya duduk.
"Pa, tenang dan coba untuk mendengarkan Yaya bicara terlebih dahulu," ucap ibu memberi nasehat.
Akhirnya sang ayah pun bisa sedikit tenang dan kembali ketempat duduknya, barulah Yaya berani untuk sedikit mendekat pada mereka.
"Pa, Yaya bukan ingin memaksa papa memenuhi permintaan Alvin, tapi Yaya kemari hanya ingin meminta papa sedikit saja memberi kepercayaan pada Alvin,"
"Tapi Yaya, Alvin itu tidak pernah bekerja selama ini, yang dia bisa hanya meminta uang pada papa lalu menghamburkannya untuk bersenang-senang, apa menurut mu papa bisa percaya padanya begitu saja ?"
"Yaya sangat mengerti masalah itu pa, tapi manusia bisa kapan saja berubah, dan mungkin saat ini lah waktu Alvin untuk berubah, dengan dia bisa mempunyai fikiran untuk bertanggung jawab pada Alya dan Yaya seharusnya itu sudah bisa menjadi modal untuk papa sedikit percaya padanya, ia kan ?"
"Pa, apa yang dikatakan Yaya itu ada benarnya juga, kalau kita terus meremehkan Alvin, kapan dia bisa mandiri dan mengurus keluarganya sendiri dimasa depan, papa juga tidak mungkin selamanya menjadi saku Alvin pa," ucap sang ibu membenarkan kata-kata Yaya.
Cukup lama sang ayah menunduk menatap meja kerjanya seraya memikirkan perkataan istri dan menantunya, sebelum akhirnya keputusan pun bisa ia buat.
"Baiklah papa akan memberi izin pada anak itu untuk belajar bertanggung jawab sendiri pada keluarganya, tapi tetap dalam pengawasan papa dan mama !" tegas sang ayah.
"Baiklah pa, terimakasih," ucap Yaya seraya tersenyum menatap sang ibu mertua.
#
Sementara itu dikampus Alvin terlihat masih melamun dan memikirkan apa yang ayah nya katakan padanya tadi pagi, tidak lama kemudian seseorang menepuk bahunya dan mengembalikan kesadarannya lagi.
"Hai ayah muda, kenapa lo ?
melamun ?" tanya Riki.
"Hai Rik, iya ada sesuatu yang saat ini mengganggu fikiran gua Rik," jawabnya.
"Apa ?" tanya Riki
"Hm, sudah lah tidak usah dibahas,"
"Mm," Riki mengangguk menjawabnya.
"Oh iya lo masih sering mengunjungi Ajeng dirumah sakit ?" tanya Alvin
"Iya Vin, rencananya siang ini gua juga akan kesana mengunjunginya lagi,"
"Hm, lalu bagaimana keadaannya ?"
"Sudah jauh lebih baik Vin, dia sudah lebih tenang dari sebelumnya, dan sepertinya dia sebentar lagi akan bisa keluar dari rumah sakit,"
"Baguslah kalau begitu,"
"Apa lo tidak ada niat untuk mengunjunginya sesekali Vin ?" tanya Riki.
"Sebaiknya tidak Rik, karena gua takut kehadiran gua hanya akan membuat dia mengingat masa lalu," jawab Alvin.
Riki hanya mengangguk karena ia sangat faham dengan apa yang Alvin maksudkan.
"Oh iya Rik, lo punya info lowongan pekerjaan ?" tanya Alvin.
"Info pekerjaan untuk siapa ?"
"Untuk gua Rik,"
"Ha ?" (Riki terkejut)
"Kenapa ?" tanya Alvin yang heran melihat reaksi Riki.
"Lo serius ?"
"Iya gua serius Rik, karena gua ingin membawa keluarga kecil gua keluar dari rumah papa dan memulai hidup kami sendiri,"
"Oh jadi ini yang dari tadi mengganggu fikiran lo Vin ?" tanya Riki dengan tawa kecil.
"Lo kalau tidak bisa membantu tidak apa-apa, tapi jangan meledek begitu, karena gua sedang serius !" seru Alvin.
"Haha, ok-ok Vin maaf, lo tenang saja gua pasti akan membantu niat baik lo,"
"Ya, terimakasih Rik," jawab Alvin.
#
Sore hari ketika Alvin kembali dari kampus, setengah berlari ia mencari keberadaan Alya putri kecilnya, namun ia tidak bisa menemukan Alya dikamarnya, dengan wajah cemas ia kembali berlari seraya berteriak.
"Yaya, Yaya !" teriaknya.
"Ada apa Vin ?
kenapa kamu berteriak ?" tanya Yaya.
"Dimana Alya ?
kenapa dia tidak ada dikamar ?
dan kenapa kamu tidak bersamanya ?" tanya Alvin seraya menggenggam kedua bahu Yaya.
"Tenang dulu Vin, Alya ada sama mba ditaman belakang, aku titipkan karena aku baru akan mulai memasak," jawab Yaya.
Alvin bisa bernafas lega setelah mendengar jawaban Yaya.
"Pulang kuliah yang dicari hanya Alya ?" tanya Yaya sedikit merajuk seraya memotong sayuran didepannya.
"Hm, tentu saja tidak sayang, buktinya tadi aku juga berteriak memanggil nama kamu, itu artinya aku juga mencarimu," jawab Alvin seraya memeluk dan mengecup kening Yaya.
"Alasan !"
"Jangan marah seperti itu sayang, aku takut kamu akan semakin cantik dan membuat aku tidak akan bisa menahannya untuk--" ucap Alvin berbisik lembut ditelinga Yaya.
"Hentikan Vin, lihat sekarang kita ada dimana ?
siapa-pun bisa melihat kita,"
"Hm, kalau begitu bagaimana kalau kita masuk dulu kekamar kita sebentar ?" tanya Alvin seraya memeluk Yaya dari belakang.
"Vin, aku sedang memasak untuk makan malam, berhenti menggoda Vin," jawab Yaya berusaha melepaskan rangkulan tangan Alvin.
"Yaya apa kamu sudah mulai memasak !" teriak seseorang yang tiba-tiba datang dan ia terkejut melihat Alvin yang tengah memeluk Yaya dengan mesra.
Alvin yang juga terkejut pun langsung menghentikan apa yang ia lakukan, sementara Yaya hanya tersenyum tersipu.
"Maaf-maaf sepertinya mama datang diwaktu yang salah," ucap ibu, yang hendak kembali meninggalkan mereka.
"Tidak apa-apa ma, Alvin hanya sedang merayu istri Alvin yang hari ini nampak sangat cantik ketika dia sedang berada didapur," ucap Alvin berusaha menjelaskan.
"Kalau begitu lanjutkan nanti malam saja diruangan kalian ya Vin jangan disini, nanti banyak yang melihat dan mengganggu kamu juga akhirnya," ucap sang ibu menggoda mereka dan berhasil membuat Yaya semakin merasa malu.
"Siap ma !" seru Alvin.
Yaya membelalakan matanya memberi kode pada Alvin, seolah ia sedang meminta Alvin untuk pergi meninggalkan ia dan ibu yang akan mulai memasak.
"Baiklah ma, kalau begitu Alvin lebih baik pergi mencari Alya, Alvin tidak ingin membuat mata Yaya akhirnya terjatuh karena terlalu lama menatap anak mama yang tampan ini," goda Alvin.
Yaya semakin dibuat tersipu tapi juga sedikit kesal oleh setiap kata yang keluar dari mulut Alvin, namun yang ia bisa lakukan hanyalah menghela nafas panjang dan bergumam disamping Alvin sebelum ia benar-benar pergi.
"Awas saja kamu Vin !" gumam Yaya, yang membuat Alvin tersenyum penuh kemenangan seraya berjalan meninggalkan Yaya dan sang ibu.
"Yaya, apa kau sudah mengatakan apa yang tadi pagi papa bicarakan ?" tanya sang ibu.
"Belum ma, Yaya ingin Alvin mendengar jawaban itu sendiri dari papa langsung, karena itu akan menjadi kekuatan tersendiri untuk dia nantinya, dan rasa senangnya juga akan terasa berbeda kalau dia mendengarnya langsung dari papa," jawab Yaya.
"Kamu memang istri yang luar biasa Yaya, mama sepertinya harus banyak belajar dari kamu," ucap sang ibu yang membanggakan menantunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ana Nurse
suka suka suka 😀😀👍👍
2021-08-17
0
Lintje Hendarto
Makasih thor
2021-05-25
0
Yusriyyah Abidah♥
aku suka kak
2020-06-03
5