Jalanan malam itu yang terdengar bising oleh knalpot racing pun sudah tampak sepi malam ini. Begitu juga dengan seorang pemuda yang gagah akan profesi nya sebagai pemulung yang sudah merasakan rasa lelah dan capek, mulai menggendong karung goni yang lumayan berat berisi barang rongsokan yang kemungkinan esok siang akan di jual dan di satukan dengan barang barang rongsokan yang hampir sepuluh hari dia melakukan aktivitas tiap malam nya.
"Alhamdulillah. Malam ini untung banyak.." Ucap pemuda itu dalam perjalanan pulang menuju rumah kontrakan bapak dan ibuku.
Empat puluh menit berlalu. Pemuda itu pun telah tiba di rumah kontrakan berukuran kecil dan hanya ada dua kamar tempat tidur saja. Karung goni yang di pikul oleh nya segera di simpan di samping rumah di satukan dengan karung karung yang tampak tersusun rapi.
"Hmmmmmm.! Ayah mungkin sudah pulang." Gumam nya melihat karung karung yang sudah siap di jual tersusun rapi.. Tadi sebelum berangkat memulung di halaman samping rumah sebelum berangkat masih berantakan barang barang itu.
"Tok...........!!
"Tok............!!
"Tok............!!
"Assalamualaikum.! Ayah.. Bun... Laksa pulang tolong buka pintunya." Ucap pemuda berusia 19 tahun itu seraya mengetuk pintu setelah karung goni yang Ia pikul sudah di simpan.
"Di buka aja Sa.. Pintu nya nggak di kunci kok." Jawab satu suara lelaki setengah tua dari dalam rumah.
Laksa pun segera memegang gagang pintu dan membuka nya.. " Hmmmmmmm. Emang tidak di kunci." Gumam Laksa... Lalu Ia berjalan masuk ke dalam rumah menuju kamar mandi untuk membersihkan badan nya.
Tak lama beberapa menit kemudian.. Laksa keluar dari kamar mandi setelah membersihkan seluruh badannya, sudah menjadi prioritas utama bagi Laksa setelah habis memulung Ia langsung mandi dan menuju kamar nya untuk melakukan kegiatan ibadah salat malam.
"Sa.... Dapat banyak.?" Tanya Hilman yang duduk di kursi seraya menikmati kopi dan hisapan rokok kretek.
"Alhamdulillah. Yah. Malam ini untung banyak." Jawab Laksa berhenti sejenak ketika Sang Ayah nya bertanya.
"Syukur Alhamdulillah." Ucap lelaki paruh baya itu menengadah kan kedua tangannya ke wajahnya.
"Iya Yah Alhamdulillah.. Ayah Laksa mau shalat Isya dulu."
"Yaa.. Sudah jangan lupa berdoa untuk kedua Orang Tua mu." Jawab Hilman selalu mengingatkan kepada Laksa.
"Iya Yah.. Pasti dong." Kata Laksa dengan senyuman lalu berjalan menuju kamarnya.
Setiap ucapan yang keluar dari Hilman dan Nuri selaku kedua Orang Tua nya.. Jangan lupa berdoa untuk kedua Orang Tua mu, selalu menjadi ganjalan dalam hati pemuda itu... Karena hal itu berbeda kepada Alena tiap Alena mau sholat.. Bapak dan ibu selalu berkata berbeda dengan apa yang di titahkan kepada Laksa.
"Kepada Laksa ibu dan bapak selalu berkata dan berpesan sesudah sholat.. Jangan lupa berdoa untuk Kedua Orang Tua mu.
"Kepada Alena ibu dan bapak berkata nya bila Alena mau sholat. Alena doa in ya Ibu dan bapak masuk surga.
Dua perkataan itu selalu menjadi pertempuran batin antara hati dan pikiran Laksa.. Sempat dia menanyakan kepada bapak dan ibu nya waktu itu, hanya jawaban yang di dapat oleh Laksa.
"Belum saat nya kamu tahu tentang perkataan bapak dan ibu." Jawab Hilman waktu itu.
Semenjak itu Laksa enggan menanyakan lagi tentang dua perkataan yang berbeda dengan adik nya itu.
Hampir tiga puluh menit lamanya Laksa bergulat di kamar dengan aktivitas nya sesudah melaksanakan ibadah salat tak lupa ia pun membaca Al Qur'an seperti biasa ia lakukan tiap malam.. Kini Laksa pun keluar dari kamarnya dengan memakai sarung dan langsung berjalan kearah dapur untuk menyeduh kopi sambil menunggu waktu subuh tiba.
"Pak.. Belum istrahat.?" Tegur Laksa yang tiba tiba sudah berada di hadapan Hilman yang tampak terlihat oleh Laksa asik mengotak ngatik ponsel jadulnya dan memainkan permainan ular.
"Ahk.... Mati... Kamu sih Sa.. Ngagetin bapak hehehe." Kata Hilman sambil terkekeh dan menyimpan ponsel jadulnya itu.
"Sini, Sa duduk temani bapak ngobrol.. Mau istirahat tanggung sebentar lagi Adzan subuh." Pinta Hilman.
"Iyaa. Pak....." Laksa pun lalu duduk di kursi dan berhadapan dengan Hilman bapak nya.
"Mau ngobrol apa Pak.?" Tanya Laksa setelah pemuda itu duduk.
"Itu...... Sa kata ibu mu seminggu kemudian ngomong ke bapak katanya kamu pengen kuliah?" Tanya Hilman.
"Hehehehe. Pengen nya sih Pak.. Tapi apa daya kan biaya untuk daptar kuliah nya juga dari mana." Jawab Laksa malu malu bila sudah sang bapak berkata serius.
"Iya itu yang menjadi beban pikiran bapak juga.. Masalah nya biaya pendaftaran dari mana... Kemarin punya tabungan baru sedikit di pake buat adik mu dulu masuk sekolah menengah atas." Keluh Hilman dengan kebingungan nya.
"Yaa.. Sudah Pak tak usah di pikirkan... Masih bisa kok tahun depan daptar kuliah nya... Laksa tak apa apa kok Pak." Kata Laksa pasrah dengan keadaan ekonomi yang semakin sulit buat dirinya dan keluarganya.
Syukur syukur adiknya juga masih bisa sekolah. Banyak di luaran sana yang sama profesi seperti keluarga Laksa, tak mampu untuk menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA karna jangankan untuk biaya sekolah untuk makan sehari hari juga susah.
"Kamu beneran tidak apa apa.?" Emang kapan tutup pendaftaran nya Sa.?" Tanya Sang ayah.
"Beneran Pak tidak apa apa!! Sekitar satu bulan lagi Pak tutup pendaftaran." Jawab Laksa.
"Masih ada waktu ya.. Mudah mudahan ada rejeki yang tidak di sangka sangka ya Sa.. Agar kamu bisa kuliah amiin." Kata Hilman seraya di raupkan kedua tangannya ke seluruh wajahnya.
"Yaa robball allamiin." Jawab Laksa sama hal nya Ia kedua tangannya di usapkan keseluruh wajahnya.
Tidak terasa mereka berdua mengobrol cukup lama hingga suara toa di masjid pun terdengar di telinga Laksa dan Hilman.
"Pak.. Laksa mau ke masjid dulu.. Adzan sudah berkumandang." Kata Pemuda itu meminta ijin...
"Iya... Sa.... Sok! Bapak mah mau solat di rumah saja. Ingat jangan lupa berdoa untuk kedua orang tua mu." Pesan Hilman lagi dan lagi mengingatkan nya.
"Iya Pak.." Assalamualaikum.." Ucap Laksa lalu bangkit dari kursinya.
"WaallAikum Salam Warohmatuullahi Wabarakatuh." Jawab Hilman dengan mata nya menatap kearah pemuda yang berjalan menuju pintu keluar.
"Apakah sudah saat nya anak itu tahu siapa dirinya.. Bahwa aku bukan Bapak kandung nya.. Tapi harus darimana aku memberitahukan tentang identitas nya.. Karna waktu itu saat menemukan bayi dalam tumpukan sampah tidak ada petunjuk atau pun barang barang yang mengarah kepada siapa dirinya..!
Hilman bertempur dalam hati nya bergejolak hingga teguran dari sang istri yang berkali kali menegur nya tak terdengar oleh nya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
kiara_payung
Menarik Thor cerita nya
2023-03-11
10
Kar
hadir malam
2023-02-08
7
Muhammad aka
lanjutkan Thor
2023-01-26
9