Tatapan dan ekspresi wajah Nayla sudah berubah seperti sebelum Ryan datang. Itu menandakan jika wanita itu pasti mengajaknya untuk berdebat lagi.
"Sayang, mau bicara apa sih? Besok saja, ya. Ini sudah malam, aku mengantuk dan aku mau tidur. Kita tidur saja, okay!?"
"Tidak bisa. Jangan mencoba-coba untuk mengalihkan topik, sekarang kau jawab saja pertanyaanku, kau mau dekati siapa, hm?"
Seperti dugaannya. Nayla pasti membahas soal chat yang di kirimkan oleh Ryan. Tapi kenapa dia baru marah sekarang? Kenapa dia tidak marah saat ada Ryan tadi, lagipula Ryan yang mengirim chat tersebut.
"Aku tidak ada rencana untuk dekati siapapun, sayang. Lagipula, kenapa kau bertanya hal itu? Aneh."
"Jangan mengelak, aku tahu jika kau sedang ada incaran wanita bukan?"
"Aku bahkan tidak tahu."
"Rega, cukup! Cukup berpura-pura tidak tahu apapun. Temanmu tadi pasti sudah membahas hal itu denganmu bukan? Oleh karena itu dia sampai datang ke sini. Sekarang kau mengaku saja, siapa wanita yang ingin kau dekati itu?"
"Kalau begitu kenapa kau tidak menanyakan langsung saja pada Ryan. Kau juga tahu bukan jika temanku yang datang adalah temanku yang mengirimkan chat itu? Lalu kenapa kau menyudutkan aku sekarang? Bukankah tadi kau terlihat Baik-baik saja, aku bahkan melihat ada yang aneh darimu."
"Tidak usah membalikan keadaan."
"Kau memang aneh tadi. Sebelum Ryan datang kau marah-marah padaku karena aku berkumpul dengan teman-temanku. Tapi begitu Ryan datang dan kau tahu itu temanku, bahkan kau juga tahu dia yang mengirimkan chat itu, tapi aku tidak melihat ada kemarahan di wajahmu sama sekali. Seharusnya jika kau memang tidak suka aku berkumpul dengan teman-temanku hanya karena kau khawatir mereka membawa pengaruh buruk padaku dengan alasan aku sudah menikah, kau bisa usir dia tadi. Ryan barus saja mengirim chat apa yang kau khawatirkan, tapi justru kau membuka pintu rumah dengan lebar-lebar menyambut kedatangannya."
"Jadi sekarang kau menyalahkan aku, iya?"
"Aku tidak menyalahkanmu, Nayla. Dari sudut mana aku menyalahkanmu? Katakan padaku! Aku hanya merasa ada yang saja darimu. Itu saja."
"Itu saja? Kau pikir saja sendiri, Rega. Jadi kau mau aku harus marah-marah pada temanmu lalu temanmu tidak mau lagi berteman denganmu yang memiliki istri sepertiku lalu nanti kau yang marah padaku. Ujung-ujungnya aku juga yang kau salahkan. Semarah-marah nya aku, aku juga bisa kontrol diri di hadapan orang lain, Rega. Untuk urusan rumah tangga kita biar kita saja yang tahu biar kita yang selesaikan tanpa harus melibatkan orang lain. Kau paham?!"
Rega mengusap wajahnya dengan hembusan napas terdengar kasar. Rupanya ia tidak akan pernah menang jika harus berdebat dengan Nayla. Sebanyak apapun ia bicara bahkan sampai berbusa sekalipun, Nayla tetap memandang dirinya yang salah.
"Sudahlah, aku capek berdebat denganmu. Lebih baik aku tidur, aku mengantuk. Minggu depan aku tidak akan berkumpul lagi dengan teman-temanku, aku malas berdebat denganmu," ujar Rega memilih pasrah dan naik ke atas ranjang tempat tidur hendak membaringkan tubuh.
Nayla berdecak lalu menyusul Rega naik ke atas tempat tidur.
"Aku belum selesai bicara, Rega."
"Tapi aku sudah capek dengarnya, Nayla. Jadi stop, jangan katakan apapun lagi. Aku benar-benar mengantuk sekarang."
"Rega, dengarkan aku! Aku tidak pernah ya larang atau mengekang dirimu untuk berkumpul dengan teman-temanmu itu. Aku hanya khawatir jika kau terbawa pengaruh buruk temanmu yang masih lajang."
Rega tidak memperdulikan Nayla, ia sudah capek sekali dengar wanita itu bicara sejak tadi dan menyudutkan dirinya.
"Ok, begini saja. Kau tetap bisa berkumpul dengan teman-temanmu setiap malam minggu, setiap kau mendapat libur kerja. Asal aku ikut."
Rega sontak membuka matanya kembali dan bangun menatap istrinya dengan tajam.
"Apa kau bilang?"
"Itu hanya syarat saja."
"Syarat macam apa itu?"
"Kau menghabiskan waktu liburmu dengan teman-temanmu hingga melupakan istrimu yang juga butuh waktu berdua denganmu. Oleh karena itu, daripada kita harus berdebat setiap minggu, maka aku pikir itu adalah solusi terbaik."
"Solusi terbaik macam apa itu, Nayla?"
"Sudahlah, itu sudah menjadi keputusan yang tidak bisa di ganggu gugat. Mari kita tidur, aku sudah sangat mengantuk."
Nayla membaringkan tubuhnya dan memejamkan kedua mata. Ia sama sekali tidak memberi kesempatan suaminya yang hendak melayangkan protes.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Be A M
😃😃
2024-08-19
0
Nurmiati Nurmiati
itu br solusi terbaik... ikuuuut
2023-02-13
3
Uthie
seru 👍😁
2023-01-27
1