"Jadi setelah kau memilih untuk pulang tadi, aku berhasil berkenalan dengan cewek itu, Ga. Dia lewat lagi dan aku hentikan dia, kamipun berkenalan dan berhasil bertukar nomer telepon," jelas Ryan.
"Serius?"
"Seharusnya kau tidak meragukan skill aku."
Rega terkekeh mendengar Ryan yang begitu percaya dirinya.
"Haha .. Iya, iya. Aku percaya, kau memang pantas mendapat julukan buaya darat."
Ryan ikut tertawa. "Ya beginilah jika di beri kelebihan tampan. Cewek mana yang tidak mau di ajak kenalan denganku. Bahkan, di minta untuk teman tidur pun pasti mereka mau."
Rega kembali terkekeh.
"Jadi, kau mau tidak nomer teleponnya?"
Rega menoleh ke arah perginya Nayla tadi.
"Memangnya siapa namanya?"
"Billa, biasanya di panggil Bilbil katanya."
Rega mengangguk-anggukan kepalanya. "Oohh .. Ok, boleh. Tapi jangan langsung kirim, ya. Nanti saja jika aku yang duluan chat."
"Ok, aman." Ryan membentuk sebuah huruf O menggunakan jari telunjuk dan jempolnya.
Tidak berapa lama, Nayla kembali dengan membawakan dua cangkir kopi yang masih mengepul panas.
"Silahkan diminum!" Nayla meletakan cangkir kopi tersebut di atas meja hadapan Ryan dan suaminya.
"Terima kasih," ucap Ryan.
"Iya, sama-sama," balas Nayla kemudian duduk di samping suaminya.
"Kenapa lama sekali bikinnya?" tanya Ryan seraya meraih gagang cangkir kopi tersebut kemudian menyeruputnya.
"Aku masak airnya dulu," jawab Nayla.
"Kenapa tidak dari dispenser saja?"
"Airnya tinggal sedikit, jadi tadi sudah sempat aku cabut kabelnya. Besok pagi-pagi beli air galon, ya."
"Besok kan waktunya aku libur, sayang. Kan tahu sendiri kalau aku libur aku bangunnya siang. Lagipula jam segini juga kita belum tidur. Kau minta tukang air galon yang biasa antar saja."
"Ah, iya. Kalau begitu kau saja yang telepon."
"Iya, nanti saja."
"Ok."
Usai membahas masalah galon, Nayla tidak pergi juga dari sana. Ia memilih untuk tetap berada di sana agar bisa mendengar apa saja yang kira-kira mereka obrolkan.
"Ya sudah sana masuk ke kamar. Ini sudah tengah malam, kau tadi bilang sudah ngantuk bukan?" usir Rega secara halus.
"Ngantuknya sudah hilang. Lagipula memangnya kenapa kalau aku di sini?"
"Ya tidak apa-apa."
"Ya sudah, aku di sini saja. Lagipula ini kan rumah kita, temanmu juga tidak keberatan aku di sini. Aku ini istrimu, jadi aku berhak tahu apa saja yang ingin kalian obrolkan."
Rega menarik napas panjang, sepertinya obrolan mereka tadi seputar wanita yang bernama Billa harus terhenti sampai di sana. Lantaran tidak mungkin jika melanjutkan pembahasan. Tapi anehnya, kenapa Nayla tidak juga marah padahal dia baca chat yang Ryan kirimkan. Bahkan sampai di hapus olehnya.
Ryan hanya bisa diam sambil sesekali menyeruput kopi buatan Nayla. Sesekali ia juga mencuri pandang pada Nayla, memperhatikan wajah gemas wanita itu.
"Ternyata istri Rega cantik juga. Postur tubuhnya imut dan berisi," ucap Ryan dalam hati.
Setelah kopinya tandas, Ryan pun pamit untuk pulang. Tidak mungkin juga dia menginap di rumah Rega. Rega dan Nayla pun mengantarnya sampai depan teras rumah. Ia naik ke atas motor sport berwarna hitam miliknya kemudian memakai helm.
Ryan melambaikan tangannya sebelum kemudian dia pergi bersama motornya. Kini hanya ada Rega dan Nayla berdua di sana. Wanita itu menarik pergelangan tangan suaminya dan membawanya menuju kamar.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Nayla dan sudah bisa Rega tebak.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nenk mulyani
ya gitu tuch, kl daj nikah msh bergaulan sm temenz yg msh singel jd ttp akan sama spt mrk
2023-09-03
3
kia
Rega jgn bermain api kalau gak mau terbakar
2023-04-11
1
Yunita Budiman
buaya
2023-02-12
1