Kota London, 2022
Gadis dengan bola mata biru itu menemukan batu Ruby..
***
Setelah mengerjakan tugas di perpustakaan, Hazel pulang ke rumah, tangannya menenteng dua bungkusan makanan untuk Ayah dan Ibu angkatnya. Harapan Hazel agar kebaikannya dapat di hargai oleh Kammy. Namun ketika ia ingin memutar kenop pintu, suara riuh pertengkaran terdengar lagi dari dalam rumah. Tommy dan Kammy sedang berdebat panas, sesekali nama Hazel menjadi topik perdebatan di antara keduanya.
Hazel berdiri di depan pintu, menatap kosong pintu kayu jati itu. Telinganya sangat jelas mendengar Ibu angkat selalu protes terhadap diri Hazel.
Tommy memukul meja, Dug!
"Tidak ada yang salah dari anak itu, kau hanya terlalu jahat untuk melihat kasih sayangnya," gertak Tommy kepada istrinya.
"Kau jangan membodohi ku! Semenjak dia ada di rumah ini, aku selalu tidak tenang, apa yang kau sembunyikan?"
"Berhenti berbicara seperti itu. Sebentar lagi dia akan pulang, bersikap baiklah padanya," kata Tommy memperingati Kammy.
"Aku akan tetap bersikap seperti ini, sampai anak itu pergi dari rumah kita," Kammy tetap pada pendiriannya.
Hazel menjatuhkan bungkusan makanannya, dia perlahan melangkah mundur keluar dari halaman, Hazel enggan lagi masuk ke dalam rumah. Tommy yang berniat menjemput Hazel di perpustakaan, mendapati bungkusan makanan Hazel di lantai teras. Tommy tahu makanan itu milik Hazel, putrinya sudah mendengar lagi pertengkaran antara dirinya dengan Kammy.
"Hazel, putriku .." lirih Tommy yang sangat merasa bersalah.
Tommy masuk ke dama rumah membawa bungkusan makanan itu, "Lihatlah, putriku bahkan membawakan makanan untuk kita, tapi apa yang ia dapat? dia mendengar kalimat jahat mu!"
Kammy malah membuang pandangannya, tak ingin terenyuh oleh kebaikan Hazel.
Tiba-tiba hujan turun begitu deras, petir dan kilat silih berganti membuat malam itu kian mencekam. Secepat mungkin Hazel mengayuh sepedanya agar segera tiba di perpustakaan lagi. Ia pikir di perpustakaan lebih nyaman ketimbang berada di rumah. Hazel tidak ingin membuat hati Kammy berantakan karena kehadirannya.
"Hujan, ku mohon .. berhentilah sejenak," harapnya sembari mengayuh sepedanya lebih cepat lagi.
Dengan baju basah kuyup, Hazel tiba lagi di perpustakaan, nasib baik, sebelumnya dia meminta kunci cadangan dari Pak Van Hill. Suasana di dalam perpustakaan teramat gelap, tombol lampu berada di dalam gudang, sedangkan ponselnya saat itu tak dapat menyala karena kemasukan air.
"Ayo ku mohon, menyala lah," harap Hazel menepuk-nepuk telepon genggamnya.
Hazel berjalan ke gudang sambil meraba disekitarnya, pintu gudang saat itu memang terbuka lebar, rupanya Pak Van Hill lupa menutupnya. Hazel menyalahkan lampu setelah itu menyalahkan perapian di ada di gudang itu. Karena penasaran dengan segala aktivitas Pak Van Hill bila di gudang, Hazel mencari petunjuk untuk menuntaskan penasarannya.
Matanya tertuju ke rak buku dekat perapian, salah satu buku itu menarik perhatiannya, buku tebal bersampul biru dengan batu Ruby menghiasinya.
"Ini mungkin buku dari kerajaan," gumamnya sembari membolak-balik buku itu.
Ia pikir tak ada salahnya mengambil batu Ruby itu, selain indah, kata orang-orang, baru Ruby membawa keberuntungan bagi si pemiliknya. Lagipula buku itu juga sudah usang, tampaknya Pak Van Hill tidak akan memajangnya untuk pelanggan, pikir Hazel.
'The Castor's Land'
Judul buku yang klasik, perlahan ia membukanya, membaca awal kisah Negeri yang sangat mencekam. Kisah tentang kerajaan yang terkena kutukan sehingga mengubah Negeri Castor menjadi Negeri mati. Namun membaca di bab pertama, Hazel malah mengantuk, tanpa sadar dia membaca mantra yang ada di belakang sampul.
Buku dongeng itu mengeluarkan cahaya berwarna biru, menyusul dengan pusaran angin kecil. Tubuh Hazel terhisap, sekuat tenaga ia melawan arus angin yang ingin membawanya masuk ke dalam buku. Tangannya mencengkram erat kursi kayu Pak Van Hill.
"Tolong ..tidak, tidak," ucapnya panik.
Setengah bagian kaki Hazel telah menyatu dengan pusaran angin, tenaganya tak sebanding dengan pusaran angin itu Tubuh Hazel terhisap hingga masuk ke dalam buku. Setelah menghisap tubuh Hazel, buku Negeri Castor malah tertutup rapat. Suasana di gudang itu berantakan, meninggalkan jejak Hazel dengan perapian dengan api yang masih berkobar.
***
Suara gemericik air mengusik pendengarannya, tubuhnya diselimuti dingin yang menusuk hingga ke tulang belulang, Hazel terbatuk-batuk bangun dari pingsannya. Mengamati suasana disekelilingnya, tersadar dia telah berada di tengah hutan, di depannya ada sebuah danau kecil. Hazel panik, ketika ia mencoba berdiri, ia kembali dikejutkan dengan pakaian yang ia kenakan.
"Aku di mana?" Hazel bertanya-tanya seorang diri, dia memeriksa gaun yang ia kenakan, ada batu Ruby di kantongnya. Untuk memastikan yang terjadi padanya adalah nyata, Hazel berlari menuju ke tepi danau, ia melihat pantulan wajahnya di cermin.
"Ahhhpp .." Hazel terkesiap mendapati pantulan wajahnya yang sangat cantik. Tak ada lagi bekas cacar yang menempel di kulitnya, dia menjelma bak seorang putri di dalam dongeng-dongeng.
Gaun indah yang ia kenakan berwarna Hazelnut, seumur hidup, baru kali ini Hazel memakai gaun seindah itu. Namun tiba-tiba terdengar suara binatang buas meraung dari arah hutan mati. Tak ada pohon yang berwarna hijau, semua tumbuhan yang ada disekitar Hazel sudah mati. Seperti Taka kehidupan lagi di Negeri Castor.
Arrgggg!
Suara binatang buas itu kembali meraung, Hazel berlari lagi menjauh dari danau, dia berjalan sembari melirik kiri-kanan memastikan dirinya aman dari bahaya.
"Bagaimana caranya aku kembali ke dunia ku, ku mohon kembalikan aku," lirih Hazel yang memilih bersembunyi di balik pohon.
Hazel teringat dengan kisah di awal bab buku Negeri Castor, tentang hutan yang sudah mati, binatang bua pun semuanya menjadi vampir, bahkan binatang di Negeri Castor hampir punah semua karena kelaparan. Hazel juga teringat kisah istana Castor yang Rajanya sedang sakit pada waktu itu.
"Aku harus ke istana Castor, mungkin saja orang-orang di istana dapat memulangkan aku," ucapnya. Tubuhnya sudah bergetar karena ketakutan.
Ketika berjalan menyusuri hutan, ada seekor singa mengadang jalannya. Singa itu memiliki mata merah yang mengerikan. Hazel memekik, dia berjalan mundur menghindari singa jantan itu.
"Pergi! Pergi!"
Hazel terjatuh ke tanah, dia merangkak menjauhi singa yang berjalan semakin mendekatinya. Ranting-ranting pohon Gazel lemparkan ke arah raja rimba itu. Namun tampaknya singa malah menakut-nakutinya, seolah tak berani menerkam Hazel.
Dari arah kejauhan, terdengar lagi suara hentakan kaki kuda berlari ke arahnya, Hazel menutup mata, ia sudah pasrah dengan yang terjadi selanjutnya. Batu Ruby yang ada di kantong gaunnya mengeluarkan cahaya lagi. Tubuh Hazel terasa ada yang mengangkatnya duduk di atas kuda. Suara Singa itu meraung lagi, tampak marah karena keberadaan kuda bersama tuannya menyelamatkan Hazel.
Note : Hazel
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments