"Bagaimana?" tanya seorang paruh baya dengan suara tegas, memasang ekspresi datar.
"Semua permasalahan sudah usai, namun…," jawab sang asisten dengan suara lirih.
Gerald menaikan ujung alisnya, mendengar jawaban dari asisten kepercayaannya.
"Apa Ben?" desak Gerald menanti ucapan selanjutnya dari asistennya.
"Maaf tuan, kami sedikit bertindak kekerasan, karena orang itu tak bisa di ajak bicara baik baik tuan," lanjut pria yang bernama Ben sambil membungkukkan setengah tubuhnya sebagai tanda penyesalan.
Gerald yang mendengar ucapan Ben, membuatnya menghela nafas kasar.
"Hmm…, Aku paling tak suka jika rekan kerjaku bertindak kekerasan," lirih Gerald penuh sesal.
"Tapi tak sampai fatal kan?" lanjut Gerald memastikan kekhawatirannya, berharap rekan kerjanya tak melampaui batas.
"Tidak tuan," jawab Ben mantab.
"Kau yakin?" Gerald kembali memastikan.
Ben menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Ada yang bisa saya bantu lagi tuan?"
"Tidak, pulanglah jika kau ingin pulang,” balas Gerald melemparkan senyum tipisnya.
Ben yang mendengar tugasnya sudah usai, lantas bergegas meninggalkan gedung Gabriel group menuju ke rumah keluarga Gabriel.
Ya memang Ben tinggal di kediaman keluarga Gabriel.
Giorgio yang terbangun di tengah malam karena perutnya lapar.
Kakinya membawanya pergi ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. namun, usahanya tak berjalan seperti yang diharapkan.
Ia tak menemukan apapun yang dapat ia makan.
Ia mencari apa yang bisa ia masak lalu makan, namun lagi lagi usahanya tak membuahkan hasil.
‘Mungkin di meja makan ada yang bisa kumakan,’ pikirnya.
Giorgio menuju meja makan, ia dapat bernafas lega saat melihat ada beberapa buah.
Dengan cepat ia membersihkan dan memotong beberapa buah untuk ia makan.
Saat berjalan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya..
Ia menghentikan langkahnya saat mendengar suara televisi di ruang keluarga menyiarkan tayangan sepak bola.
‘Siapa yang nonton Tv?’ Gumamnya.
Karena penasaran, ia pun melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga untuk melihat siapa yang ada disana.
Giorgio terkekeh melihat asisten sekaligus sahabat ayahnya tertidur di karpet bulu dalam keadaan TV menyala.
Giorgio duduk di samping asisten ayahnya itu, bukan untuk membangunkannya dan meminta agar kembali ke kamarnya.
Justru ia berniat untuk menonton pertandingan sepak bola yang saat ini sedang disiarkan di televisi, namun tak lama ia pun ikut tertidur di sana, dengan menjadikan kaki Ben sebagai alas kepalanya.
*
Giorgio seketika terbangun dari tidurnya, saat ia merasa air membasahi disekitar tempat ia tidur.
Giorgio mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
Setelah mendapatkan kesadarannya, Giorgio lantas berdiri.
"Siapa yang menyiram air ke arahku?!" menggeram tertahan dengan nada sedikit meninggi.
Giorgio yang tak mendapat jawaban atas pertanyaannya.
Sejenak Giorgio mengedarkan pandangannya untuk melihat siapa yang sudah berani membangunkannya dengan cara tak manusiawi.
Giorgio mengernyitkan dahinya saat pandangannya menangkap kedua sahabatnya cekikikan kearahnya.
Seakan Giorgio mengerti siapa yang melakukan hal itu.
Yaaa siapa lagi jika bukan kedua sahabatnya itu pelakunya.
Tanpa rasa bersalah dan wajah tanpa dosa, mereka berjalan mendekati Giorgio yang nampak berdiri dengan ekspresi datarnya.
"Bangun orang mah, dah jam berapa nih..?" Excel mencibir.
"Aelah hari jum, at ini santai aja kali... ,"
"Yeeee,, , melek makanya, dah jam 6 : 45 nih," ucap Excel memperlihatkan jam yang melingkar di tangannya ke arah Giorgio.
Tanpa bicara apapun, Giorgio bergegas untuk bersiap pergi kesekolah dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments