Di sebuah ruang makan yang mewah dan luas. Hanya ada 3 orang penghuni yang makan dengan sunyi dan penuh dengan peraturan. Hanya ada ketukan kecil dari garpu dan pisau yang sedang memotong pancake.
Sebuah garpu dan pisau itu pun kemudian diletakkan di atas piring setelah makanan yang ia makan selesai. Dan kemudian mengakhirinya dengan meneguk segelas air putih.
"Kai, kapan kamu akan menikah? Apa kamu sudah memiliki pacar?" Ucap seorang pria tua berusia 55 tahun yang tak lain adalah ayah Kai.
Kai yang akan menyantap potongan terakhirnya pun harus ia letakkan kembali dan mengambil segelas air putih yang ada di samping piringnya.
"Aku akan menikah nanti. Papa tidak usah khawatir dan cemas."
"Usiamu sudah akan 32 tahun, kamu seharusnya sudah memiliki seorang anak."
"Aku akan segera menikah, papah jangan khawatir."
Ia pun berdiri dan meninggalkan ruang makan tersebut. Namun, ibunya memegang tangannya begitu ia akan lewat di depannya.
"Setidaknya kamu habiskan sarapan kamu dulu sebelum pergi mengajar."
Kai dengan perlahan menurunkan tangan ibunya yang memegang lengannya.
"Maaf, aku mungkin akan terlambat. Aku harus pergi."
Dan dengan langkah yang lebar, Kai pun meninggalkan ruang makan tersebut dan langsung pergi meninggalkan rumah mewahnya.
Joanna yang melihat suaminya menghela nafas panjang langsung mengelus pundaknya untuk menguatkan dirinya.
"Sabarlah, dia pasti akan menikah. Setelah Rosan kembali, akan aku pertemukan mereka, pasti dia langsung setuju untuk menikah."
"Dia nanti akan memilih sendiri. Aku harus berangkat."
Joanna tersenyum dan membantu suaminya mengambilkan jas dan tas laptopnya. Dan ia pun kembali memakan sisa pancake yang masih ada di piringnya.
...****...
"Oiya, Alena sini, bunda belum ikat rambut kamu."
Anak kecil yang sudah rapi memakai seragam sekolah langsung berlari ke arah Flova yang sudah siap memegang sisir dan ikat rambut.
"Bunda, hari ini aku ke sekolah."
"Iya, dan kamu jangan khawatir ya, guru di sana baik-baik kok. Kamu juga nanti bisa bertemu dengan teman-teman baru."
"Baik Buda."
"Sudah siap, ayo berangkat."
Alena mengangguk dan Flova pun mengambil tas yang tergeletak di kursi. Namun, Ibu Flova memegang tangannya yang hendak pergi.
"Alena harus minum susu dulu supaya tetap sehat."
"Ah.. iya benar."
Flova pun mengambil susu di tangan ibunya dan memberikannya kepada Alena. Dengan kedua tangan kecilnya, ia pun menerimanya dan langsung meneguknya hingga habis lalu memberikan gelas tersebut kepada neneknya.
"Nenek, Alena berangkat dulu ya."
"Iya sayang, hati-hati di jalan."
Flova dan Alena pun keluar dan menunggu taksi online yang sudah di pesan Flova. Begitu mobil itu sampai, mereka langsung masuk dan meninggalkan halaman rumah mereka yang sederhana.
Hanya menempuh waktu 15 menit, mereka pun sampai di TK Pelangi. Alena sedikit ragu dan canggung karena ini adalah pertama kalinya ia pergi ke luar selain dari rumahnya.
"Alena, sayang. Kamu tidak perlu ragu dan takut. Di dalam nanti kamu akan punya banyak teman bermain."
Alena hanya menunduk dan kemudian ada seorang guru yang menghampiri mereka. Dan tak lain adalah Kevin.
"Hai, mari masuk dengan kakak."
Flova pun melihat ke sumber suara dan tak lain suara itu adalah Kevin.
"Hai, Kevin? Kapan kamu kembali dari kota B?"
"Flova? Kebetulan sekali? Ini putri kamu?"
Flova melihat ke Alena dan tersenyum kepada Kevin.
"Iya. Dia putriku. Aku akan ceritakan nanti apabila kita bertemu lagi."
Kevin mengangguk dan pandangannya teralihkan kepada Alena yang sedari tadi hanya cemberut.
"Hai cantik, nama kamu siapa?"
Kevin pun berjongkok di depan Alena. Dan Alena hanya melihat ke bawah sambil memainkan sepatunya.
"Alena" Jawabnya dengan lirih.
"O.. Alena.. Alena ayo masuk sama om. Di dalam sana nanti ada banyak teman-teman dan juga ada taman bermain. Alena juga bisa main di sana nanti."
Rayuan Kevin membuat Alena mendongak dengan senang.
"Terus gurunya galak ngga Om?"
"Nanti, Om yang ngajar di kelas Alena. Alena mau?"
"Emm... Boleh, tapi main dulu ya om."
"Iya. Ayo."
Alena pun menurut dengan ajakan Kevin dan Alena pun menggandeng tangan Kevin.
"Bunda, Alena sekolah dulu ya."
"Iya sayang."
Flova memeluk dan mencium kening Alena. Dan dengan senang Alena berhasil dibujuk oleh Kevin.
Setelah melihat mereka masuk, Flova bisa lega dan kembali masuk ke dalam taksi kembali untuk pergi ke universitasnya.
Sesampainya dia kampusnya, ia langsung masuk ke kelasnya, namun ia terlambat dan sudah terlihat pak Kai sudah ada di kelas.
"Tok...tok...tok.. permisi."
Pak Kai pun menoleh dan langsung mempersilahkan Flova untuk masuk.
"Maaf pak, saya terlambat."
"Tidak apa, saya maklumi karena kamu pasti harus mengurus anak kamu terlebih dahulu. Sekarang kamu masuk dan ikuti pelajaran dengan baik, karena ini sudah memasuki semester terakhir. Dan, saya harap kamu juga bisa mengendalikan hal ini jangan sampai hal tersebut mempengaruhi nilai kamu nanti."
"Baik pak."
Flova pun dengan perlahan duduk di tempatnya dan mengikuti kelas pak Kai dengan tenang.
...******...
Jam kampus hampir usai, dan 25 menit sebelum pelajaran berakhir, Flova pun berdiri dan membereskan semua bukunya.
"Permisi pak. Maaf, saya harus pulang untuk menjemput..."
Belum juga ia menyelesaikan kata-katanya, sang dosen langsung memotong pembicaraannya.
"Berapa usia anak kamu?"
"Enam tahun pak. Sekarang ia baru memasuki TK , jadi saya harus menjemputnya tepat waktu."
Dengan manggut-manggut dosen itu pun langsung membuka bukunya dengan santai.
"Baiklah, namun dalam waktu dua bulan, kamu harus segera menyelesaikan skripsi kamu. Dan saya akan langsung periksa."
"Baik pak, akan saya lakukan."
"Sudah memikirkan dimana kamu akan bekerja?"
"Belum pak."
"Baiklah, sudah cukup. Kamu boleh pergi."
Flova pun bernafas lega dan mengangguk kemudian langsung meninggalkan kelas begitu saja setelah di ijinkan.
Sembari berjalan ke luar, ia juga menunggu driver taksi online, namun hingga ia keluar, ia masih belum mendapatkan notifikasi mendapatkan driver.
Kai yang akan meninggalkan kampus, melihat Flova dari spion mobil yang masih menunggu taksi online hanya mengacuhkannya dan meninggalkannya begitu saja.
...*****...
Di tengah perjalanan, tiba-tiba mobilnya terasa aneh dan kemudian ia pun keluar dari mobil. Ia melihat roda bannya dan ternyata ban belakangnya kempes. Ia pun kesal dan menepuk mobilnya keras.
"Arrgghh.. sial.. Kenapa harus bocor sekarang."
Di saat sedang kesal-kesalnya, tiba-tiba seorang anak kecil melihatnya dengan wajah yang sangat menggemaskan.
"Papa.."
Kai pun langsung menoleh dan melihatnya dengan bingung. Kemudian, ia pun berjongkok dan mengusap rambutnya.
"Maaf, tapi aku bukan papamu."
Kai melihat ke sekelilingnya dan hanya melihat orang lain yang menjemput anak-anaknya.
"Dimana ibumu?"
Alena hanya menunduk dan menekuk bibirnya dengan sedih. Sedangkan Kai hanya melihat sekelilingnya dengan bingung. Hingga seseorang pun memanggil namanya.
"Alena..."
Alena pun melihat ke sumber suara dan langsung terlihat senang.
"Bunda..."
//**//
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments