[14:10]
Setelah mengantar Timo dan Bara kembali ke perusahaan usai menemui klien, Jehan pun pergi untuk mencari informasi yang dibutuhkan oleh Bara dalam penyelidikannya tentang kecelakaan yang menyebabkan bundanya meninggal dunia empat belas tahun yang lalu. Ia membuat janji untuk bertemu pak Diki, sekretaris kepercayaan tuan Cakra yang sudah bekerja dengan tuan Cakra sejak awal perusahaan didirikan.
Jehan membuat Janji untuk bertemu pak Diki di Caffe Kopi yang biasanya menjadi tempat nongkrongnya bersama Bara dan Timo saat mereka segang. Dan saat mobilnya memasuki area parkir depan Caffe kopi, Keyla baru saja memasuki Caffe, sementara ia harus menunggu pak Diki yang masih belum tiba.
Keyla langsung menuju ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dengan memakai seragam khusus pelayan Caffe. Setelah selesai berganti, ia langsung menuju meja barista untuk mengambil buku menu dan menunggu pelanggan datang.
Saat bersamaan Jehan dan pak Diki memasuki Caffe. Ia memilih meja yang biasa ditempatinya saat datang bersama Timo dan Bara.
"Key, itu ada pelanggan yang baru datang!" Seru Jojon sang barista saat melihat kedatangan Jehan dan pak Diki.
Keyla melihat kearah Jehan dan pak Diki. Begitu kedua orang tersebut duduk, ia pun langsung melangkah menghampiri meja tersebut dan memberikan buku menu pada Jehan.
"Mocca latte satu, sama ice tea satu." Ucapnya tanpa membuka buku menu lagi.
"Baik, ada lagi?" Tanya Keyla ramah.
Pria itu menggeleng yakin.
"Mohon tunggu sebentar!"
Keyla pun langsung mengatakan pesanan tersebut pada Jojon, dan langsung dibuatkan olehnya.
"Sepertinya mereka sudah sering ke sini ya, Jon?"
"Iya, kenapa?"
"Aku belum pernah melihat mereka sebelumnya."
"Yang sering datang ke sini, si pria muda itu. Biasanya dia datang bersama dua temannya di jam sepuluh atau jam sebelas. Jadi wajar dong kamu nggak ketemu sama mereka sebelum sebelumnya." Tutur Jojon menjelaskan.
Keyla mengangguk paham. "Pantas saja dia memesan tanpa harus membuka buku menu, rupanya sudah sering datang." Gumamnya dalam hati.
"Nih antarkan pesanan segera, dan kita kedatangan pelanggan lagi." Ujar Jojon.
Mocca latte dan ice tea dibawa oleh Keyla menuju Jehan dan pak Diki.
"Mocca latte dan ice tea." Meletakkan dengan hati hati.
"Selamat menikmati!"
Kemudian, Keyla menuju meja pelanggan yang baru datang dan memberikan buku menu. Kali ini benar benar pelanggan baru. Mereka membuka buku menu dan sepertinya masih bingung mau memesan apa. Keyla pun menunggu dengan sabar, hingga telinganya tidak sengaja mendengar perbincangan pelanggan pertama yang tadi di layaninya.
"Saya tidak begitu yakin, nak Jehan. Saya merasa Jeydan memasang jebakan. Saksi yang ingin tuan muda temui sepertinya tidak mencurigakan. Tapi saya khawatir Jeydan menyiapkan perangkap untuk menghalangi tuan muda bertemu dengan saksi tersebut. Jeydan sangat licik, jadi saya harap kalian lebih berhati hati." Tutur pak Diki mengungkapkan pendapatnya.
"Mungkin om Diki benar, saya juga merasa tua bang ka itu menyiapkan sesuatu, tidak mungkin dia diam saja saat tuan muda mulai beraksi secara terang terangan."
"Nak Jehan harus berhati hati. Dan saya harap nak Jehan bisa melindungi tuan muda seperti biasanya."
Keyla mendengar perbincangan yang sama sekali tidak dimengertinya. Dan sebelum ia mendengar lebih jauh lagi, pelanggannya mulai memesan dan ia pun kembali fokus mencatat pesanan itu, lalu memberikan pada barista, kemudian mengantarkan lagi. Begitulah pekerjaan Keyla sore ini di Caffe hingga dia tidak menyadari Jehan dan pak Diki sudah tidak lagi berada di tempat duduk mereka.
Tidak terasa waktu berlalu, jam sudah menunjukkan pukul lima lebih empat puluh dan itu berarti saatnya Keyla selesai bekerja. Ia pun berganti pakaian dan segera menuju Klinik. Ia menaiki bis kurang lebih sebelas menit dan tiba di Klinik tepat waktu.
"Halo Luna!" Sapanya pada seekor kucing orange yang sangat menggemaskan.
"Keyla, kamu sudah datang!" Sapa Erna pemilik Klinik hewan itu.
"Iya, mbak. Mbak rapi banget, mau kemana?"
"Kencan dong."
"Cie yang udah jadian…" Keyla menggoda Erna.
"Masih belum, ya." Mengelus Luna sebentar.
"Loh kenapa belum, mbak? Bukannya mbak bilang dia pria yang baik."
"Baik sih, tapi bukan tipe mbak. Ya udah, mbak pergi dulu. Jaga klinik dan juga jaga Luna."
"Siap buk bos." Ujar Keyla sambil menggendong Luna.
Ia dan Luna mengantar Erna ke depan klinik, dan kembali masuk setelah mobil Erna menghilang dari pandangannya.
"Bukan tipe, tapi masih mau aja diajak kencan." Sindir Keyla saat Erna sudah pergi.
"Luna, sekarang saatnya kita bekerja." Keyla meletakkan kembali Luna kedalam rumah kandangnya.
"Aku mau makan dulu mumpung belum ada yang datang."
"Meooww…"
"Kamu mau makan juga?"
"Meeooww…"
"Sebentar, aku ambilkan makanan untukmu Luna sayang." Ia
pun memberikan Luna makan terlebih dahulu, barulah kemudian dia menyantap makan malamnya yang ia beli tadi sebelum berangkat ke klinik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ayu tri utami Neng
Lanjutttttt
2023-02-23
0