[08:55]
Pagi yang cerah, jalanan kota metropolitan yang ramai dengan kendaraan kendaraan mewah yang berlalu lalang. Tepat dilampu merah beberapa anak jalanan menenteng kotak berisi rokok dan berbagai jenis minuman pun mulai menjajakan dagangan mereka dari satu pintu ke pintu mobil yang lainnya. Tidak ketinggalan anak anak kecil dengan kerincing dan gitar kecil mereka juga mulai bernyanyi berharap mendapatkan setidaknya satu koin receh dari para pengendara.
Mobil yang dikemudikan Jehan pun ikut berhenti dilampu merah.
"Timo, apa kamu punya uang didompetmu?" Tanya Bara saat melihat beberapa anak kecil memainkan gitar diluar mobilnya.
"Ada tuan muda."
"Berikan beberapa untuk anak anak ini. Nanti uangmu saya ganti."
"Baik tuan muda."
Timo membuka kaca mobil lalu memberikan beberapa lembar uang warna biru pada anak anak itu.
Sementara itu, sepasang mata kebiruan milik seorang gadis manis juga menatap kearah anak anak jalanan tersebut. Ia duduk di halte sambil menunggu bis yang akan mengantarnya ke tempat ia bekerja.
"Kak, mau beli minuman?" Suara seorang bocah pedagang asongan mendekati gadis pemilik sepasang mata kebiruan itu.
"Oh, boleh. Air meneralnya berapaan dek?" Tanya gadis itu ramah.
"Lima ribuan kak."
Gadis itu mengeluarkan uang berwarna hijau dengan jumlah angka dua puluh ribu. Lalu ia mengambil satu botol air mineral dari kotak dagangan bocah lelaki itu.
"Kembaliannya buat kamu aja."
"Terimakasih, kak." Bocah itu pun melanjutkan langkahnya. Gadis itu pun ikut melangkah, karena bis yang ditunggu telah berhenti tepat di depannya.
Tanpa disadari oleh gadis bermata biru itu, sepasang mata kecoklatan milik Bara menatap kearahnya sejak tadi, bahkan tanpa Bara sadari, kedua sudut bibirnya terangkat keatas membentuk senyuman.
"Apa ada sesuatu yang lucu tuan muda?" Tanya Jehan yang tidak sengaja menatap senyuman dibibir Bara.
Mendengar pertanyaan itu membuat Bara langsung memalingkan wajahnya yang sejak tadi menatap gadis di halte bis tersebut.
"Sudah lampu hijau Jehan!" Serunya mengingatkan agar Jehan segera melanjutkan perjalanan yang tertunda karena lampu merah.
"Senyum tuan muda barusan sangat berbeda dengan senyuman yang biasanya saya lihat. Apakah ada sessuatu yang spesial yang membuat tuan muda tersenyum seperti tadi?" Lanjut Timo bertanya. Ia juga sebenarnya sejak tadi memperhatikan tatapan Bara yang tertuju pada anak anak pedagang asongan di halte bis.
"Kamu juga melihat senyum tuan muda?" Jehan menoleh pada Timo yang menjawab dengan anggukan yakin.
"Saya rasa kita terlambat. Jadi lebih baik kalian fokus saja mengemudikan mobil ini supaya saya tidak terlambat." Bara mengatakan itu dengan tegas dan tampak sangat serius. Padahal dalam hatinya ia merasa sedikit malu pada kedua sahabatnya itu.
"Maafkan kelancangan kami tuan muda." Sahut mereka berbarengan.
Timo dan Jehan saling menatap sebentar dan tersenyum. Kemudian Jehan pun menambah kecepatan laju mobil agar tuan muda tidak datang terlambat untuk menemui kliennya.
Lima belas menit kemudian, mobil yang dikemudikan Jehan melewati halte dimana saat itu bis berhenti di halte tersebut yang berada tepat di depan Indomart. Mata Bara pun kembali menoleh kearah halte untuk melihat gadis yang lima belas menit lalu membuatnya tersenyum, turun di halte tersebut.
"Mungkin gadis itu bekerja disekitaran sini?" Gumamnya dalam hati.
Tebakan Bara benar, setelah turun dari bis, gadis itu masuk ke Indomart untuk bekerja.
"Pagi teman teman!" Sapanya pada tiga orang gadis seumuran dengannya yang sedang berbenah, karena pagi ini memang jadwal piket mereka.
"Pagi, Key." Sambut mereka ramah.
Keyla cantika, nama gadis bermata kebiruan itu. Ia seorang gadis yang selalu sibuk dengan jadwal kerja paruh waktu setiap harinya, kecuali hari senin. Ia memilih untuk istirahat di hari senin dan tetap bekerja di hari minggu.
"Berdiri lagi ya Key?" Tanya Nina, saat mereka berada di ruang ganti.
"Begitulah. Sepertinya takdirku memang harus selalu berdiri deh, Nin ." Sahutnya sambil merapikan rambutnya di depan cermin.
Nina hanya tersenyum menanggapi ucapan Keyla. "Pindah ke kosku aja, Key. Jadi, kamu bisa berangkat bareng aku naik motor."
"Terimakasih deh, Nin. Aku sudah terbiasa kok berdiri di bis."
Keyla tidak terbiasa merepotkan orang lain, ataupun meminta bantuan dari orang lain. Sejak kecil, ia terbiasa melakukan semua hal sendiri. Mungkin, karena ia tinggal dan tumbuh di panti asuhan, hingga membuatnya menjadi gadis yang mandiri.
Tidak hanya menjadi kasir di Indomart saja, Keyla juga memiliki dua pekerjaan lainnya yaitu sebagai pelayan di Caffe dan di klinik hewan. Jadi, dalam sehari ia punya tiga pekerjaan. Sejak memutuskan untuk meninggalkan panti dua tahun lalu, Keyla sudah mencoba berbagai macam pekerjaan, bahkan dulu sempat memiliki enam pekerjaan dalam sehari. Dan sekarang tersisa tiga yang menurutnya memang cocok untuk dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
paty
apa mkn keyla anaknya pak cakra
2023-12-14
0
Ayu tri utami Neng
Semangat Thor ✍️✍️💪💪💪
2023-02-23
0