Episode 5.

Episode Sebelumnya..

Emily menoleh ke arah mereka berdua yang sudah terlihat jauh. Lalu, gadis itu pun pergi meninggalkan tempat itu dengan memasang headset ke telinganya.

Sedangkan dari kejauhan terlihat Dimas membalikkan badannya menatap Emily yang sudah pergi dengan perasaan yang entah menyakiti perasaannya. Entah perkataan gadis itu membuat dirinya merasa sakit saat mendengarnya.

"Sayang, ada apa, kok berhenti?" panggil Riana saat melihat kekasihnya berdiri membelakanginya.

Dimas yang mendengar panggilan Riana hanya menggeleng dan menghampiri gadis itu sembari menggenggam tangan sang kekasih. "Gak apa-apa kok. Yaudah, yuk! Kita pulang."

"Beneran, gak ada apa-apa?" tanya Riana memastikan lagi.

Dimas pun mengangguk. "Iya, sayang beneran."

"Yaudah, kita pulang." ucap Riana sembari membalikkan badannya melihat ke arah yang di tuju oleh kekasihnya itu. Namun, tidak ada siapa-siapa di sana.

****

Emily pun sampai di apartemennya. Gadis itu meletakkan tasnya pada tempatnya yang berada di dekat lemari pakaiannya. Ia pun segera menyeret kursi meja belajarnya yang berada di samping jendela kamarnya. Mendudukkan dirinya dan segera membuka buku untuk memulai belajar.

Setelah beberapa jam bergelut dengan tugas-tugas kuliahnya. Emily pun menyudahi pelajarannya saat melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ia pun bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah beberapa saat, gadis itu pun keluar dari kamar mandinya dan hendak keluar menuju ke dapur karena perutnya terus berbunyi menandakan bahwa perut kecilnya untuk segera di sini. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara ponselnya berbunyi. Ia pun langsung mengambil benda pipih itu dan melihat siapa yang memanggilnya di jam segini.

Emily pun langsung mengangkatnya saat melihat nama di layar ponselnya. "Halo, kenapa Mira?"

"Mil, kamu sudah sampai di apartemennya belum?" tanya Mira saat Emily mengangkat panggilannya. Yah, panggilan yang baru saja berbunyi itu adalah Mira yang menelpon.

Emily pun mengangguk kecil. "Sudah dari tadi kok."

"Oh, syukurlah kalau kamu sudah sampai di apartemen mu." ucap Mira di seberang sana.

Emily pun langsung mengernyitkan dahinya bingung. "Memangnya kenapa Mira?"

"Tidak apa-apa, tadi Alfian kepikiran terus kamu sudah pulang apa belum. Ini orang khawatir sampai-sampai gak fokus saat di toko buku tadi." ujarnya panjang lebar.

"Aku sudah pulang kok. Jadi, tenang saja. Aku baik-baik saja."

"Tuh denger! Emily itu baik-baik saja." ucap Mira yang terdengar seperti sedang memarahi seseorang di sebelahnya.

"Aku kan hanya khawatir saja. Kenapa kamu malah marah-marah?" suara laki-laki yang terdengar sedang membela dirinya dari omelan Mira. Emily yang mendengar mereka bisa menebak bahwa laki-laki yang baru saja membela diri itu adalah Alfian.

"Kamunya aja yang sok caper! Cari perhatian." omel Mira yang masih terdengar kesal.

"Dih! Suka-suka aku lah mau caper sama siapa aja. Emily aja yang tau aku caper biasa aja. Kenapa kamu yang sewot coba? Apa jangan-jangan kamu pengen aku perhatian sama kamu ya." goda Alfian yang terdengar sudah tertawa penuh kemenangan. Namun, sesaat kemudian terdengar kembali suara pukulan keras yang membuat Alfian meringis kesakitan.

"Emang dasar kamu laki-laki tidak tau malu ya! Sekarang rasakan ini." ucap Mira yang sudah terdengar sangat kesal pada laki-laki itu.

"Aduh! Aduh! Cukup Mira sakit tau." ujar Alfian yang kesakitan akibat pukulan dari Mira.

"Biarin, biar tau rasa!"

"Dih! Nih anak, dasar psikopat!"

"Ih, ALFIAN! KEMBALI KAU! ALFIAN!!" teriak Mira saat melihat lawan bicaranya telah kabur.

Emily yang masih mendengarkan ocehan keduanya di telepon, hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kecil. Setelah itu ia langsung mematikan ponselnya secara sepihak, karena Mira pun sepertinya sudah lupa jika dirinya masih terhubung dengan Emily.

Gadis itu pun kembali meletakkan ponselnya di atas kasurnya dan segera keluar menuju dapur karena perutnya yang sudah tidak dapat diajak kompromi lagi.

Setelah sampai di dapurnya. Emily pun langsung membuka kulkas sembari melihat apakah ada bahan-bahan yang bisa ia masak untuk makan malamnya. Dan ternyata terdapat telur serta Nasih instan yang terlihat di kulkasnya.

Tanpa menunggu lama, Emily pun langsung mengambilnya untuk di jadikannya nasi goreng saja, karena bahan-bahan dapurnya hanya ada dua bahan itu saja.

"Yaudah, masak nasi goreng saja. Besok aku akan ke supermarket untuk belanja bulanan." ucapnya sembari mempersiapkan bahan lainnya yang ingin di masak nasi goreng.

.

.

.

...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....

...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!