Episode Sebelumnya..
"Tumben telat datangnya Mil." ucap Mira yang sudah membalikkan badannya menghadap Emily yang duduk di belakangnya.
"Iya Mil. Kenapa telat? Biasanya kamu yang lebih dulu datang." sambung Riana di sebelahnya.
Emily pun langsung menatap ke arah Mira dan mengangguk kecil, sembari mengambil beberapa bukunya dari dalam tasnya. "Iya, soalnya aku jalan kaki ke sini."
"Kok jalan kaki? Kenapa gak naik taksi saja?" kali ini Alfian yang bertanya.
"Hanya pengen saja. Lagipula kan tidak terlalu jauh dari apartemen. Jadi sekalian aja olahraga pagi." balas Emily tanpa melihat ke arah Alfian. Karena gadis itu sibuk memasukkan headset nya ke dalam tasnya.
Emily pun langsung membuka buku-bukunya. Namun, sebelum itu, gadis itu melirik ke samping kirinya di mana Dimas berada. Dan laki-laki itu juga yang sedari tadi hanya diam tanpa berkata apa-apa sejak kedatangannya. Dan sekilas pandangannya mereka saling bertemu, yang tentu saja hal itu langsung membuat Emily mengalihkan pandangannya kembali menatap ke arah bukunya. Seakan menghindar dari tatapan laki-laki itu.
****
Hari itu pun di lalui oleh kelima bersahabat itu dengan fokus pada pelajaran yang dosen berikan. Sehingga, waktu pulang pun tiba. Di mana Alfian dan Mira pamit lebih dulu karena mereka ingin ke toko buku.
Sedangkan Dimas, Riana dan juga Emily pergi ke sebuah kafe kecil yang tidak jauh dari tempat universitas mereka. Mereka pun duduk setelah memesan dessert dan minuman.
Sewaktu makanan mereka datang. Riana pamit untuk ke toilet dulu, karena gadis itu ingin memperbaiki make up-nya. Sedangkan Dimas dan Emily masih di tempatnya dan hal itu membuat Dimas menjadi sangat canggung terhadap Emily.
Dimas pun terlihat gugup saat berada di depannya gadis itu. Karena tempat duduk mereka berhadapan. Alhasil Dimas pun dapat melihat gadis di depannya itu. Dimas melihat ke arah Emily yang sedang sibuk dengan buku yang ia baca di tangannya.
Laki-laki itu tersenyum simpul saat melihat wajah gadis di hadapannya itu. Terlihat tenang dengan buku yang digenggamnya sejak keluar dari kampus.
"Em, Emily," panggil Dimas berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Emily pun mendongakkan kepalanya menatap Dimas. Menuju laki-laki itu meneruskan ucapannya. Dimas pun yang di tatap oleh Emily langsung mengalihkan pandangannya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Em, bagaimana semalam. Apakah kamu istirahat dengan nyenyak? Chat ku hanya kamu baca." ujar Dimas yang kembali berubah melihat ke arah Emily.
Emily pun mengangguk kecil dengan raut wajah yang tenang. "Iya."
Mendapat balasan singkat dari Emily. Dimas hanya mengangguk kecil lalu mengalihkan pandangannya kembali ke sekelilingnya sembari melirik ke toilet. Berharap kekasihnya cepat datang, karena laki-laki itu sudah tidak bisa berucap sepatah kata pun pada gadis di hadapannya itu.
"Tentang chat mu itu...," Emily menghentikan ucapannya dan membuat Dimas yang semula tidak berfikir akan mendapat balasan lagi dari Emily, langsung mengalihkan pandangannya ke arah gadis itu.
"Maaf, aku tidak melihatnya. Karena setelah aku membalas pesanmu itu aku langsung pergi ke dapur untuk makan, lalu, setelahnya aku langsung tidur. Jadi aku tidak mengecek ponselku." ucap Emily panjang lebar.
Dimas yang mendengar perkataan Emily langsung menyunggingkan senyumannya. Meskipun gadis itu mengabaikan pesan darinya, tapi Emily tidak mengabaikan pesan awalnya yang menyuruh gadis itu untuk tidak lupa makan.
"Jadi dia menurutnya?" gumam Dimas dalam hatinya.
"Enggak, apa-apa kok. Aku juga minta maaf karena sudah mengirim pesan malam-malam padamu. Aku cuma ingin kau tidak melupakan makan malam mu." balas Dimas dengan tersenyum.
Emily hanya menatap ke arah Dimas dengan raut wajah tenangnya. Lalu, meletakkan buku yang di pegangnya ke dalam tasnya saat pesanan mereka sudah datang dan bersamaan dengan datangnya Riana dari toilet.
"Terimakasih." ucap Emily pada pelayan itu. Pelayan itu pun mengangguk sambil tersenyum marah pada gadis itu.
"Kukira makanannya akan datang duluan karena aku lama, ternyata malah datang bersamaan." ucap Riana saat gadis itu telah duduk di kursinya.
"Ini sayang punya kamu." Riana memberikan dessert dan minuman milik Dimas ke hadapannya. Membuat laki-laki itu sejenak menatap ke arah Emily yang sudah terlihat menyuapkan sesendok kuenya ke dalam mulutnya dan nampak tidak perduli dengan panggilan sayang yang dilontarkan Riana padanya.
"Makasih ya." ucap Dimas pada Riana.
"Sama-sama."
Mereka bertiga pun memakan makanannya, sampai Riana bertanya. "Emily setelah ini, kamu mau kemana?"
"Pulang." ujar Emily tanpa menoleh ke arah Riana.
Riana pun mengangguk. "Yaudah, setelah ini aku sama Dimas akan mengantarmu sampai di depan apartemen mu ya. Kita tidak bisa mampir, karena mama menyuruhku langsung pulang setelah dari kampus."
"Tidak usah! Kalian pulang saja. Aku bisa sendiri kok, lagipula dekat kok." sahut Emily menolak tawaran Riana yang ingin mengantarnya.
Riana menoleh ke arah Dimas. Dimas pun yang mengerti hanya mengangguk kecil seakan mengatakan. 'Yaudah jangan di paksa.'
****
"Kamu yakin, tidak mau kita antar?" tanya Riana saat mereka sudah keluar dari kafe kecil itu.
Emily pun langsung menganggukkan kepalanya. "Iya."
"Yaudah kalau begitu, kita duluan ya." ucap Riana pada sahabatnya itu.
Emily pun hanya mengangguk kecil. "Iya."
Riana pun pergi mendahului Emily dan disusul oleh Dimas dibelakangnya. Namun, laki-laki itu sempat menghentikan langkahnya dan berdiri tepat di depan Emily. "Kita duluan ya, kabari aku jika kamu sudah sampai di apartemennya."
Mendengar perkataan laki-laki itu. Emily hanya diam, lalu menganggukkan kepalanya seraya berucap. "Tolong jaga Riana untuk ku."
Lagi-lagi ucapan itu mampu membuat Dimas yang mendengarnya hanya mengangguk dan pergi meninggalkan gadis itu yang masih berdiri di tempatnya.
Emily menoleh ke arah mereka berdua yang sudah terlihat jauh. Lalu, gadis itu pun pergi meninggalkan tempat itu dengan memasang headset ke telinganya.
Sedangkan dari kejauhan terlihat Dimas membalikkan badannya menatap Emily yang sudah pergi dengan perasaan yang entah menyakiti perasaannya. Entah perkataan gadis itu membuat dirinya merasa sakit saat mendengarnya.
"Sayang, ada apa, kok berhenti?" panggil Riana saat melihat kekasihnya berdiri membelakanginya.
Dimas yang mendengar panggilan Riana hanya menggeleng dan menghampiri gadis itu sembari menggenggam tangan sang kekasih. "Gak apa-apa kok. Yaudah, yuk! Kita pulang."
"Beneran, gak ada apa-apa?" tanya Riana memastikan lagi.
Dimas pun mengangguk. "Iya, sayang beneran."
"Yaudah, kita pulang." ucap Riana sembari membalikkan badannya melihat ke arah yang di tuju oleh kekasihnya itu. Namun, tidak ada siapa-siapa di sana.
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments