Episode Sebelumnya..
"Kenapa berhenti?" tanya Alfian saat gadis itu sudah berada di depannya.
Mira menatap Alfian sebentar. Lalu, mengalihkan pandangannya melihat ke arah toko-toko yang terlihat ramai pengunjung.
"Kayaknya yang pengen aku beli gak ada deh Al. Kita sudah Berkeliling cukup lama, tapi tetap saja gak ada." ucapnya dengan pandangannya yang terus menatap toko satu persatu.
"Memangnya, kamu sedang cari apa sih?" tanya Alfian melihat Mira yang kebingungan.
"Toko buku." balas gadis itu.
Alfian pun hanya mengedarkan pandangannya ke segala arah. Namun, laki-laki itu tidak melihat toko buku yang di cari oleh sahabatnya itu. "Mungkin lagi tutup. Sebaiknya, kita pulang saja, besok kita cari lagi toko bukunya."
Mira pun mengangguk. "Yaudah, kita pulang."
Mereka pun kemudian keluar dari mall tersebut. Lalu, menuju ke arah parkiran di mana mobil Alfian terparkir. Setelah itu, mereka pun pulang dengan Alfian mengantarkan Mira kembali ke rumahnya karena jam pun sudah menunjukkan pukul delapan malam.
****
Keesokan harinya. Riana sedang turun dari tangga dengan terburu-buru menuju ke arah luar saat Dimas sudah datang menunggunya. Sehingga, gadis itu hanya meminum susu buatan sang ibu tanpa memakan sarapannya. Karena gadis itu tidak ingin membuat Dimas menuju terlalu lama.
"Aku berangkat dulu ma, pa." pamit Riana dengan mencium kedua tangan orang tuanya. Lalu, kembali berlari menuju ke arah sang kekasih yang berada di luar pagar rumahnya.
"Jangan lari-lari sayang." teriak Luna, sang mama. Saat melihat putri semata wayangnya berlarian menuju ke arah pintu.
"Hati-hati di jalan. Setelah selesai kuliah, langsung pulang! Mengerti?" teriaknya lagi.
"Iya, ma." sahut Riana tak kalah nyaring.
Lina pun hanya geleng-geleng kepala saat melihat putrinya seperti itu. Lalu, ia pun melanjutkan sarapannya bersama sang suami yang melihatnya dengan senyumannya yang ditampilkan. Keduanya pun sarapan pagi tanpa sang anak.
"Sudah lama menunggu?" tanya Riana saat ia telah berada di hadapan Dimas dengan nafas yang terengah-engah akibat dirinya yang berlarian.
Dimas pun hanya menggelengkan kepala. "Tidak, kok."
Laki-laki itu pun melihat ke arah kekasihnya yang mengatur nafasnya. Mendekatkan dirinya pada gadis itu dan menangkup wajah sang kekasih. "Lain kali, jangan lari-lari lagi oke! Lihat! Kamu jadi terengah-engah gitu nafasnya."
Riana pun yang mendengar perkataan sang kekasih, hanya menyunggingkan senyumnya. Lalu, mengecup tangan Dimas yang berada di pipinya dengan lembut. "Iya, aku tidak akan seperti itu lagi."
Dimas yang mendapat ciuman tersebut terdiam sesaat. Laki-laki itu terkejut karena gadis itu tiba-tiba mencium tangan dengan begitu lama. Sehingga membuat jantungnya berdegup kencang.
Namun, lamunannya pun segera buyar, ketika Riana mengibaskan tangannya ke wajah laki-laki itu. "Ah! Yaudah, kita berangkat sekarang."
Riana yang melihat kekasihnya tersipu malu, hanya tersenyum kecil. Lalu, memasuki mobil saat Dimas telah membukakan pintu untuknya.
"Terimakasih, sayang." ucap Riana dengan senyumannya yang manis.
Tentu hal itu membuat pipi Dimas semakin terlihat merah. Apalagi saat ini telinga laki-laki itu sangat merah. Yang menandakan bahwa ia tidak dapat berbohong kalau laki-laki itu sangat senang. Sekitar melupakan tentang semalam yang pikirannya kemana-mana.
"I-iya, sama-sama." ucapnya gugup. Lalu, menutup pintu mobilnya. Dan segera masuk untuk melajukan mobilnya menuju kampus mereka.
****
Dua puluh menit kemudian. Keduanya pun sampai di kampus universitas mereka. Dimas pun memarkirkan mobilnya di tempat parkiran. Lalu, keduanya pun menuju ke kelas mereka. Saat keduanya sampai di kelasnya, terlihat Alfian dan Mira sudah berada di tempat duduknya dengan gurauan yang keduanya lontarkan.
"Hei! Kalian sedang ngomongin apa? Kok kelihatan senang gitu?" tanya Riana saat ia sudah berada di tempat duduknya. Fyi tempat duduk mereka masih satu lingkaran. Seperti Dimas dibelakangnya Riana dan Alfian disampingnya Mira dan Emily tepat berada di belakang Mira. Sehingga, mereka dapat dengan mudah saling mengobrol satu sama lain.
"Enggak ngomongin apa-apa kok. Kita cuma ngobrolin tentang buku yang sedang aku incar. Eh, btw Emily mana? Enggak bareng sama kalian?" balas Mira dan melihat sahabatnya yang satu lagi tidak terlihat.
Riana pun hanya menggelengkan kepalanya dan menatap ke arah Dimas yang terlihat sedang bermain dengan ponselnya. "Emily gak bareng sama kita, kita juga langsung berangkat saat Dimas menjemput ku."
"Iya, kan Dim?" ucapnya lagi saat melihat ke arah sang kekasih. Dimas pun yang mendengar panggilan Riana hanya mengangguk kecil dan meletakkan kembali ponselnya ke saku celananya.
Mira pun hanya manggut-manggut dan melirik ke arah Alfian yang tiba-tiba diam di tempatnya. "Al, kok diam?"
Alfian pun mendongak dan melihat ke arah Mira yang sedang menatap ke arahnya. Begitu juga dengan Riana yang juga memajukan wajahnya agar dapat melihatnya. Alfian pun langsung menggelengkan kepalanya. "Aku gak apa-apa kok."
Mira pun mengangguk dan kembali membuka buku yang sedari tadi di pegangnya. Begitu pula dengan Riana yang juga ikut membuka buku-bukunya.
Sedangkan Dimas. Kembali mengecek ponselnya seakan menunggu sesuatu dari ponselnya tersebut.
Tiba-tiba di tengah kegelisahan seorang Dimas. Muncullah Emily dengan headset yang menempel di telinganya. Tentu saja hal itu mengundang perhatian para sahabatnya termasuk Dimas. Emily pun langsung duduk di tempatnya saat Mira dan Riana menyapanya.
"Tumben telat datangnya Mil." ucap Mira yang sudah membalikkan badannya menghadap Emily yang duduk di belakangnya.
"Iya Mil. Kenapa telat? Biasanya kamu yang lebih dulu datang." sambung Riana di sebelahnya.
Emily pun langsung menatap ke arah Mira dan mengangguk kecil, sembari mengambil beberapa bukunya dari dalam tasnya. "Iya, soalnya aku jalan kaki ke sini."
"Kok jalan kaki? Kenapa gak naik taksi saja?" kali ini Alfian yang bertanya.
"Hanya pengen saja. Lagipula kan tidak terlalu jauh dari apartemen. Jadi sekalian aja olahraga pagi." balas Emily tanpa melihat ke arah Alfian. Karena gadis itu sibuk memasukkan headset nya ke dalam tasnya.
Emily pun langsung membuka buku-bukunya. Namun, sebelum itu, gadis itu melirik ke samping kirinya di mana Dimas berada. Dan laki-laki itu juga yang sedari tadi hanya diam tanpa berkata apa-apa sejak kedatangannya. Dan sekilas pandangannya mereka saling bertemu, yang tentu saja hal itu langsung membuat Emily mengalihkan pandangannya kembali menatap ke arah bukunya. Seakan menghindar dari tatapan laki-laki itu.
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments