Episode 2.

Episode Sebelumnya..

Emily yang masih menunggu di depan pintunya. Hanya membalas lambaian tangan saat Riana dan juga Mira melambaikan tangan kearahnya sebelum pintu lift tersebut tutup. Saat pintu lift itu tertutup, Emily langsung kembali ke dalam apartemennya.

Membereskan semua bungkusan yang berserakan di lantai ruang tengahnya. Lalu, membuangnya ke tempat sampah yang berada di dapur. Lalu, kembali ke ruang tengah untuk mengambil gelas-gelas yang tadi mereka gunakan, mencucinya dan meletakkannya di atas tempat piring.

Setelah beres. Emily memilih untuk masuk ke dalam kamarnya dan melihat ke arah jam dinding yang berada di atas tempat tidurnya. Jam pun sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Gadis itu pun bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Dan di saat bersamaan dengan gadis itu masuk ke dalam kamar mandi. Ponselnya pun menyala menandakan adanya notifikasi pesan dari seseorang.

****

Setelah dua puluh menit kemudian. Emily pun selesai dengan piyama yang sedikit longgar di tubuhnya. Lalu, gadis itu menuju ke arah tempat tidurnya hanya untuk membersihkan tempat itu sebelum ia merebahkan tubuhnya.

Setelah membersihkan tempat tidurnya. Emily langsung merebahkan tubuhnya dan sejenak menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa putih itu. Menatapnya dengan tatapan lekat. Sehingga sebuah notifikasi pun mengalihkan pandangannya dan melirik ke arah ponselnya yang berada di atas meja di samping tempat tidurnya.

Emily pun bangun untuk mengambil ponselnya. Lalu, menyalakan ponsel tersebut agar ia melihat siapa yang mengirimkannya sebuah pesan. Dan saat di lihatnya, terpampang nama 'Dimas' di layar ponselnya.

Emily diam sejenak saat melihat kalimat yang Dimas kirim untuknya. Lalu, ia pun mengetik sesuatu untuk membalas pesan yang di kirim Dimas untuknya. Dan gadis itu pun langsung meletakkan ponselnya kembali ke tempatnya.

Emily pun bangkit dari tempatnya dan keluar. Meninggalkan ponselnya yang sudah ada pesan lagi untuknya.

Isi pesan.

Dimas: "Jangan lupa untuk makan malam."

Emily: "Ya."

Dimas: "Sampai ketemu di kampus."

Melihat isi pesannya hanya di read oleh Emily. Membuat laki-laki yang berada di balkon kamarnya hanya menghela nafas panjang. Lalu, menatap ke arah langit yang mulai gelap tanpa bintang.

Laki-laki itu terus menghembuskan nafasnya sembari memejamkan matanya saat angin malam mulai menerpanya. Begitu dingin, itulah yang laki-laki itu rasakan saat ini.

Setelah beberapa saat kemudian. Ia kembali melihat ponselnya untuk memastikan apakah gadis itu membalas pesannya. Tapi nyatanya, tidak seperti yang dikiranya. Sehingga laki-laki yang tidak lain adalah Dimas hanya menyunggingkan senyumnya yang terlihat sedih.

Dimas pun menatap wallpaper ponselnya yang terpampang foto dirinya bersama dengan Riana dan juga Emily yang berada di samping kekasihnya. Di dalam foto itu ketiganya pun terlihat tersenyum, meskipun Emily hanya tersenyum kecil dan terlihat samar. Namun, laki-laki itu tahu bahwa senyuman itu begitu manis meskipun tidak terlalu terlihat.

"Aku merindukanmu yang dulu Emily. Tersenyum di segala apapun yang membuatmu bahagia." ucapnya dengan tetap menatap layar ponselnya dengan mengusap lembut wajah gadis yang berada di samping kiri kekasihnya.

"Tapi sekarang, aku sudah tidak lagi melihat senyuman itu di wajahmu." sambungnya lagi dengan lirih. Lalu, laki-laki itu kembali menatap langit yang sudah gelap.

....

"Kita sebenarnya mau kemana sih Mir?" ucap Alfian saat berada di mall bersama dengan Mira.

Setelah pulang dari apartemen Emily. Mereka berempat berpisah menjadi dua dengan Dimas bersama dengan Riana. Dan Alfian bersama dengan Mira. Tetapi Alfian tidak langsung mengantarkan Mira ke rumahnya. Lantaran gadis itu meminta untuk diantarkan ke mall karena ingin membeli sesuatu.

Dan di sinilah mereka berdua, berjalan menyusuri mall karena Mira tidak menemukan apa yang ingin di belinya. Sehingga, membuat Alfian yang mengikutinya dari belakang merasa lelah jika harus berjalan lagi.

Mira yang melihat Alfian sudah memperlambat langkahnya, membalikkan badan dan menghentikan langkahnya yang otomatis Alfian yang melihat ke sekitar juga menghentikan langkahnya.

"Kenapa berhenti?" tanya Alfian saat gadis itu sudah berada di depannya.

Mira menatap Alfian sebentar. Lalu, mengalihkan pandangannya melihat ke arah toko-toko yang terlihat ramai pengunjung.

"Kayaknya yang pengen aku beli gak ada deh Al. Kita sudah Berkeliling cukup lama, tapi tetap saja gak ada." ucapnya dengan pandangannya yang terus menatap toko satu persatu.

"Memangnya, kamu sedang cari apa sih?" tanya Alfian melihat Mira yang kebingungan.

"Toko buku." balas gadis itu.

Alfian pun hanya mengedarkan pandangannya ke segala arah. Namun, laki-laki itu tidak melihat toko buku yang di cari oleh sahabatnya itu. "Mungkin lagi tutup. Sebaiknya, kita pulang saja, besok kita cari lagi toko bukunya."

Mira pun mengangguk. "Yaudah, kita pulang."

Mereka pun kemudian keluar dari mall tersebut. Lalu, menuju ke arah parkiran di mana mobil Alfian terparkir. Setelah itu, mereka pun pulang dengan Alfian mengantarkan Mira kembali ke rumahnya karena jam pun sudah menunjukkan pukul delapan malam.

*

*

*

...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....

...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!