Di dalam ruangannya, Pak Varo tengah senyum-senyum sendiri karna melihat kelucuan Ae yang jatuh tadi. Senyum dari bibirnya pun tak surut-surut. Entah kenapa ia senang sekali melihat muridnya itu kesal.
''Aelesha Aelesha, kenapa kamu begitu menggemaskan,'' gumamnya.
Namun di dalam kelas, Ae justru kesal. Bagaimana tak kesal, ia bahkan di hukum oleh guru kimia karna terlambat masuk ke dalam kelas. Alhasil ia harus menggantikan guru kimia itu menerangkan di depan. Untung otak encernya bisa ia kondisikan dengan baik walaupun ia tengah kesal, kalau tidak pasti ia akan jadi bahan cemoohan seantero SMA Guna Bangsa.
Jam pertama pun telah selesai. Ae baru saja ingin bernafas lega. Namun pelajaran kedua sudah akan di mulai.
''Matematika lagi, aku lagi nggak mood ketemu dia,'' batinnya mengeluarkan buku tugas khusus matematika.
Tap tap tap.
Suara sepatu menggema memasuki ruang kelas. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan Pak Varo, guru cuek dan dingin, namun ia paling tampan di sekolah ini.
''Semangat pagi,'' sapanya.
''Pagi Pak,'' ucap mereka serempak.
''Pagi ayang,'' ucap Ae tanpa melihat ke depan. Pak Varo yang kaget dengan ucapan Ae pun langsung melihat ke arah Ae yang duduk paling depan. Sementara teman lainnya tak begitu memusingkan, karna Ae memang seperti itu hampir setiap harinya.
''Kamu tadi bilang apa?'' tanya Pak Varo mendekat ke arah Ae. Ae hanya cuek saja saat di tanya oleh Pak Varo.
''Bilang apa? Aku nggak bilang apa-apa Pak. Mungkin Bapak salah denger,'' ujar Ae berkilah.
''Kamu tadi bilang pagi Ayang, gitu,'' ucap Pak Varo.
''Mana ada kayak gitu. Bapak pengen banget ya Ae panggil ayang,'' ucap Ae tersenyum manis ke arah guru barunya.
''Cie Pak Varo,'' ujar Wilo meledek Pak Varo.
Pak Varo segera menghindar dari Ae dari pada ia malu sendiri dengan murid satu kelas itu.
Pelajaran matematika pun di mulai. Pak Varo menerangkan di depan dengan serius, namun ada saja murid yang mengantuk dan ada juga murid yang bermain dengan gadgetnya tanpa sepengetahuan Pak Varo.
''Siapa yang bisa menjawabnya saya kasih 10 poin,'' ujar Pak Varo.
Diam, tidak ada yang berkutik sama sekali. Entah siapa yang salah di sini. Antara Pak Varo yang menerangkan kurang jelas, atau otak mereka yang terlalu dangkal. Ae melihat ke kanan ke kiri, kemudian melihat ke belakang. Tak ada satupun temannya yang ingin maju. Ia pun kemudian maju ke depan. Ae mengerjakan soal itu dengan mudah. Pak Varo yang melihatnya tersenyum tipis.
''Pintar sekali dia,'' batinnya memuji kepintaran Ae.
''Bagus! Siapa yang ingin mengerjakan nomor 2?'' tanya Pak Varo.
Kembali hening. Tak ada lagi yang ingin maju ke depan. Akhirnya Ae lagi yang maju. Dan tentu jawaban Ae benar. Ae kembali duduk di kursinya.
''Sebentar, apa di sini ada yang kurang jelas dengan cara saya menyampaikan materi?'' tanya Pak Varo kepada murid kelas 11.
Hening, tak ada yang menjawab. Entahlah, Pak Varo sampai kehilangan kata-kata. Tadi setelah ia menyampaikan materi, Pak Varo menanyai semua murid yang ada di kelas itu, ''Ada yang ingin di tanyakan?'' jawaban semua murid tentu tidak. Pak Varo pun berfikir positif, mungkin murid itu memang sudah jelas dengan apa yang ia sampaikan, tapi ternyata satu kelas tak ada yang bisa menjawab soalnya kecuali Ae.
Pak Varo memijat kepalanya dengan pelan. Pusing? Jelas. Bagaimana tak pusing jika di hadapkan dengan murid seperti itu. Apalagi mereka sudah kelas 11 dan sebentar lagi akan naik ke kelas 12, tapi soal gampang sekalipun mereka tak paham.
Jam pelajaran pun selesai. Semua murid berhamburan keluar dari kelas karna jam istirahat telah tiba. Namun Ae masih diam di kursinya. Ia ingin memberikan masukan kepada guru tampannya ini.
''Kenapa kamu nggak istirahat?'' tanya Pak Varo yang terlihat perhatian kepada murid satunya ini.
''Nungguin Pak Varo,'' ucap Ae enteng. Padahal ia ingin berbicara serius dengan Pak Varo. Namun bercandanya selalu mengiringi ucapannya.
Pak Varo tak menanggapi. Ia membereskan buku yang ia bawa tadi.
''Pak Varo ada yang ingin Ae sampaikan,'' ucap Ae mode serius. Varo menghentikan gerakannya membereskan buku.
''Katakanlah,'' ujar Pak Varo dengan mode cuek.
''Tapi jangan di sini Pak,'' ucap Ae.
Deg.
Tiba-tiba jantung Pak Varo berdetak lebih cepat. ''Apa Ae akan mengutarakan isi hatinya? Kalau iya, aku harus jawab apa?'' batinnya.
''Oke, kamu ingin di mana?'' tanya Pak Varo yang sudah percaya diri.
''Bagaimana kalau di ruangan Bapak,'' ucap Ae memberi ide.
''Baik, ayo,'' ajak Pak Varo. Ae mengikuti Pak Varo dari belakang. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Namun, siapa yang bisa meyangingi seorang Aelesha.
''Duduklah,'' ucap Pak Varo setelah sampai di ruangannya.
''Apa yang ingin kamu katakan?'' tanya Pak Varo yang sok cuek kepada Ae. Padahal ia selalu deg-deg an jika bersama Ae.
''Emmmmm,'' Ae berfikir sejenak. ''Pak Varo tampan,'' ucap Ae membuat wajah Pak Varo merah merona. Pak Varo segera memalingkan wajahnya.
''Saya tau. Apa hanya itu yang ingin kamu sampaikan?'' tanya Pak Vari yang masih penasaran.
''Enggak sih. Sebenarnya----'' Ae lagi-lagi menggantung ucapannya, membuat Pak Varo tak sabar mendengarnya.
''Ayolah Ae katakan! Saya masih punya kerjaan lain selain mendengarkan kamu,'' ujar Pak Varo.
''Gini Pak, sebenarnya temen-temen semuanya kurang jelas saat Bapak menerangkan di kelas kami. Bapak bicara terlalu singkat dan cepat. Teman-teman semua tak bisa mencerna ucapan Pak Varo,'' ucap Ae. Varo hanya menganga menatap Ae.
''Jadi ini yang ingin dia sampaikan?'' batin Pak Varo terlihat kecewa.
''Gimana pendapat Bapak?'' tanya Ae menatap Pak Varo dengan santai.
''Saya akan memikirkannya nanti. Apa hanya itu saja yang ingin kamu sampaikan?'' tanya Pak Varo yang sebenarnya berharap Ae akan menyampaikan hal yang lain.
''Em,,, eh iya ada yang ingin Ae tunjukkan,'' ucap Ae merogoh saku bajunya. Matanya memandang ke atas, seperti mencari sesuatu. Saat bibirnya melengkung ke atas, ia menarik tangannya keluar.
''Sarangheo Pak,'' Ae memperlihatkan jarinya yang berbentuk finger love.
Pak Varo jelas kaget. Baru kali ini ada murid seberani ini dengannya.
Ae langsung lari keluar dari ruangan itu dari pada terkena amukan dari Pak Varo, pikirnya.
Di ruangannya Pak Varo senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Siapa yang berani berbuat itu semua kepada guru tampan ini kalau bukan Aelesha.
''Awas saja kamu gadis kecil,'' batinnya.
*
Jangan lupa tekan like, coment, vote, fav, rate dan beri hadiah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
🤣🤣🤣🤣 Hadeeeuuhh thor gak kebalik nih,Bikin perut aku krem aja dgn kepedean pak Varo..pengen banget di tembak Ae..🤣🤣🤣🤣🤣🤣😂😂😂
2024-09-29
0
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwk ngarep pak….🤣🤣😜
2023-08-02
1
Qaisaa Nazarudin
Berarti pak Varo gak tegas lho,Tuh contohnya saat pak Varo menerangkan di depan kelas,anak murid nya ada yg tidur dan juga ada yg bermain hp,ckckck..
2023-08-02
1