Disela waktu makan Tasya mencaritakan Nilai mata kuliahnya kepada orang tuanya, kedua orang tua Tasya memang tidak terlalu mendengar cerita tasya berbeda dengan dengan saudaranya yang memuji dan ada juga yang meremehkan.
" Bun tadi nilai aku dah keluar satu dengan, alhamdulillah nilainya B bun" ucap Tasya antusias.
" Bagus ya, semangat terus kuliahnya dek, biar bisa jadi orang nantinya" ucap abang kevin.
" makasih bang" ucap Tasya senang dengan pujian yang di lontarkan dari abang tertuanya.
" Helleh, baru nilai segitu aja bangga, gak usah percaya kalau dia bisa jadi orang deh, liat aja kelakuannya pemalas kerjaanya cuma mengurung diri dikamar" ucap bang Rangga.
Ucapan Rangga berhasil membuat Tasya naik darah, sehingga Tasya membentak abangnya di hadapan keluarganya itu.
" Bangsat tau apa kau bang soal aku ha? Apa yang seharusnya kulakukan sudah ku selesaikan...kau yang pemalas yang kerjaannya tidur saja, cuma bisa jadi beban... Dasar orang penyakitan" ucap Tasya emosi
Plak
Tasya terkejut atas tindakan yang dilakukan oleh bundanya, bagaimana tidak tiba-tiba saja sang bunda menamparnya.
" Siapa yang mengajarimu berbicara seperti itu kepada orang yang lebih dewasa kapadamu ha?" ucap bunda Tasya.
Tasya yang diam, seketika merasakan tangannya di tarik secara kasar oleh sosok laki-laki yang tak lain ayah Tasya sendiri.
" Kau anak sialan, lancang mulut kau ya " ucap ayah Tasya yang tersulut emosi atas ucapan tasya.
Hal ini Tasya sudah memakluminya bagaimana tidak, Tasya dikenal gadis murahan dan nakal oleh keluarganya sedangkan di lingkungan pertemanan Tasya dikenal sosok gadis yang periang, sehingga membuat semua teman senang berteman dengannya.
Plak,,,,, Plak,,,, Plak
Tamparan demi tamparan Tasya terimah, kalau di lihat pipi tasya sudah mulai bengkak atas tamparan yang di berikan oleh sang ayah, kemana bunda dan saudara Tasya? Ya mereka cuma bisa menjadi penonton, karna hal itu sudah biasa di terima oleh Tasya. Jadi menurut mereka apa yang diterima Tasya saat ini adalah hal yang biasa.
Tasya yang sudah mati rasa cuma bisa diam, tanpa meneteskan air mata. Setelah sang ayah puas menamparnya Tasya langsung beranjak kedalam kamar, semua orang di dalam rumah cuma bisa diam karna menurut mereka Tasya lah yang salah dan harus mendapat pelajaran.
Didalam kamar Tasya melihat pipinya yang sudah merah dan bengkak hal ini tak membuatnya meneteskan air mata, di saat Tasya asik bercemin melihat keadaan dirinya. Hp yang sejak tadi di anggurin berbunyi.
Tringkkk....tringkk
Itu pertanda ada yang menelfonnya, Tasya heran siapa yang menelfonnya? Biasanya tidak ada seorangpun yang akan menelfonya kecuali ia kembali masuk kuliah. Karna telfonnya terus berbunyi Tasya langsung mengcek hp nya, siapa sangka itu telfon dari laki-laki yang baru saja ia kenal lewat aplikasi cari jodoh.
Tanpa berlama-lama Tasya langsung mengangkat telfon tersebut.
" hallo" ucap Yogi.
" ya" ucap Tasya singkat.
" judes amat neng" goda Yogi.
" gak kok, ada apa nelfon?" tanya Tasya langsung.
" cuma kangen aja nih sama kamu, soalnya di chat gak di balas, kamu dari mana?" tanya Yogi.
Mendengar ucapan Yogi, Tasya langsung mengcek WA nya, dan benar apa yang di bilang Yogi. Laki-laki itu sudah banyak sekali mengirim pesan dan begitu juga dengan laki-laki yang lain.
" hallo, kenapa kamu diam?" tanya Yogi.
" Oh maaf, aku tadi lagi makan dan hp ku tinggal di kamar, aku tidak mendengar kalau ada pesan masuk dari mu" ucap Tasya jujur.
" Oh aku kira kamu lagi pergi sama pasanganmu" ucap yogi.
" tidak, aku hanya dirumah saja, oh ya...kita lanjut chat saja ya, soalnya aku malas nelfon" ucap Tasya.
" humm, begitu ya...tapi kamu akan balas chat ku kan?" tanya Yogi memastikan bahwanya chatnya akan di balas.
" Ia " ucap Tasya singkar lalu langsung mematikan telfon secara sepihak.
Bukan tasya malas menelfon hanya saja ia tidak mau kalau keluarganya mendengar ia sedang berbicara, ia tidak mau rahasianya terbongkar oleh keluarganya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments