" Ini baru murid Bapak." Acungan jempol ia berikan kepala Jihan.
Bakat dalam mata pelajaran tersebut membuatnya unggul di dalam kelas.
" Zea, Zea, Zea. Kamu masih belum selesai? kalau begitu biar Bapak yang kerjakan, kalau menunggu kamu selesai, maka kita tidak akan bisa belajar." Cetus Pak Samuel padaku.
" Hahahaha....." Semua siswa menertawai diriku.
Aku memenang tidak pandai dalam mata pelajaran apa pun, aku juga kesal atas keterbatasan pola pikir ini, tapi aku bisa apa jika otak ini tidak mampu menampung banyak masukan dari ilmu pengetahuan itu.
Saat semua orang menertawai aku, ada seseorang yang meraih lenganku lalu membawanya duduk di sampingnya.
" Bie, aku tidak bisa duduk disini. Tasku ada pada Jihan."
" Biar aku ambilkan." Ucap Bie sembari berjalan menuju kursi dimana aku duduk bersama dengan Jihan.
Bruk....
Alih-alih mengambil Tasku malah saat ini Tas Albian di lempar oleh Rayhan.
" Duduk disitu, Jangan berulah lagi."
" Tapi...." Ucap Jihan terpotong saat ia melihat tatapan kesal dari kekasihnya tersebut.
Pangkat ketua OSIS yang di sandang oleh Rayhan membuat semua siswa tidak berani menentang kemauannya.
" Jihan duduk...." Ucap Pak Samuel.
Kami melanjutkan belajar.
Aku merasa sangat gugup saat Ray menyentuh tanganku.
Seperti aliran darah naik kepermukaan.
" Ray."
" Tenanglah, aku tau saat ini kamu butuh ini." Ray menggenggam tanganku dengan erat, genggaman itu tidak terlihat oleh siapa pun, karena ia menyembunyikan tanganku dan juga tangannya di bawah meja kami.
Hampir berapa lama ia menggenggam tangan ini, sampai badan ini menggigil tidak karuan.
Bahkan aku tidak mahir menyembunyikan rasa bahagia ini.
" Sudah jam istirahat, temui aku di dekat pohon belakang sekolah." ucap Ray sembari bangkit dari duduknya.
Lalu ia menghampiri Jihan. " Kita makan yuk..." Ajak Ray kepada kekasihnya tersebut.
" Oke. Zea, aku makan sama Ray dulu ya, kamu pergi saja sama Bie." ucap Jihan menyeringai padaku.
Aku hanya tersenyum dan mengacungkan jempol.
" Zea, you oke?." ucap Bie.
" Aku tidak apa-apa." aku merapihkan buku di depan meja lalu bangkit dan meninggalkan Bie sendiri di dalam kelas.
" Kenapa harus Bie yang perhatian sama aku? harusnya Ray." Aku sangat kesal juga cemburu atas keberuntungan Jihan saat ini.
Aku menuruti arahan dari Ray yang meminta aku menunggunya di belakang sekolah.
Namun sampai lama aku berada disana, ia tidak kunjung datang.
Bahkan sampai bel berbunyi dia juga tidak datang.
Pada akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke dalam kelas.
Betapa terkejutnya aku saat melihat Ray tengah asik dengan buku bacaan yang ada di tangannya.
" Kamu tidak datang." ucapku sembari duduk di sampingnya.
" Astaga, aku lupa Ze, sungguh." Ia menatapku lalu berlahan meraih tanganku yang berada di atas paha.
Aku sangat kesal atas sikapnya saat itu, sehingga membuatku tidak ingin lagi di sentuh olehnya.
" Kamu marah?."
Aku diam dan hanya diam.
Aku memendam rasa cinta kepadanya dari sejak pertama kali ia menyapa diriku, namun lagi-lagi dia mempermainkan perasaan ini.
Karena kesal padanya, aku pun bungkam seribu bahasa.
" Nanti pulang bareng ya?." Ray sengaja menjatuhkan sesuatu lalu berbisik pelan di telingaku.
Sungguh aku sangat kecewa padanya.
Perasaan ini hanya dia buat seperti permainan catur yang sengaja dia mainkan untuk mematikan lawan.
" Zea...." Dia kembali memanggilku sembari menatap wajah ini.
Namun saat ini ada tengah berada di zona tidak baik, sehingga aku enggan menanggapi dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments