Episode 03

Percakapan itu membuat Bie tertawa terbahak di hadapanku, aku menutup mulutnya saat melihat Bu Dian kembali keluar dari kantor.

" Berisik sekali kalian ini, cepat masuk. Sebentar lagi waktunya belajar."

" Baiklah, Ibu Dian Cantik." kembali Bie melontarkan kata yang menggelitik di telingaku.

Setelah usai bermain canda, aku dan juga Bie masuk ke dalan kelas.

" Zea..." Seorang gadis cantik, menawan bak model menyebut namaku. " Sini, duduklah bersamaku." ucapnya sembari menarik kursi di sebelahnya untuk mempersilahkan aku duduk.

" Lalu bagaimana dengan Ray?." Aku kebingungan saat Jihan menyuruhku duduk di kursi tempat Rayhan duduk di sebelahnya.

" Biarkan saja dia duduk dengan Albian, aku sedang kesal padanya hari ini."

" Kenapa? apakah kalian sedang berselisih?." Tanyaku heran, tidak biasanya Jihan lepas dari kekasihnya tersebut.

Pikiranku mulai tidak tenang saat melihat Rayhan terus menerus menatapku.

Jarak pandang diantara kita sangatlah dekat, dia duduk tepat di samping meja kami.

Aku tidak tau apakah tatapan itu murni untuk diriku, atau aku hanya sedang ingin di perhatikan.

Entahlah, yang pasti aku melihatnya menatap diriku.

" Kenapa kamu tersenyum malu seperti itu?."

Ucapan Jihan menyadarkan aku dari lautan imajinasi.

" Tidak, aku hanya sedang menertawai Bie."

" Bie?." Jihan melihat ke sampingku, dia melihat dua lelaki menatap ke arah kami.

" Hey, kenapa kalian mantap ke arah kami seperti itu?." Maki Jihan.

" Rey, apakah kamu merasa kehilanganku saat ini? salah kamu sendiri kenapa berbohong padaku."

" Untuk apa aku merasa kehilangan, kalau kamu terus ada di hati ini."

Rayuan demi rayuan terlontar diantara mereka, tanpa mereka sadari aku terluka atas semua itu.

Sesak rasa hati melihat lelaki yang paling aku cintai merayu wanita lain, meski wanita itu adalah kekasihnya sendiri.

" Ehem...pagi anak-anak." seorang guru matematika datang dari balik pintu kamu lalu berdehem mendengar ke gaduhan di kelas kami.

" Setiap hari ada suara yang selalu membuatku ingin melangkah kemari, Kamu Jihan, dan kamu Ray, juga kalian Zea dan Albian. Kalian kerjakan di papan tulis semua tugas yang ada di buku ini, Bapak ingin tau apakah kalian masih bisa berkata lantang saat berhadapan dengan angka-angka mematikan ini."

Bagaikan pukulan maut untuk ku, aku sungguh tidak suka pelajaran matematika.

Rumus demi rumus membuatku pusing.

Aku juga sangat membenci kerumitan itu, sama halnya dengan rumitnya cinta ini.

Hehe, aku akhirnya maju bersama dengan mereka, perlahan ku buka buku itu lalu mengamati betapa banyak angka yang membuat mata ini sakit.

" Pak, tidak adakah hukuman lain selain mengerjakan ini?." Tawar ku pada Pak Samuel.

" Kerjakan atau Bapak tambah satu buku lagi?."

" Ampun, Pak, ampun. Ini saja sulit untuk di kerjakan, apa lagi di tambah satu petaka itu lagi." Ucap Bie dengan menggeleng kepala.

" Kita kerjakan saja jangan banyak bicara, nanti dia bisa marah lalu menambah beban kita lagi." Bisik Rayhan.

Tanpa pikir panjang, kami mulai mengerjakan tugas berat itu.

Aku kesal dengan satu soal yang membuat ku berpikir keras.

" Susah sekali..." ujar ku sembari mencari rumus dalam kamus.

" Mudah saja, kamu tinggal cari titik temu dari sudut A sampai sudut B lalu kamu cari dalam rumus gambar di depan ini." Lirih Ray mengajariku, namun dia tidak ingin ucapannya di dengar oleh siapa pun.

Ia pun sedikit menjauh dariku setelah membantuku memecahkan kesulitan itu.

" Pak, saya sudah selesai." ucap Jihan.

" Baiklah, Jihan kamu bisa duduk sekarang." Perintah Pak Samuel.

Ia mengoreksi tugas Jihan dengan cermat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!