"Sialan! Aku benar-benar tidak menyangka kalau wanita itu tega mengkhianati ku..."
Sial!
Pria tampan berhidung mancung itu memukul stir dengan kerasnya. Pikiran yang kacau membuatnya tidak segan mengeluarkan umpatan demi umpatan untuk wanita yang telah membuat hatinya hancur.
Hah!
Pengkhianatan?
Gejolak amarah yang meletup-letup telah membuatnya hilang kendali. Sampai ia tadi tidak sadar telah menghajar pria yang telah menggagahi kekasihnya.
***
Agam terus mengulum senyum sambil membawa hadiah berupa cincin emas untuk Delisa, sang kekasih. Ia sengaja tidak memberi tahu kabar kepulangannya pada Delisa untuk memberi kejutan pada wanita itu. Yang Delisa tahu, Agam sekarang sedang berada di luar negeri untuk mengisi acara seminar.
Agam langsung masuk ke rumah sang kekasih tanpa mengetuk pintu. la sudah terbiasa masuk ke rumah itu karena sudah terbiasa datang secara tiba-tiba. Namun, langkah kakinya terhenti di depan pintu kamar saat telinganya menangkap suara ******* saling berebut.
Ah...
Keningnya berkerut, saat suara itu semakin keras terdengar. Hatinya pun mendadak gelisah saat melihat sebuah sepatu pria yang tergeletak sembarangan di sudut ruang tamu.
Dengan tangan bergetar dan hati berdebar-debar, ia memutar handle pintu. Matanya melebar saat pintu sedikit terbuka. Sosok wanita yang ia cintai saat ini sedang dalam keadaan polos tanpa sehelai benang yang menutupi tubuhnya.
Hati Agam semakin panas kala melihat ada pria yang tengah bergerak mengayunkan tubuhnya di atas tubuh sang kekasih. Mereka begitu menikmati kenikmatan surgawi tanpa memikirkan bahwa ada sepasang mata yang melihat adegan tersebut dengan amarah yang mendidih.
Brak!
Delisa dan pria tersebut terkejut dan sontak menoleh ke arah pintu.
"K-Kak... A-agam." Delisa terkejut, suaranya pun tercekat. Dengan cepat ia mendorong tubuh pria yang sempat menggagahinya lantas menyambar selimut untuk menutupi tubuhnya. Sementara pria yang menggagahinya itu menutup bagian bawahnya dengan apa saja yang ada di dekatnya.
Bajingan!
Wajah prita itu memerah. Entah karena malu atau marah karena nafsunya yang belum tertuntaskan.
"Jadi begini kelakuanmu saat aku tidak ada?" Kedua mata Agam menatap nanar ke arah Delisa. Kedua tangannya mengepal kuat sampai otot-ototnya menonjol keluar.
Delisa berusaha bangkit menghampiri Agam dengan susah payah. Kedua tangannya mencengkeram erat selimut tebal yang menutup tubuhnya agar tak jatuh.
"Kak, a-aku bisa jelaskan semuanya!" kata Delisa. la mencoba meraih tubuh Agam. Namun, pria itu dengan sigap menghindar.
"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!" desis Agam. Kedua matanya memerah dan menatap Delisa dengan tatapan menusuk. Kemudian pandangannya beralih menatap pria yang sejak tadi hanya menunduk.
Agam segera menghampiri pria itu dan memberikan satu pukulan telak hingga pria itu jatuh tersungkur.
Bugh!
"Kak Agaam, hentikaaan!" teriak Delisa, tidak terima. la berdiri tepat di hadapan Agam untuk melindungi pria selingkuhannya agar tak lagi dihajar.
"Mulai sekarang kita putus!" desis Agam menatap Delisa.
Air mata Delisa mengalir bersamaan dengan kepergian Agam dari rumahnya. Ia tidak menyangka bahwa hari ini perselingkuhannya akan terbongkar.
Menyesal?
Delisa tidak tahu, dirinya...
Ah!
Di sisi lain, Agam merasa ia tengah ditertawakan. Ia berniat untuk memberi kejutan untuk sang kekasih, tetapi justru malah ia yang diberi kejutan. Kejutan yang benar-benar menginjak-injak harga dirinya.
Delisa sialan!
***
"Delisa... kau benar-benar ******," desisnya kembali memukul stir.
la segera turun dari mobil untuk meraup udara demi mengusir rasa sesak di dada. Ia berjalan gontai menuju kursi di pinggir jalan dan duduk di sana.
Kejadian menjijikkan sore tadi terus saja berputar di kepalanya. Rasa kecewa, marah, dan sedih terus terasa sampai akhirnya ia menyerah. Menangis di sunyinya malam ini.
Brugh!
Agam menoleh ke sumber suara. la terkejut mendapati sosok wanita tak sadarkan diri di samping mobilnya. Segera didekati wanita itu dan betapa kagetnya ketika melihat di wajah wanita itu dipenuhi dengan luka lebam dan darah di dahi serta pelipisnya.
Siapa dia sampai mendapat luka seperti itu?
Batin Agam terus melempar tanya. Namun, percuma saja karena ia pun tidak mengenal wanita itu. Meninggalkannya sendirian di pinggir jalan bukanlah hal yang tepat, sehingga ia memilih mengantarkannya ke rumah sakit.
Agam membuka puntu belakang mobilnya, kemudian menggendong wanita tadi dan menidurkannya di sana. Dengan kecepatan tinggi, ia melaju membelah jalanan yang semakin sunyi.
Tiba di rumah sakit, ia segera membawanya masuk dengan menggendongnya di punggung.
"Tolong gadis ini! Aku menemukannya pingsan di jalan!" seru Agam dengan napas terengah-engah.
Suster pun segera mengambil brankar dan menyuruh Agam menidurkan gadis itu.
"Tolong, bayar biaya administrasinya dulu ya, Tuan," kata suster tersebut. Lantas membawanya ke UGD untuk diperiksa.
Tanpa menunggu perintah lagi, Agam segera membayar administrasi dan menyusul gadis tersebut. Entah apa yang terjadi hari ini, pikirnya. Sehingga sejak tadi ia terus dibebani dengan hal-hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Agam pada Dokter Ethan yang menangani gadis tersebut.
"Luka-lukanya tidak terlalu parah. Saya sudah membersihkan luka dan mengobatinya. Dia pingsan karena mengalami dehidrasi dan stres yang terlalu berat. Apa Anda keluarga pasien?" tanya Dokter Ethan.
"Bu-bukan, Dok!" jawab Agam cepat.
"Saya hanya kebetulan saja menolongnya," sambungnya.
Dokter Ethan mengangguk-angguk. Ia memberikan resep obat pada Agam dan menyuruhnya untuk meminumkan air putih saat gadis itu sadar. Agam mengangguk patuh.
Masih ingatkah reader's kepada Dokter Ethan? Kisah cinta tulus antara Dokter Ethan dan wanita autis bernama Ainsley?
Tatapannya kini beralih pada gadis yang terbaring lemah di depannya. Agam mengamatinya dengan saksama. Gadis berkulih putih itu terlihat cantik meski ada luka di beberapa bagian.
"Sepertinya dia bukan gadis jalanan. Tapi, kenapa dia sampai begini," gumam Agam seolah-olah lupa dengan masalahnya dan malah terhipnotis oleh kecantikan gadis itu.
Sangat cantik!
Gadis itu bergerak, tersadar dari pingsannya. Kedua mata gadis itu menyiratkan tekanan batin yang kuat dan luka mendalam. Ia menatap Agam dan sontak, dirinya bangun dan ketakutan.
"Tolong! Jangan sakiti aku! Aku janji tidak akan mengadu!" racaunya sambil menangkupkan kedua tangannya menatap Agam ketakutan. Tubuhnya pun bergetar hebat saking takutnya.
"Hei, tenanglah!" Agam menepuk pundak sang gadis. Namun, malah jeritan memilukan yang terdengar di telinga Agam.
"Jangan! Aku mohon. Aku akan menurut, tapi jangan nodai aku!" racaunya lagi.
Agam akhirnya bisa menyimpulkan bahwa gadis tersebut adalah korban perkosaan. Namun, melihat keadaannya sepertinya ia hanya dilukai dan tak sampai diperkosa.
"Dengarkan aku, please!" Agam mencoba memberi pemahaman dengan menyentuh tangan sang gadis yang gemetar.
"Aku bukan orang jahat. Aku tidak akan menyakitimu. Aku akan menolongmu."
Entah mengapa Agam mengatakan hal itu. Perkataan tersebut lolos begitu saja dari mulutnya. Padahal, mengenal wanita itu pun tidak.
"Please, jangan takut," bujuk Agam. Suaranya begitu lembut, seolah-olah tengah membujuk anak kecil.
Sang gadis pun perlahan menurut. Meski ketakutan masih jelas di raut wajahnya. Ia menatap takut ke arah Agam, karena mungkin cemas jika pemuda tampan didepannya itu adalah orang suruhan.
"Di mana rumahmu? Biar aku antar," kata Agam. Tangannya masih mengenggam tangan sang gadis
"Pu-pulang?" Agam mengangguk.
Lima detik kemudian gadis tersebut kembali ketakutan. Wajah yang semula sudah normal kembali menunjukkan ketakutan dan kemarahan.
"Aku tidak mau pulang! Jangan bawa aku ke sana!" teriak sang gadis.
"Baiklah, baiklah. Aku akan membawamu ke tempat yang aman. Jangan takut," bujuk Agam lagi.
Sang gadis mulai melemah. Raut wajahnya berubah tenang, meski tatapannya masih menyiratkan ketakutan yang mendalam.
"Ini minumlah." Agam menyodorkan segelas air putih sesuai anjuran Dokter Ethan tadi. Gadis itu pun menerimanya dan langsung meneguk air tersebut hingga tandas.
"Sekarang ikut aku," ajak Agam. Ia membatu sang gadis turun dan menuntunnya keluar. Tak lupa ia menebus obat di apotik dan membayar seluruh biaya pengobatan sebelum benar-benar pergi.
Dalam perjalanan gadis itu hanya menunduk. Agam sesekali menoleh ke arahnya. Dalam hati ia bingung, apakah gadis itu harus dibawa pulang atau bagaimana?
Ini gadis lho Agam!
Kenapa hari ini hidup seorang Agam terlalu berwarna sekali reader's?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments